Berebut warisan

1017 Words
Nina beranjak berdiri dan melangkah menghampiri guru baru nya itu yang berada di depan meja samping bor tulis di ruangan kelas itu. "Ishaq memberikan pelajaran yang tertera dalam buku matematika dan menyuruh Nina untuk menulis di dinding bor itu. "Nina'' Kau tulis 5 soal di bor '' Ishaq memberi perintah kepada gadis yang berusia 12 tahun itu. 'Nina tidak menjawab dan tidak menolak' dia menerima buku dari guru nya dan melangkah ke samping untuk menulis di bor yang di suruh oleh guru baru nya itu. Bener apa yang di ceritakan oleh lelaki tua itu bahwa anak dukun sakti itu anak nya pendiam tidak banyak berbicara membuat hati ini penasaran '' kata dalam hati nya Ishaq Adjo. "Sesat tidak lama berselang Nina pun menyudahi tulisan di bor nya lengkap dengan semua jawabannya dan tulisan nya sangat rapi dan bagus. "Ia pun memberikan lagi buku matematika kepada gurunya Tampa berkata atau pun bersuara untuk sekedar apakah ada lagi yang harus di kerjakan. Ia diam dan langsung berbalik lagi menuju meja yang paling pojok dan belakang ruangan kelas tersebut. "Ishaq pun berdiri dan mengambil satu kayu kecil dengan panjang satu meter lalu dia arahkan pada bor dengan berkata kepada murid murid nya. "Anak anak coba tulis yang barusan teman kalian menulis nya di bor setelah itu serahkan kepada saya untuk di nilai'' kata Guru Ishaq sambil tangannya menjulur kan kayu itu kepada papan bor tulis. "Baik' Pa Guru Ishaq '' jawab mereka serentak...! ''Hanya buruh 3 menit buat Nina menulis tulisan yang ada di papan bor itu, Ia langsung menghampiri ku sambil memberikan buku yang sudah selesai dengan tulisannya. Sementara yang lainnya masih bergelut dalam pensil dan buku nya yang sekali kali melirik kearah papan bor itu. "Nina '' Sudah beres'' Tanya guru "Ia hanya mengangguk' tampa bersuara seraya memberikan buku tulis nya kepada guru Ishaq. "Aku menerima nya dan membuka lembaran tulisan dari murid yang pendiam. Aku pun langsung menilai nya dengan angka 100 karna tulisan nya yang begitu rapi. "Nina ini ada titipan dari kepala sekolah yang bernama Suryana lelaki tua itu. ''Nina menerima nya dengan buku soal yang sudah tadi aku beri nilai dan pergi tanpa pamit atau pun mencium tangan guru. * * * "Sementara di bukit gunung desa atas yang di huni hanya 40 keluarga dengan rumah panggung yang berjejer rapi, tepat nya di salah satu rumah seorang Cenayang atau bisa di sebut dukun sakti, sedang berduka atas meninggal nya dukun sakti itu setelah tiga malam tersebut menjerit jerit kesakitan dalam ritualnya. "Seorang wanita setengah tua sekitaran usia 40 tahun sedang berdiskusi bersama empat istri Cenayang itu akan hal warisan yang di tinggalkan oleh suami nya. "Buat Citra mantan Istri Suryana yang kabur dan memilih dukun sakti itu tidak di permasalahkan masalah warisan itu yang Ia pikirkan bagaimana cara nya ilmu dukun sakti itu harus turun kepada dirinya. Untuk membalas dendam kepada Suryana. "Citra kau sebagai istri yang paling terakhir hanya mendapatkan 5 persen saja dari hasil warisan yang akan saya jual' kata istri pertama sekitaran usia 60 tahun itu. "Mbak.....! Aku ikut Saja dan tau diri kok.' Jawab Citra pasrah. Dan kalian bertiga mendapatkan 10 persen sisa nya 65 persen milik saya'' kata wanita tua dengan senyuman licik itu. "Mereka bertiga hanya bisa mengangguk padahal dalam hatinya merasa dongkol ulah istri pertama nya. karna menurut informasi bahwa ilmu suami nya akan turun temurun kepada anaknya, sedangkan Cenayang itu hanya mempunyai satu anak dari rahim istri pertamanya. yang bernama Nina Zatulini. "Tujuan Tiara mendekati Suryana untuk membujuk Nina agar mau keluar dari desa atas dan membawa nya tinggal bersama dengan Tiara. Untuk meraup keuntungan dari Anak kecil itu yang menjadi penerus dukun sakti itu. "Hai.....! Tiara apa kau sedang memikirkan untuk membunuh saya" bentak wanita tua yaitu istri pertama Cenayang itu. "Mbak.....!! jangan suka suudzon...! saya diam lagi memikirkan mending pergi dari sini kembali ke kampung ku atau tetap berada di sini'' jawab Tiara santai tidak ada ketakutan dalam dirinya menghadapi wanita tua itu. "Lebih baik kau enyah bersama tiga wanita busuk ini setelah aku selesai membagikan warisan peninggalan Tardi'' kata wanita tua itu dengan suara sedikit lantang dan sorot mata penuh dengan kebencian. "Mbak......! Walau bagaimana pun kami akan tinggal di sini sesuai amanat dari Tardi'' kata mereka bertiga sedangkan citra tak ikut bicara. "Cuih.......! Enak saja, yang berkuasa saat ini saya. Si Tardi sudah modar dan yang berhak akan rumah ini adalah Nina Zatulini Anak saya'' bentak wanita tua itu. "Di saat pertengkaran adu mulut di antara para istri Cenayang itu. Tiba tiba Nina yang baru pulang sekolah pun tiba dengan sorot mata yang tajam mengarah kepada ibu nya dan ketiga wanita yang di sebut ibu tirinya. Seketika sorot mata Nina pun memberikan tatapan yang mengerikan dan mereka berempat pun seketika menunduk karna rasa takut nya pada anak kecil yang baru Masuk kedalam rumah panggung tersebut. Beda halnya dengan Tiara hanya menunduk tidak berani menatap nya. Karna sudah di beritahu sebelum suaminya meninggal. * * "Sementara di waktu yang sudah sore tepatnya di Negara Piramida tersebut. Seorang lelaki dengan terburu buru menjalankan mobil nya karna menerima kabar bahwa majikan nya sedang meraung Raung kesakitan. Beberapa dukun pun menenangkan nya tapi tidak ada yang berhasil. Dukun leluhur yang sempat mengobatinya waktu itu pun kini terkena imbas nya terpental di saat sedang menganjurkan air nya kearah Moch Adjo. "Ahk.........! Jeritan suara dukun itu setelah terpental jauh nya dan menabrak dinding tembok seketika darahnya muncrat dari mulut nya. "Semua orang melihat nya ketakutan beberapa para pelayan bersembunyi di pojok - pojok sudut istana tersebut. Para selir berteriak seraya berlarian suasana di Istana Moch sangat mencekam sore itu. "Dukun sakti itu pun segera bangkit dan bersila membaca mantra mantra dengan mata tertutup dan murid murid nya seketika mengikuti dukun sakti itu untuk memberikan hawa panas kepada gurunya yang sedang bersila dan berkonsentrasi untuk melepas Sukma nya dan melesat ke alam dimana Moch Adjo di bawa oleh Cenayang yang menyantet nya. "Hus..........." Hus........" Hembusan angin terasa menusuk dalam pundak belakang seseorang yang ada di situ sedang memperhatikan seorang Cenayang untuk mengobati majikan nya itu. "Cenayang itu langsung merogoh Sukma nya terbang menuju alam yang tak kasat mata. bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD