6. Harapan Kosong

1240 Words
Bella akhirnya sampai di depan pintu kelas masih dengan nafas yang tersengal akibat berlari dan sialnya Pak Jay sudah memulai kegiatan mengajarnya. Bella memberanikan diri untuk mengetuk pintu sambil berdoa di dalam hatinya. Tok ... tok ... tok ... Pak Jay pun menoleh ke arah pintu. Sebenarnya Bella tidak yakin dirinya akan diperbolehkan mengikuti kegiatan di kelas. Tapi menurutnya tidak ada salahnya bila di coba dulu. "Ada apa? Apa kamu tahu kamu sudah telat berapa menit? Mau alasan apalagi kali ini?" Tanya Pak Jay pada Bella dengan tatapan jengah. "Maaf pak, sebenarnya saya tidak telat …," Kilah Bella. "Terus kenapa jam segini kamu baru masuk kelas? Kamu pikir saya bodoh?" Sarkas Pak Jay. "Bukan begitu Pak, sebenarnya saya kena musibah tadi di ja ..," "Yasudah, tutup pintunya." potong Pak Jay. "Terima kasih, Pak," Ucap Bella sambil tersenyum. "Sama-sama," Balas Pak Jay sambil tersenyum. "Tapi tolong kamu tutup pintunya dari luar," sambung Pak Jay. Senyum Bella pun perlahan hilang, dia menoleh ke arah teman-temannya yang sedang berusaha menahan mulut mereka untuk tidak menertawakan dirinya. "SIAL!" batin Bella. *** "Cuddling time was over baby." ucap Lily kepada pria yang masih enggan untuk bangun. Lily sudah merasakan punggungnya agak pegal karena dari tadi malam, setelah mereka menghabiskan malam panas hingga menjelang subuh. Stevan memeluknya dari belakang dan tidak pernah melepaskan pelukannya. Pelukan Stevan sangat erat hingga terkadang membuatnya agak sulit bernafas. "Hhnnghhhh, tak bisakah kita seperti ini satu jam lagi?" Respon Stevan. "Kau juga mengatakan hal yang sama satu jam yang lalu sayang." "Tapi aku masih ingin seperti ini, karena siang ini kita akan kembali ke Jakarta." Lily terdiam, pulang ke Jakarta artinya Stevan tidak akan bisa lebih sering bersamanya lagi, mengingat status Stevan yang sekarang sudah memiliki istri tentu membuat mereka harus lebih berhati-hati lagi dalam menutupi hubungan ini. "Kenapa kau melamun sayang?" Tanya Stevan lembut sambil membelai rambut Lily dan mengecupnya. "Tidak, hanya saja aku ... " "Tidak usah memikirkan hal yang tidak perlu, hatiku tetap akan seperti ini dan akan tetap untuk mu, aku bahkan tidak tidur satu kamar dengan istriku asal kau tau." Lily mengerutkan dahinya. "Apakah istrimu tidak merasa aneh kau melakukan hal seperti itu padanya?" Tanya Lily penasaan. "Aku memberikan alasan yang masuk akal sayang, lagi pula aku hanya ingin kau yang berada di sampingku, aku juga hanya ingin kau yang menjadi orang pertama yang kulihat saat bangun tidur. Hanya kau, bukan wanita lain." "Tapi aku takut dia akan mengatakannya pada ibumu." "Dia bukan tipe gadis yang seperti itu, sayang. Percayalah padaku. Aku bisa mengendalikannya, tudak ada yang perlu kau takutkan sayang ... kau hanya percaya saja padaku." Lily mengangguk, dia berbalik dan memeluk Stevan erat. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Steven adalah hal yang paling dia sukai. Tanpa Lily sadari, ternyata Stevan terdiam. Tiba-tiba saja bayangan Bella terlintas di benaknya. Apa rupanya yang dilakukan gadis itu selama kepergiannya? Dia memerintahkan Mark untuk mengawasi Bella dan melaporkan semua yang Bella lakukan padanya. Dia pikir ini semua agak keterlaluan, bagaimana bisa dia meninggalkan gadis itu di sana sendirian? *** "Bagaimana? Sudah puas menertawakan aku?" Bella sekarang berada di kantin bersama teman-temannya. Mereka masih belum berhenti menertawakan ekspresi Bella saat di usir dari kelas Pak Jay tadi pagi. "Muka kamu terlihat bodoh sekali tadi Bell," ucap Jordi sambil tertawa. "Teruskan saja, terus nistain aku," ujar Bella dengan nada merajuk. "Lagian juga kamu sudah tahu kalo Pak Jay paling anti sama mahasiswa yang telat terus dengan bodohnya kamu pakai ngetuk pintu segala. Kalau aku jadi kamu, mending aku langsung nongkrong di kantin," ujar Dika menimpali. "Ya namanya juga usaha," balas Bella pasrah sambil tetap menatap feed Instagramnya. "Ya ampun ... Mbak Lily ini kok tidak pernah terlihat jelek sih? Foto blur begini aja tetap cantik," gumam Bella. "Siapa?" Tanya Aurora penasaran. "Lily Arletta Matthew, beauty vlogger yang channel youtube nya suka ditonton sama Kiara." "Kamu follow i********: nya, Bell?" Tanya Kiara. "Iya, sudah lama banget sih. Aku suka aja lihat mukanya dia, kayaknya dia baru mau pulang liburan dari Hawai deh. Tuh fotonya di bandara." "Cantik juga ya si Mbak Lily," sahut Jordi sambil merebut ponsel yang ada di tangan Bella, "tapi modelan begini biasanya suka menguras isi dompet, satu batang lipstiknya aja seharga dua karung beras." "Ya cewek modelan kaya dia memang tidak tercipta untuk cowok kere kaya kamu, Jor." "Ini si Lily, bahasa Indonesianya Lily apa?" "Ntah, Melati mungkin." "Nah yaudah, lagian cewek modelan begitu dijadikan istri tiap hari suaminya mau di kasih makan foundation apa," balas Jordi enteng. "Tidak berguna kamu Jor, yaudah aku mau pulang." "Masih jam segini kamu mau pulang? Mau masakin suami di rumah ya, Mbak? Hahahaa." "Suami aku lagi perjalanan bisnis ke Hawai, aku ditinggal." "Bisnis apaan di Hawai?" tanya salah satu dari mereka. Bella hanya mengangkat kedua bahunya, "Ya mana aku tahu, dia tidak memberitahu apapun ke aku, aku juga tahu nya dari bodyguard." "Jadi kamu sekarang pake bodyguard?" "Kamu tidak lihat dua orang yang pake jas di depan sana? Aku tuh risih sebenernya tapi mau gimana lagi, Steven tidak mau menerima alasan apapun." "Ya itu tandanya dia tidak mau kamu kenapa-napa, secara kamu itu menantu satu-satunya di keluarga Alexander. Bayangkan saja saingan bisnisnya di mana-mana ... kalo kamu di culik terus diceburin ke sungai gimana coba?" Celetuk Dika. "BUAT APA NYULIK AKU KALO CUMAN BUAT DICEBURIN DI SUNGAI?" perkataan Dika memang sering kali membuat Bella kehabisan kesabaran. "Yaudah aku pulang, bisa ketularan gila aku lama-lama disini." "Hati-hati ya Mbak Bella, kalau ada belokan tuh belok, jangan lurus … nanti nabrak." "Bawel, kamu pikir aku anak TK." "Cewek kalau sudah tidak perawan tuh memang suka sensian ya Dik," Ucap Jordi pada Dika sambil geleng-geleng kepala. "Siapa yang kamu bilang tidak perawan? Aku denger ya." "Ya kamu lah, siapa lagi yang sudah nikah disini?" "Emang kalau sudah nikah harus sudah tidak perawan, ya? Tidak begitu juga lah." "Bella jangan bilang kamu ... " Aurora memperhatikan Bella dari atas ke bawah. "Kamu belum ngelakuin "itu" sama Stevan?" "Apaan sih? Mau tahu aja urusan rumah tangga orang. Yaudah bisa tidak jadi pulang aku kalau begini caranya, bye," Perkataan teman-teman nya tadi membuat Bella berpikir, dia juga mengharapkan itu. Apakah dirinya memang sangat tidak menarik dimata Stevan? Sampai-sampai suami nya itu meminta untuk berpisah kamar dan membatasi interaksi diantara mereka berdua. Bella sangat yakin bahwa Stevan mencoba membangun dinding yang kokoh untuk dirinya. Setiap mereka bertemu saat sarapan pun Stevan tak pernah banyak bicara. Setiap malam Bella bahkan sengaja menunggu Stevan di ruang tv sampai larut malam hanya untuk melihat Stevan berlalu dan mengucapkan selamat malam padanya, lalu Stevan akan masuk ke kamarnya dan tak pernah keluar sampai pagi. Sungguh bukan pernikahan seperti ini yang dia inginkan. Bella pikir setelah menikah dia akan punya tanggung jawab seperti istri pada umumnya. Memasak, memasangkan dasi saat suami nya akan ke kantor, menyiapkan baju untuk di pakai suaminya setelah membersihkan diri, membuatkan kopi, memijat bahu nya setelah dia pulang dari kantor. Tapi tidak satu pun, tidak satu pun yang ada di bayangan Bella menjadi kenyataan. Stevan bahkan tidak pernah memberikan nafkah batin kepadanya. Diam-diam Bella berjanji dalam hatinya. Setelah kepulangan Stevan dari Hawai, dia akan memperbaiki semuanya. Dia akan menjadikan kehidupan pernikahan mereka selayak nya pasangan di luar sana, bahkan mungkin lebih indah. Bella berjanji akan membuat Stevan menerima kehadirannya, dia ingin Stevan tahu bahwa dirinya mencintai pria itu. Bella ingin Stevan merasakan bahwa dirinya mencintainya dengan tulus, bukan karena harta atau ketampanan yang Stevan miliki, melainkan karena memang Bella ingin memberikan Stevan semua yang terbaik sebagai seorang istri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD