Bella menuruni tangga dengan tergesa, matanya tak henti-henti melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya. Ditangan kanan nya bertengger kunci mobil yang sudah ia siapkan dari tadi malam. Dia sudah bertekad untuk pergi ke kampus sendiri, tanpa pengawal dan supir. Bella tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi teman-temannya bila dirinya membawa rombongan orang-orang berjas itu ke kampus.
Ini adalah hari pertamanya masuk kuliah setelah izin libur untuk pernikahannya tempo hari. Dan di hari pertamanya masuk kampus, dia malah bangun terlambat karena lupa mensetting alarm dan kabar bagusnya lagi, di jam pertama adalah mata kuliah pak Jay. Tak bisa Bella bayangkan apa yang akan terjadi apabila dia terlambat masuk kelas. Pak Jay pasti akan dengan senang hati mengusirnya dari ruangan. Saat tidak jauh dari pintu utama, Bella sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari ke garasi, dia berjalan setengah berlari.
"Nyonya anda mau kemana?" Tegur salah seorang maid yang kebetulan melihat Bella di depan pintu.
"Aku ingin ke kampus," jawab Bella lalu berlari ke garasi dan masuk ke mobilnya.
Bella pun melajukan mobilnya dan terhenti di pintu gerbang utama, para penjaga seperti enggan untuk membukakan pintu dan itu membuat Bella menurunkan kaca mobilnya.
"Apa yang kalian lakukan? Cepat buka gerbangnya, aku sudah terlambat!" tukas Bella pada salah penjaga keamanan di pintu gerbang.
"Tapi Nyonya, Tuan bilang, Nyonya tidak boleh pergi kemanapun tanpa sopir dan pengawal," Jawab petugas keamanan yang berusaha mengingatkan Bella akan perintah dari Steven.
"BUKA SEKARANG ATAU AKU TABRAK GERBANGNYA!" perintah Bella sambil berteriak.
"Tapi Nyonya, saya hanya menjalankan perintah Tuan, Nyonya," Balas petugas itu bersikeras menahan Bella.
"Tuan mu tidak ada disini, dia tidak akan tahu kalau kau tidak bicara padanya. Oh, apa kau ingin aku menelpon Tuan Alexander di Seoul dan mengatakan bahwa kau tidak memperlakukanku dengan baik disini?" Ancam Bella.
Kedua penjaga gerbang itu pun saling berpandangan, kemudian mengangguk dan membukakan pintu gerbang. Bella pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, jalanan cukup lengang saat ini karena memang bukan jam macet.
Bella memperhatikan jalanan yang ada di depannya sambil sesekali melihat jam tangannya, sepuluh menit lagi kelas akan di mulai dan Pak Jay adalah orang yang hampir tidak pernah terlambat. Saat memperhatikan jam tangannya, Bella tidak sadar bahwa mobil yang ada di depannya tiba-tiba berhenti mendadak, Bella pun tidak dapat menghindar dan refleks menginjak pedal remnya tapi tetap saja bumper depan mobilnya mengenai bumper belakang mobil sport merah bertuliskan Lamborghini tersebut.
Pengemudi mobil itu pun keluar dari mobilnya dengan wajah yang tidak bisa di bilang baik-baik saja. Pria itu menghampiri Bella dan mengetuk pintu mobil yang Bella kendarai, membuat Bella mau tidak mau harus turun dari mobilnya dan berdiri tepat di hadapan pria itu.
Dengan kepala yang sedikit tertunduk, Bella sadar jika semua ini memang salahnya.
"Apa kau tidak melihat lampu merah di depan?" Tanya pria itu dingin.
"Maaf aku sedang buru-buru dan aku sedang melihat jam tanganku tadi makanya aku tidak memperhatikan kalau lampunya sudah merah," jawab Bella gugup sambil memperhatikan bumper belakang mobil pria itu yang bisa dibilang rusaknya sedikit parah.
"Apa kau punya SIM?" Tanya pria itu lagi.
"Apa?" Tanya Bella bingung.
"SIM, surat izin mengemudi. Jangan bilang kau tidak tau apa itu SIM. Aku sudah menduga dari awal sepertinya kau masih dibawah umur," ucap pria itu sambil memperhatikan Bella dari bawah ke atas.
"Apakah kau sedang bolos sekolah dan membawa baju ganti dari rumah? Berikan nomor telepon orang tua mu, aku akan menelpon mereka agar mereka tau apa yang anak mereka lakukan di jam belajar seperti ini," sambung pria itu tanpa henti.
"Apa kau bilang?" Balas Bella dengan intonasi yang agak tinggi. "Kau pikir aku anak SMA yang sedang bolos sekolah? Aku ini sudah kuliah dan asal kau tahu, aku juga sudah menikah," ujar Bella sambil menunjukkan cincin di jari manis nya.
"Aku tidak perduli kau sudah menikah atau tidak, apa kau pikir aku tertarik padamu?" Sarkas pria itu. "Sekarang aku hanya minta tanggung jawab mu karena sudah menabrak mobilku."
"Ada apa ini, Nyonya?"
Tanpa Bella duga ternyata Mark mengikutinya saat dia melarikan diri tadi. Mark datang bersama dua orang pengawal.
"Ah Mark, syukurlah kau datang. Bisakah kau membantuku untuk mengurus ganti rugi mobil pria ini? Aku sudah sangat terlambat untuk masuk kelas," ujar Bella sambil memperhatikan jam tangannya.
"Baik Nyonya, anda bisa pergi sekarang. Anda bisa naik mobil yang saya kendarai tadi ... disana juga sudah ada supir yang akan mengantarkan anda ke kampus. Saya akan mengurus semuanya disini," jawab Mark sopan.
"Terima kasih Mark," balas Bella sambil tersenyum dan bergegas pergi.
Tiba-tiba saja pria tadi menahan lengan Bella, membuat Bella menoleh dan menatapnya dengan pandangan tidak suka.
"Tidakkah ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?" Tanya pria itu sambil menatap manik mata Bella.
"Tidak." jawab Bella yakin.
"Apakah kau bahkan tidak berinisiatif untuk mengatakan maaf setelah kau menghancurkan bumper belakang mobilku dan menyuruh orang lain untuk mengurusnya? Kau benar-benar," ucap pria itu dengan mata tajamnya.
"Aku sudah bilang maaf saat keluar dari mobil tadi, apakah kau lupa? yang saat ini harusnya minta maaf itu adalah kau karena sudah mengataiku anak dibawah umur yang tidak memiliki SIM ... dan oh ya, aku baru ingat, kau juga mengatai ku anak SMA yang sedang bolos sekolah," balas Bella dengan nada sarkasnya.
"Lepaskan tangan mu! Aku sudah terlambat, permisi," sambung Bella sambil melepaskan tangan pria itu dari lengannya.
"Maafkan Nyonya saya, Tuan ... dia memang agak tempramental," ujar Mark setelah mengantarkan Angel menuju mobil.
Pria itu pun tidak mengatakan apapun lagi dan membiarkan laki-laki berpakaian serba hitam itu mengurus mobilnya.
Sepanjang jalan Bella hanya terus mengumpat bila mengingat apa yang pria itu katakan. Bagaimana bisa ia dianggap anak SMA yang bolos sekolah? apakah ia terlihat sangat kekanak-kanakan?
Tidak ingin menunda waktu lagi, Bella pun melajukan mobil yang ia kendarai dengan kecepatan penuh. Ia semakin tidak nyaman dan gelisah bila ia selalu melihat jam yang ada di tangannya. Sungguh ia akan menyalahkan pria tadi kalau ia sampai benar-benar terlambat.
"Dasar pria sialan! sudah mengatakanku bocah SMA, dia juga yang membuatku semakin terlambat untuk mengikuti jam pelajaran dari Pak Jay. Kalau aku sampai di hukum oleh Pak Jay karena terlambat, akan aku cari dan akan aku beri pelajaran pada pria itu kalau bertemu kembali."