Brian menurunkan kameranya, memastikan hasil jepretan cukup jelas untuk menunjukkan kebersamaan Rhea dan Arvin. Ia tersenyum tipis, merasa sudah mendapatkan bahan yang bisa memicu reaksi besar. Tanpa membuang waktu, ia berbalik meninggalkan lokasi, langkahnya cepat menembus trotoar sepi menuju area parkir.
Begitu menemukan mobilnya, Brian segera masuk dan menyalakan lampu kabin. Ia mengeluarkan ponsel, memindahkan foto-foto dari kamera ke perangkatnya. Jempolnya bergerak lincah, memilih gambar-gambar terbaik—momen ketika Rhea berjalan berdekatan dengan Arvin, ekspresi mereka yang terlihat akrab, dan bayangan tubuh mereka yang hampir bersentuhan.
Setelah puas, ia membuka aplikasi pesan dan mengetik singkat.
[Ini, Pak. Sepertinya istri Anda punya teman dekat baru.]
Ia melampirkan semua f
