Nathaniel duduk mematung di ruang kerjanya. Hanya denting jam di dinding dan bunyi hujan yang menetes pelan di luar jendela yang mengisi kesunyian. Ia baru saja membaca ulang pesan singkat misterius itu, “Hati-hati. Dia tahu.” Pesan yang singkat, tapi sarat ancaman. Pesan yang membuat darahnya mendingin sekaligus membakar. Pikirannya berputar. Siapa yang dimaksud dengan dia? Aurelia? Rayven? Atau seseorang lain yang selama ini tak ia sadari? Rasanya seperti berjalan di sebuah lorong gelap, penuh pintu tertutup, dan ia tidak tahu mana yang akan membawanya keluar, atau malah menjerumuskannya semakin dalam. Suara ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Nathaniel mengangkat kepala. “Masuk,” katanya datar. Seorang pria berjas hitam masuk. Detektif pribadi yang selama ini ia percaya,

