Arvin sempat terdiam, matanya menatap nama Devan Elano di kartu itu. 'Hmm…nama ini kayaknya nggak asing, tapi…' pikirnya, mencoba mengorek ingatan. Namun tak juga menemukan jawabannya.
Lamunannya terpecah ketika Rhea cepat-cepat tersadar akan kesalahannya. Dengan sedikit gugup, ia menarik napas. “Ah, maaf, itu kartu nama suamiku. Ini kartu namaku yang sebenarnya.”
Ia merogoh dompetnya lagi dan menyerahkan kartu nama yang benar.
Arvin tersenyum tipis, menerima kartu itu. “Oh, jadi Devan suamimu?” tanyanya santai, meski masih ada rasa ingin tahu yang menggantung.
Rhea mengangguk pelan, bibirnya mencoba tersenyum tipis. “Iya…dia suamiku,” ucapnya. Namun seketika, ketenangan di matanya retak. Ada semburat sedih yang sekilas muncul—campuran luka dan kelelahan yang sulit dijelaskan.
Arvin m
