Meski masih belum mengerti benar maksud ucapan Keenan barusan, tetapi ada yang berbeda dalam d**a Nadine. Perasaannya ... seolah ia dimiliki seseorang, seperti ada yang memberikan makna baru pada hidupnya. Selama ini, ia belum pernah merasakan hal seperti ini. Apakah inilah yang disebut cinta? Ia mencoba merasakan, mencoba menerima, tapi entah mengapa hatinya campur aduk.
Sementara itu, suara Keenan yang menegur, menggema di telinga Denada. "Keenan, kenapa kamu selalu berpikir buruk tentang Mama? Mama hanya memberikan perhatian khusus pada Nadine, istri kamu, menantu Mama. Bukankah wajar seorang ibu mertua memperhatikan menantunya?"
Kata-kata itu terdengar manis namun menusuk bagi Nadine, terasa seperti cambukan yang mengingatkannya akan kenyataan yang sebenarnya. Dalam hati, ia mengecam
