Dengan tangan lemah, Lyla meraih ponsel di meja kecil sebelah ranjang. Jari-jarinya gemetar saat menekan nama Arman. Hatinya menaruh harapan, setidaknya pria itu mau memberi sedikit penjelasan, atau sekadar suara. Tapi harapan itu runtuh dalam detik berikutnya. “Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif…” Suara operator itu bagai tamparan dingin di wajah Lyla. Nafasnya tercekat. Bibirnya bergetar saat gumamnya keluar lirih, “Kamu ada di mana, Arman? Dua hari sudah nomor kamu tidak aktif…” Matanya berkaca-kaca, dadanya terasa penuh dengan pertanyaan dan emosi yang tak tahu ke mana harus dikeluarkan—marah, kecewa, bingung, takut. Semua bercampur jadi satu dan menghimpitnya perlahan. Rasa sendiri kini begitu nyata. Dia merasa ditinggal oleh dua pria yang sebelumnya menjadi sandaran—Dev

