Ebas melangkah ke arah mobilnya dengan langkah tenang seperti biasa, membawa jas yang disampirkan di tangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Nala memanggil dari ambang pintu. "Bas!" Ebas menoleh. Dengan kacamata yang bertengger sempurna di wajahnya, ia memandang Nala yang berdiri di depan pintu, tampak ragu namun memegang sebuah paper bag. "Ya?" tanyanya, mengerutkan kening sedikit heran. Nala berjalan mendekat, senyuman tipis terlukis di wajahnya. "Bawalah ini, untuk makan siangmu." Ia mengulurkan paper bag itu ke arahnya. Ebas menatapnya sejenak sebelum tersenyum kecil. "Tak perlu repot, Nala," katanya, meskipun tangannya tetap menerima paper bag itu. Namun, sebelum ia sempat berkata lebih, entah dari mana datangnya keberanian, Ebas mengangkat tangannya dan mengelus pela

