Notifikasi berikutnya muncul, kali ini sebuah pesan tertulis. Rhea menatap layar ponselnya, napasnya tercekat. [Dev, s**u hamilku sudah habis, begitu juga vitamin dan kebutuhan lainnya. Perutku juga mulai sering kram. Tolong jemput aku ya, kita belanja bareng semua keperluan ini. Aku butuh kamu sekarang.] Pesan itu singkat, tapi setiap kata seperti pisau tajam yang menembus da-da Rhea. Jemarinya refleks meremas ponsel, wajahnya pucat, bibirnya bergetar menahan emosi. Bayangan Devan mengantar Lyla, menuntunnya dengan penuh perhatian, mengangkat belanjaan sambil sesekali bertanya “Apa lagi yang kamu butuh?” menghantam pikirannya. Dulu…dulu saat dia berharap hamil, sempat berharap pada Devan, nanti pria itu juga begitu telaten. Tapi kini? Dia belum hamil namun Devan dengan cinta yang pe