19

1429 Words

Saat suasana semakin hangat dengan obrolan ringan, Nyonya Haris menatap Nala dengan senyum lembut. "Nala," panggilnya, suaranya penuh kehangatan, "mulai sekarang, kalau kamu berbicara dengan kami, panggil saja seperti Ebas memanggil kami." Nala menoleh, sedikit terkejut. "Maksud Nyonya?" Nyonya Haris mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Nala dengan lembut. "Panggil kami Mama dan Papa. Tidak perlu merasa sungkan atau canggung." "Tapi... saya tidak berani..." Nala berkata dengan nada pelan, menunduk. Tuan Haris, yang duduk di sofa, ikut tersenyum. "Nala, kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami sekarang, setidaknya selama kamu tinggal di sini. Kami tidak ingin kamu merasa seperti tamu. Anggap saja rumah ini rumahmu sendiri." Nala terdiam, merasakan kehangatan yang tulus dari

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD