Annisa kembali ke tempat awal dia bertugas. Sebagai pramugari baru, Annisa bertugas sebagai pramugari junior. Annisa kembali ke kabin bagian belakang, melanjutkan tugasnya di sana. Agak aneh memang saat Aditya mencarinya sampai ke kabin belakang hanya untuk meminta dibuatkan secangkir kopi, padahal ada awak kabin lain yang bertugas di depan untuk membantu membuatkan minum dan menyajikan makanan untuk pilot.
"Nisa, kamu enggak dimarahin ama Captain kan? Captain Aditya emang suka gitu, nyuruh pramugari baru untuk membuatkan minum terus diantar ke depan. Mungkin itu salah satu cara dia berkenalan dengan pramugari baru. Kamu kan masih baru."
Salah satu teman sesama pramugari mengajak Annisa berbicara, namanya Nadia. Nadia bekerja sebagai pramugari lebih dulu daripada Annisa, mereka berkenalan saat Annisa pertama kali bertugas sebagai awak kabin.
"Aman kok, Nad. Emang Captain kita yang satu ini, sifatnya gimana sih? Kayaknya sama sekarang baru dua kali aku dapet jadwal bareng sama Captain Aditya." Annisa mengingat jadwal yang sebelumnya.
"Captain Aditya kata orang-orang tuh dingin banget, kayak kulkas 10 pintu, eh ada enggak ya? Terus galak, tapi ganteng banget, karena kegantengannya itu banyak yang suka. Kalo kamu juga suka sama Captain Aditya, saingannya banyak banget. Kamu lihat deh Mbak Nita dia kan yang paling deket tuh sama Captain Adit, enggak akan ada pramugari lain yang boleh deket-deket sama dia."
Bibir Annisa membulat. Tiba-tiba datang pramugari lain, Febri berbicara pada keduanya, "Udahan gosipnya, ayo ke depan, penumpang udah mau masuk nih. Ayo siap-siap." Febri mengingatkan tugas mereka yang sudah di depan mata.
"Baik, Mbak." Annisa dan Nadia menjawab serentak. Mereka berjalan beriringan ke bagian depan kabin, untuk bersiap dan menyambut kedatangan penumpang dengan senyum dan sapaan yang ramah.
Satu persatu penumpang memasuki pesawat yang akan mengantarkan mereka ke tujuan pagi ini. Tujuan penerbangan pagi ini adalah dari Jakarta menuju kota Denpasar.
Hampir separuh dari penumpang sudah masuk ke pesawat. Annisa bergerak ke area dalam untuk membantu beberapa penumpang mencari tempat duduk sesuai nomor. Dia juga membantu penumpang menyimpan tas, koper kabin atau barang bawaan lain di bagasi atas. Merapikan barang bawaan penumpang.
Ada penumpang yang membawa bayi, Annisa membantu memakaikan sabuk pengaman tambahan untuk bayi yang digendong ibunya.
Nita, pramugari menghitung jumlah penumpang. Dia kali bolak balik untuk memastikan jika jumlah penumpang sudah sesuai dengan data manifes yang di dapatkan dari bagian check in penumpang.
Annisa dan Nadia memeriksa kembali setiap penumpang, memastikan semua sudah menggunakan sabuk pengaman. Selesai semua pengecekan pesawat dipastikan telah siap untuk terbang, Nita menutup pintu bagian depan dan Nadia menutup pintu bagian belakang. Saat tiba waktunya take off, Annisa dan Nadia duduk di kursi masing-masing dan memakai sabuk pengaman.
"Bismillahirrahmanirrahim ...." Annisa berdoa untuk keselamatan semua yang ada di dalam pesawat mulai dari terbang hingga mendarat.
Captain Aditya berhasil menerbangkan pesawat dengan mulus. Pesawat terus naik menuju ketinggian yang semestinya.
***
Selesai sudah semua tugas Annisa hari ini. Saatnya mereka menuju hotel tempat mereka menginap malam ini. Jam menunjukkan pukul 20.00, pilot dan pramugari menginap di hotel yang sama. Semua kru diantar dengan kendaraan secara bersamaan.
Tiba di hotel, langkah kaki Annisa agak pincang, salah satu tumitnya lecet karena seharian memakai sepatu pantofel. Dia juga lupa membawa plester untuk mengurangi rasa sakit. Melihat langkah Annisa yang berjalan agak pincang, mata Aditya tertuju pada salah satu tumit Annisa yang lecet. Dia pikir dia harus melakukan sesuatu.
Aditya mencari karyawan hotel untuk meminta mereka membelikan salep untuk luka dan beberapa plester. Dia meminta karyawan hotel mengantarkan barang pesanannya ke kamar hotel. Sambil menunggu karyawan hotel, Aditya mandi dan mengirimkan pesan pada Annisa untuk menanyakan nomor kamar hotel tempat dia menginap.
Annisa
Kamar 203, Capt
Aditya tidak membalas pesan Annisa setelah membacanya. Tak lama kemudian karyawan hotel memberikan satu buah kantong kresek pada Aditya yang berisi salep dan beberapa plester.
"Tolong antarkan ke kamar 203."
Aditya meminta tolong karyawan hotel mengantarkan salep itu ke kamar tempat Annisa menginap. Namun, Aditya mengikuti karyawan hotel itu menuju kamar Annisa dalam jarak yang aman.
Dari kejauhan, dia melihat Annisa menerima kantong kresek yang diberikan oleh karyawan hotel, lalu pintu kamar itu tertutup.
Aditya mengirimkan pesan pada Annisa.
Aditya
Tumitnya diobati dulu.
Tidak ada balasan pesan dari Annisa membuat Aditya merasa khawatir dan perlu memeriksa ke kamar Annisa. Dia mengetuk pintu kamar Annisa perlahan. Annisa sendiri yang membuka pintu kamar, tetapi Annisa hanya membuka sedikit pintu kamar hotel.
"Terima kasih buat salep dan plesternya, Capt."
"Kenapa pesan saya enggak dibalas."
"Sudah saya balas dengan ucapan terima kasih yang barusan ini."
Annisa yang merasa tidak ada keperluan apa-apa lagi langsung menutup pintu kamar hotel. Aditya terkejut sekaligus bingung dengan sikap Annisa.
"Enggak sopan banget ini orang."
Aditya mengetuk lagi pintu kamar Annisa sampai pintu kamar itu dibuka. Seperti sebelumnya Annisa hanya membuka sedikit pintu kamar hotel. Tanpa bicara apa-apa Aditya mendorong pintu kamar itu sampai dia bisa masuk. Lalu dia menutup pintu kamar. Aditya menarik lengan Annisa agar mengikutinya menuju sebuah kursi. Dia menyuruhnya Annisa duduk di kursi.
Aditya mengambil salep dari kantong kresek yang diletakkan Annisa di atas meja. Aditya berjongkok di depan a Annisa. Dia mengoleskan salep di bagian tumit Annisa yang lecet.
"Mestinya habis terima salep itu langsung dioles ke bagian yang lecet."
Annisa memutar bola matanya, merasa kesal dengan Aditya lalu berbicara, "Gimana saya mau pakai salepnya, baru mau duduk, Captain ngetok pintu enggak berhenti sampai saya buka."
"Kamu—"
Ucapan Aditya terhenti saat Nadia masuk kamar hotel. Mata Aditya membulat merasa syok melihat Nadia yang tiba-tiba masuk kamar hotel, saat itu juga dia berdiri, bergerak ke belakang kursi Anisa, menunduk seperti mencari sesuatu.
"Aduh, mana tadi kecoanya, ya?"
Aditya berlagak seolah-olah mencari kecoa di belakang kursi. Annisa bangkit bergeser mendekati Nadia dan berdiri di sebelahnya.
"Captain ngapain di sini?" tanya Nadia. Dia merasa aneh melihat Aditya yang berada di kamar hotel itu.
"Tadi Annisa teriak, pas saya lewat di depan, saya masuk terus tanya ada apa, katanya ada kecoa tapi enggak ketemu. Tadi sih katanya ada di belakang kursi ini." Aditya mencari alasan yang masuk akal walaupun sebenarnya masih terdengar aneh bagi Nadia.
"Kamu yakin Nis di kamar ini ada kecoa? Kalau gitu kita harus laporan sama pihak hotel kalau kamarnya enggak bersih, ada kecoanya jadi kita bisa pindah kamar."
"Eh, ja-jangan, Nad kayaknya udah enggak ada deh kecoanya. Makasih ya, Capt udah bantuin." Annisa memberikan tanda pada Aditya untuk meninggalkan kamar itu.
"Iya, sama-sama, kalau gitu saya permisi dulu. Selamat malam."
Dengan cepat Aditya meninggalkan kamar Annisa dan Nadia. Di luar Aditya merasa lega. "Semoga Nadia enggak curiga deh." Dia berjalan kembali ke kamarnya.
Aditya masuk kamar hotel, dia tidur sendiri di kamar itu, karena belum mengantuk dia menelepon sahabatnya, Danu.
"Halo, Dan, lagi di mana?" tanya Aditya yang bicara lebih dulu.
"Aku di Jakarta. Kamu di mana?"
"Aku di Semarang nih. Eh ya aku ada kabar nih. Masih inget enggak dulu aku pernah cerita pengen cari seorang gadis yang enggak sengaja aku nodai?"
"Oh yang di hotel itu pas kamu mabuk kan? Masih inget dong. Gimana-gimana?"
"Gadis itu kerja di maskapai yang sama dengan kita jadi pramugari. Tau enggak beberapa hari yang lalu aku udah nikahin dia."
"Apa? Nikah, cepet banget. Aku enggak salah denger, kan?" Danu terkejut di ujung panggilan telepon.