Liora memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan perihal pakaian apa yang akan dia gunakan. Dia memilih untuk melanjutkan makannya dengan hikmat.
Di kesunyian makan mereka, tiba-tiba Axton mendorong kotak tipis. Liora menatap benda kotak hitam itu.
"Belilah apa keperluanmu." Ucapnya. Setelah itu pergi meninggalkan Liora sendirian.
Liora mengambil kartu berwarna hitam. Tidak lama, setelah itu melempar kembali ke meja karena terkejut.
"Black card!!" Liora dengan suara terpekik. Dia tahu apa itu black card, tapi ini kali pertamanya dia melihat dan menyentuh secara langsung.
"Dia serius ngasih ini?" Katanya bertanya-tanya.
Tapi ide gila terbesit dikepalanya. Dengan bibir terangkat, Liora sudah memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan black card di depannya.
"Kau akan membayar sikapmu yang kurang ajar itu, Axton." Kata Liora dengan kikikan pelan.
Selesai makan, Liora membawa piring-piring yang tadi digunakan oleh Axton dan dirinya ke dapur untuk dibersihkan. Dia melihat Jenn sedang memasak entah untuk siapa.
"Seharusnya kamu tidak perlu melalukan ini! Biar yang lain saja yang melakukannya." Jenn mengambil piring yang ada di tangan Liora.
"Tidak apa-apa, setidaknya aku harus membantu hal sekecil apapun disini." Liora merasa tidak enak karena disana dia diberi makan dan tempat tidur yang nyaman. Setidakjya Liora harus membalas meskipun cuma sedikit.
"Pergilah ke kamar, biar pelayan saja yang melakukannya. Ini sudah malam juga." Jenn menyuruh Liora untuk pergi dari dapur dengan mendorong kecil tubuh Liora.
Liora pun tidak bisa berbuat banyak selain menurut saja. Sebelum benar-benar pergi, Liora menghadap kearah Jenn.
"Jenn, Anda sudah berapa lama bekerja disini?" Tanya Liora.
"Saat Axton masih kecil aku sudah disini. Kenapa? Apa ada yang ingin kamu ketahui dari pria es itu?" Tanya Jenn. Dia tahu Liora menyimpan banyak pertanyaan soal Axton. Soal pernikahan dadakan Axton, tentu saja Jenn dengan cepat tahu. Setelah pernikahan berlangsung, bodyguard yang selalu menemani Axton langsung menyampaikan semua yang terjadi pada Jenn tentang Axton.
Liora diam. Dia ingin sekali bertanya soal siapa Axton sebenarnya. Tentang pekerjaan, masalalunya, bahkan pertanyaan yang menggantung sedari tadi, siapa pemilik baju yang ia kenakan sekarang. Tapi Liora memilih untuk tidak melanjutkan bicara. Dengan senyum cantiknya, Liora berkata tidak jadi bertanya kepada Jenn. Wanita paruh baya itu pun tidak memaksa Liora untuk melanjutkan.
"Kamu akan tahu nanti. Jangan melihat dari cover yang kamu lihat dari mata, lihatlah dari hati maka kamu akan tahu orang seperti apa dia." Kata Jenn memberitahu dengan ucapan isyarat tentang Axton.
Liora hanya menatap bingung Jenn, setelah itu dia pergi dari dapur.
Dalam perjalan menuju kamar, Liora kepikiran tentang dirinya yang sudah menjadi istri orang. Setidaknya harus ada kejelasan tentang hubungan mereka meskipun Liora yang meminta Axton untuk menikah dengannya.
Dengan langkah cepat Liora menuju lantai atas tempat kamar Axton. Tangan Liora terangkat untuk mengetuk pintu besar di depannya. Pintu kayu yang besar dan tinggi. Liora sedikit ragu datang ke kamar pria itu. Tapi karena dia ingin kepastian, Liora mengenyahkan keraguannya.
Beberapa kali ketuk Axton tidak menjawab. Hingga ketukan beberapa menit pintu kamar itu terbuka.
Jantung Liora dibuat berhenti sejenak melihat apa yang dia lihat sekarang. Matanya langsung tertuju di perut dan bagian bawah sana yang menonjol.
Pemandangan pertama yang Liora lihat adalah Axton yang hanya mengenakan boxer ketat dan tanpa mengenakan baju. Rambutnya terurai basah dengan tetesan air yang mengalir di wajah pria itu.
Tanpa sadar Liora meneguk liurnya. Pemandangan yang tidak pernah ia lihat seumur hidupnya. Perut kotak-kotak dan tetesan air ditubuh pria itu membuat Liora lupa sejenak maksud dan tujuannya ke kamarnya.
"Matamu tidak bisa bohong, Nona." Axton dengan smirk di bibirnya.
Seketika Liora tersadar dari imajinasi liar tiba-tibanya.
"Apa maksudmu?" Liora dengan suara dibuat sebisa mungkin seperti biasanya. Tapi disana terdengar jelas bergetar.
"Apa tujuanmu kesini?" Axton tidak menjawab pertanyaan Liora.
"Kita harus memperjelas hubungan ini." Ucap Liora.
"Hubungan apa?" Axton tahu betul kemana arah pembicaraan mereka, tapi entah kenapa dia terlihat senang menggoda Liora yang marah.
"Pernikahan kita." Suara Liora mengecil. Entah malu atau memang dia juga tidak tahu harus memulai dari mana.
Diam beberapa saat,
"Tunggu aku diruang kerjaku." Setelah mengatakan itu Axton langsung menutup pintu tepat di depan wajah Liora. Untung saja tidak terkena pintu itu. Kalau kena, sudah dipastikan akan memar di hidung dan dahi.
"Dia pergi begitu saja tanpa memberitahu dimana letak ruang kerjanya. Dia lupa kalau aku belum sehari berada disini, Hah?" Liora menendang kesal pintu kamar Axton. Ia pun memilih tetap menunggu di depan kamar Axton.
Lima menit kemudian Axton keluar. Kini sudah mengenakan celana dan baju.
"Kau terlihat kecewa aku mengenakan baju." Goda Axton.
"Terserah!" Liora mulai malas menanggapi pria itu.
Axton berjalan lebih dulu dan masuk kedalam kamar tepat di sebelah kamarnya.
"Padahal disebelah kamarnya, tapi tidak mah memberitahu. Dasar pria aneh." Gerutu Liora dibelakang tubuh Axton.
"Aku bisa mendengarnya." Uja Axton.
*
Begitu pintu ruang kerja Axton tertutup, suasana di dalam terasa sangat berbeda dibandingkan kamar tidur. Ruangan itu luas dengan dinding penuh rak buku, sebagian terisi tebalnya dokumen dan beberapa peralatan kerja yang tampak rapi. Sebuah meja besar terletak di tengah, berwarna cokelat gelap mengilap, di atasnya ada tumpukan berkas dan laptop yang masih terbuka. Lampu gantung menerangi ruangan dengan cahaya putih yang cukup terang. Bau khas kayu dan sedikit aroma parfum pria tercium jelas.
Liora berdiri kaku di dekat pintu, menatap sekeliling ruangan dengan sedikit gugup. Axton melangkah lebih dulu, duduk di kursi kerjanya tanpa menoleh ke arah Liora. Tangannya membuka beberapa berkas, seakan memang benar ada yang sedang dikerjakannya.
"Duduklah," Axton sudah terlebih dahulu duduk di bangku kebesarannya. Liora duduk di depan Axton dengan gugup.
Bagaimana tidak gugup? Kini mereka dalam satu kamar yang sama. Hanya ada mereka berdua.
"Ehemm.." Liora berdehem untuk mencairkan suasana.
"Langsung saja, Tuan Axton yang terhormat. Kita tahu pernikahan ini terlalu dadakan. Aku juga minta maaf karena sudah melibatkanmu dalam urusan keluargaku. Dan berterima kasih sudah mau-"
"Langsung saja, aku tidak suka bertele-tele." Axton memotong ucapan Liora dengan dingin.
Liora terlihat kesal kepada Axton yang sering sekali memotong ucapannya. Tapi Liora memilih diam agar urusannya cepat selesai. Panas dingin kalau dalam satu ruangan yang sama dengan Axton berdua saja.
"Aku juga sebenarnya tidak tahu harus memulai dari mana. Ini terlalu mendadak. Saat itu aku tidak berpikir jernih sampai meminta pria asing menikah denganku." Ucap Liora jujur.
"Aku juga bukan tanpa alasan menerima ajakan pernikahan dadakanmu." Axton juga jujur kepada Liora.
"Aku menerima pernikahan itu ada alasan. Klise, aku hanya disuruh untuk menikah sebagai syarat untuk mengambil saham perusahaan agar menjadi pemilik terbanyak." Axton memberitahu kalau dia punya maksud tersendiri kenapa dia mau saja diajak nikah oleh Liora.
Axton menjeda ucapannya.
"Menikah denganku sampai 100 hari. Setelah itu kau bebas. Kau hanya perlu menjadi istri di depan orang-orang. Dengan kata lain, pernikahan kontrak selama 100 hari denganku."