Berhadapan dengan Nita

1066 Words
"Nikahnya baru beberapa hari yang lalu pas off, langsung aku datangi rumahnya Annisa itu, malam itu juga langsung nikah." "You are so amazing, Bro. Ekspress banget, emang enggak bisa ditunda gitu. Gini loh nikah itu kan butuh persiapan, enggak kayak kamu gitu langsung nikah tanpa persiapan. Harus daftar ke KUA kan." Danu tidak percaya sahabatnya akan menikah lagi secepat itu. "Nikah siri, kamu tahu kan pramugari baru harus taat kontrak, enggak boleh nikah sampai tiga tahun ke depan." "Nah apalagi itu, enggak boleh nikah selama kontrak. Cari masalah sih kamu. Tunggu tiga tahun lagi enggak apa kan?" "Keburu dia nikah sama yang lain kalau gitu." "Ya, enggak apa-apa kan. Kamu enggak wajib bertanggung jawab sama gadis itu, kalau memang dia nikah dengan yang lain, artinya kamu enggak jodoh dengan dia kan." Antara Danu dan Aditya memang berbeda prinsip dan pandangan pada seorang perempuan. "Danu, Danu kamu enggak akan ngerti gimana perasaanku. Kamu loh kerjanya cuma gonta ganti pacar, pindah sana sini, jadwal sekarang sama pramugari A, ganti jadwal lagi sama pramugari B. Enggak tahu gimana rasanya bertanggung jawab sama orang lain." "Yah gitu kan, pilot pacaran ama pramugari itu biasa banget, yang ganti-ganti pacar juga banyak, enggak cuma aku." Pilot pacaran dengan pramugari itu sudah lumrah, karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu terbang bersama dalam satu jadwal antara dua sampai lima hari yang ditemui orang yang sama. Mereka akan bekerja dengan anggota tim yang sama. Maka sangat wajar jika mereka akan terlibat hubungan pacaran atau menikah. "Yah emang sih banyak. Coba deh nikah, biar tahu rasanya tanggung jawab, tanggung jawab sebagai suami, sebagai ayah. Harus mikir nafkah, biaya sekolah anak, semua deh." "Aku enggak mau pusing mikirin itu." "Aku sumpahin loh kamu ngejer-ngejer cewek, kamu yang maksa pengen nikah, tau rasa deh." "Hahaha. Enggak mungkin terjadi itu. Udah dulu ya, mau tidur nih. Besok ada jadwal terbang pagi." "Ok." Danu sahabat Aditya memang belum menikah di usianya yang menginjak 35 tahun, alasannya bermacam-macam, tidak suka komitmen lah, malas tanggung jawab, belum mau punya anak, selalu ada alasan berbeda jika ditanya kapan menikah. Sedangkan Aditya menikah di usia 30 tahun, memiliki anak berusia 4 tahun. Almarhum istrinya juga seorang pramugari di maskapai yang sama. Mereka jatuh cinta karena sering terbang bersama. Namun, almarhum istrinya meninggal saat melahirkan anak mereka. Sejak saat itu setiap kali bersedih Aditya memilih minuman keras untuk melupakan istrinya, hingga dia bertemu dengan Annisa. Sejak insiden Aditya m*****i Annisa dia memutuskan untuk berhenti minum minuman keras, dia takut kejadian itu akan terulang dengan gadis lain. Memiliki seorang anak perempuan membuat Aditya takut apa yang dia lakukan pada Annisa akan menimpa anaknya suatu hari nanti, karena itu dia merasa harus bertanggung jawab untuk menebus kesalahannya pada Annisa dengan menikah. Walaupun belum ada perasaan apa-apa, yang penting dia tidak terlalu merasa bersalah lagi. *** "Kamu kan sudah tahu, tugas kamu di belakang kok malah ke depan? Ke kokpit pula kan, nganter kopi untuk Captain Aditya. Maksudnya apa coba pengen ngedeketin Captain Aditya ya?" Nita marah pada Annisa karena merasa tugas melayani pilot diambil alih oleh Annisa. Padahal memang Aditya yang meminta Annisa membuatkan kopi. Pesawat baru mendarat, penumpang lain sudah turun semua. Sementara para pramugari sedang membersihkan pesawat. "Tapi, Mbak, itu memang permintaan Captain langsung masa saya tolak." Annisa membela diri dari tuduhan Nita. "Kan kamu bisa bilang ke saya. Kasih tahu kalau memang ada permintaan dari Captain jadi saya bisa buatkan dan mengantar langsung, tugas kamu kan di kabin belakang." "Iya maaf, Mbak. Lain kali saya akan bilang ke Mbak deh. Kali ini maafkan saya udah mengambil alih tugas Mbak. Saya enggak tau." Aditya kali ini menyebabkan masalah untuk Annisa dengan permintaan khususnya pada Annisa. "Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Aditya saat lewat di depan Annisa dan Nita. "Eh, Captain Adit. Enggak ada apa-apa kok. Ini saya lagi ngajarin Annisa untuk bersih-bersih pesawat." Ekspresi wajah Nita yang tadinya marah, seketika berubah sumringah saat melihat Aditya. Aditya tahu jika sebelumnya Nita memarahi Annisa, dan dia juga tahu penyebab Nita marah karena cemburu. Sudah banyak yang tahu jika Nita memang menyukai Aditya dan sering marah jika ada yang mendekati Aditya. "Tapi tadi saya dengar kayak ada ribut-ribut. Annisa ikut saya, saya mau minta bantuan kamu." Aditya menatap tajam ke arah Annisa, Annisa hanya bisa menunduk. "Kenapa enggak minta bantuan sama saya aja, Capt?" Nita berkata dengan lembut dan genit, menggoda Aditya. "Kamu mau bantuin saya nyariin kunci kamar hotel? Kalau mau boleh aja tapi harus masuk kolam renang." "Mau deh, Capt. Asal habis kedinginan karena masuk kolam renang dipeluk ama Captain. Di mana kolam renangnya, Capt?" Aditya bergidik mendengar ucapan Nita. "Rugi saya peluk kamu. Ayo Annisa ikut saya. Waktu kita enggak banyak." Aditya berjalan duluan Annisa mengikuti di belakangnya. Dia tidak tahu apakah Aditya memang benar serius meminta bantuan atau menjauhkannya dari Nita. Dia hanya bisa mengikuti langkah Aditya meninggalkan pesawat. Setelah berjalan agak jauh, dan Aditya pikir di sana adalah tempat yang pas untuk bicara dengan Annisa dia berhenti. Annisa pun berhenti berjalan. "Kok berhenti, Capt?" tanya Annisa karena bingung melihat Aditya tiba-tiba berhenti di deket sebuah mushola yang sepi. "Tumit kamu enggak apa-apa?" tanya Aditya dengan ekspresi dan suara datar. "Mending, Capt. Sekarang saya pakein plester biar enggak tambah parah. Captain ngajak saya ke sini cuma mau tanya tumit saya aja? Katanya mau minta bantuan, gimana sih?" Annisa malah protes karena diajak jalan jauh-jauh hanya untuk bertanya itu sedangkan dia masih ada kerjaan lain di pesawat. "Kalau enggak ada yang penting, saya mau kembali ke pesawat sekarang, Capt. Saya ngerasa enggak enak sama awak kabin yang lain." Annisa berkata dengan tegas. "Saya mau minta maaf, karena saya kamu dimarahi Nita. Dia memang seperti itu. Resikonya kamu kalau berdekatan dengan saya, pasti dia akan cemburu." "Bagus kalau Captain sadar. Memang bukan salah saya. Lagian Captain kenapa harus minta bantuan saya sih? Kan ada Nita, minta tolong saja sama dia." Annisa merasa kesal mengingat kejadian saat dia dimarahi oleh Nita. "Kalau tahu ada yang cemburu kan tandanya dia sayang kenapa Captain enggak nikah sama dia aja?" Kali ini Adit ikut tersulut emosi karena ucapan Annisa. "Kamu pikir saya bisa sembarangan nikah dengan siapa aja cuma karena dia suka sama saya? Sorry to say tapi saya enggak begitu." Aditya meninggalkan Annisa dengan perasaan marah. Dia kesal karena Annisa bukannya berterima kasih karena dijauhkan dari Nita malah nyuruh Aditya menikah dengan Nita. "Dasar gadis aneh, enggak tahu terima kasih!" ucap Aditya geram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD