6. Wanita lemah mudah di tindas

1012 Words
Memutuskan menikah bukan hanya sekedar setuju antara kedua belah pihak saja. Ada banyak orang yang terlibat di dalamnya, salah satunya keluarga. Menikah bukan hanya mendaftarkan diri di kantor pencatatan sipil, tapi ada hal lain yang ternyata jauh lebih rumit, jauh lebih sulit dari yang dibayangkan Isyana sebelumnya. “Malam ini kita akan bertemu keluargaku, pakai pakaian rapi, jawab setiap pertanyaan Ibu dengan baik. Kamu hanya perlu meyakinkannya saja, setelah itu kita akan merencanakan kapan dan dimana pesta pernikahannya.” “Aku tidak mau ada pesta.” Akan semakin rumit, saat ia mengadakan pesta pernikahan secara besar-besaran. “Lebih baik menikah di luar kota atau luar negri sekalian.” Untuk menghindari awak media yang masih gencar memberitakannya, termasuk pernikahan nanti. “Aku setuju, kita akan menikah di Jepang.” Untuk beberapa hal keduanya memiliki sudut pandang yang sama, sampai saat ini Isyana merasa tidak ada kendala yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Albi partner yang cukup baik. Mereka melangkah beriringan dengan kedua tangan saling bertautan. Restoran yang berada disalah satu hotel bintang lima menjadi lokasi dimana Isyana dan keluarga Albi akan bertemu. Sejak keluar dari dalam mobil, keduanya sudah memerankan perannya masing-masing, beranting sebaik mungkin untuk meyakinkan orang-orang yang memperhatikan keduanya. Isyana yakin, meski tidak ada satupun awak media di tempat itu, tapi beberapa orang yang mengenalnya diam-diam mengambil gambar secara tersembunyi. Albi pun menyadarinya, bahkan saat keduanya berada didalam lift, lelaki itu sempat mengusap wajah Isyana dengan lembut. “Cantik sekali,” Bisiknya tepat di dekat telinga Isyana. Albi sengaja melakukannya, setelah menyadari seseorang yang ada di belakangnya diam-diam mengambil gambar atau mungkin memvideo mereka berdua. Isyana tersenyum manja, sebagai balasan sekaligus melengkapi drama yang mereka pertontonkan malam ini. Sampai di lokasi tujuan, Isyana melihat empat orang sudah menunggunya. Situasi restoran yang tidak begitu ramai bahkan terkesan sepi, membuat kehadirannya langsung disadari mereka. “Itu keluargaku.” Ucap Albi dengan perlahan. Isyana menghela, memegang erat tangan Albi untuk mengurangi gugup yang dirasakannya saat ini. “Bu, kenalin ini Isyana, calon istriku.” Albi langsung memperkenalkan Isyana. “Selamat malam, saya Isyana.” Isyana mengulurkan tangannya ke arah wanita paruh baya yang tengah menatapnya dengan tatapan menilai. Apakah wanita itu terlihat bersahabat, atau terkesan menyambut baik kehadirannya? Tentu saja tidak. Aura penolakan sudah mulai tercium jelas. Isyana masih masih mempertahankan senyum terbaiknya, saat wanita itu menjabat tangan dengan sangat singkat seolah tangan Isyana terlalu kotor untuk bersentuhan dengannya. “Ini Ayah, Oma dan ini Kakakku.” Albi mengenalkan semua anggota keluarganya yang ada disitu. Dari keempatnya, hanya Oma yang terlihat ramah dan tersenyum tulus padanya. “Sejak kapan kalian dekat? Ibu nggak tahu kamu punya pacar, apalagi seorang artis.” Pandangan seseorang terhadap profesi Isyana memang tidak selalu baik. Tidak jarang mereka justru menganggap sebelah mata, dan menyepelekan profesinya, termasuk Bu Ajeng, ibunya Albi. “lumayan lama, kami memang sengaja menyembunyikannya, mengingat Isyana masih memiliki banyak kontrak kerja.” Jelas Albi. Isya masih diam, membiarkan Albi meyakinkan ibunya. “Sejak kapan pastinya, sebelum kamu kenal Cristina?” Isyana menoleh, saat nama seorang wanita ikut dilibatkan dalam acara perkenalan malam ini. “Kami menolak Cristina dan lebih memilih dia, apa karena terlanjur diketahui wartawan? Ibu bisa menyelesaikannya kalau kamu mau dan kamu tidak perlu bertanggung jawab untuk sesuatu yang tidak sepatutnya kamu lakukan.” Semakin menegangkan, membuat Isyana menyadari musuhnya nanti, setelah ia berhasil menikah dengan Albi. “kami saling mencintai, karena itulah kami memutuskan untuk menikah bukan karena terlanjur ketahuan wartawan.” Albi masih bersikap tenang, tapi tatapan matanya tidak bisa berbohong, ia kesal dengan reaksi dan setiap ucapan yang terlontar dari bibir ibunya. “Saling mencintai? Ibu tidak salah dengar?” “Tidak. Kami saling mencintai dan akan menikah dalam waktu dekat, bukankah Ibu ingin segera memiliki menantu dan cucu? Aku akan merealisasikannya dengan segera.” Albi merangkul pundak Isyana, mengecup sebelah pipinya dengan lembut. Bulu kuduk Isyana meremang, mendapatkan sentuh lembut dan mendadak seperti itu. Bohong jika tubuhnya tidak bereaksi apapun. “Kapan kalian akan menikah? Di mana keluargamu?” Oma mengambil alih pertanyaan, kali ini ditujukan pada Isyana. “Dalam waktu dekat, mungkin sekitar dua atau tiga minggu lagi. Sementara keluargaku,” Isyana menjeda ucapannya, menoleh ke arah Albi seolah meminta izin pada lelaki itu. Albi pun mengangguk samar. “Ibu sudah meninggal tapi Ayah masih ada dan saat ini tinggal di Kalimantan, sudah memiliki keluarga baru. Di jakarta ini aku tinggal sendiri,” “Oh begitu, kamu tidak memiliki siapapun di Jakarta, misalnya saudara?” “Tidak, aku tinggal sendiri.” Oma menatap Isyana dengan begitu lekat, entah apa yang ada dalam pikiran wanita tua itu, sebelum akhirnya ia tersenyum dan meraih satu tangan Isyana. “Menikahlah, Oma akan merestui hubungan kalian berdua.” Isyana mengerjap, merasa tidak percaya dengan respon Oma yang justru lebih mudah di yakinkan dibandingkan Bu Ajeng, dimana wanita itu seolah tetap bersikeras dengan kecurigaannya yang menganggap Isyana telah menipu atau menjebak Albi. Firasat seolah Ibu memang tidak pernah salah, pasalnya apa yang mereka rencanakan saat ini bukan atas dasar cinta, tapi sebuah rekayasa yang dilakukan untuk menutupi skandal yang sudah terlanjur tersebar di masyarakat. Isyana yang ingin menyelamatkan karir serta hidupnya, bersedia menerima ajakan Albi untuk menikah kontrak. Entah alasan apa yang membuat Albi menawarkan tawaran tersebut, sepertinya lelaki itu pun menyembunyikan sesuatu yang belum diketahui Isyana. Mungkin ada hubungannya dengan sosok wanita bernama Christina yang selalu disebut-sebut Ajeng sepanjang obrolan malam ini. Pada akhirnya Albi dan Isyana akan menikah, rencananya mereka akan melangsungkan pernikahan secara tertutup di Jepang. Tidak banyak tamu undangan yang hadir, hanya kerabat dekat saja. Bu Ajeng memang secara gamblang menunjukkan respon bahwa ia tidak menyukai Isyana, begitu juga dengan Alea, kakak Albi. Sosok ipar dan mertua yang sudah siap akan merecoki rumah tangganya kelak. Tipe kakak ipar dan mertua maut, yang kerap dijadikan ide sinetron yang episode nya bisa berjumlah ratusan. Tapi Isyana tidak merasa takut sedikitpun, ia justru merasa siap untuk melawan mereka, menunjukkan diri bahwa ia bukan wanita lemah yang mudah ditindas. Menghadapi dua wanita itu tidak akan membuat Isyana gentar, bahkan saat ini pun ia sudah menghadapi ratusan hatters yang membencinya, yang menunggu kehancurannya. jadi, siapa takut?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD