5. Istri idaman.

1096 Words
“Isyana bisa jelaskan bagaimana hubungan kalian? Apakah benar kalian berdua berselingkuh?” “Isyana, apa benar lelaki yang bersamamu itu sudah memiliki kekasih?” “Isyana tolong jelaskan.” Isyana dan Albi memutuskan untuk keluar dari dalam kamar hotel, dimana kedatangan mereka langsung diserbu para wartawan yang sudah menunggu sangat lama. Dengan posisi di gandeng oleh Albi, mereka berdua berusaha keluar dari kerumunan awak media yang seolah tidak mau melepaskan keduanya tanpa menjelaskan apa yang terjadi. Tapi sesuai kesepakatan mereka berdua sesaat sebelum keluar, untuk tidak mengatakan apapun di depan awak media. Apapun yang terjadi Isyana harus tetap diam. Sulit berjalan menuju ke arah pintu keluar, jumlah wartawan sangat banyak, lebih dari sepuluh orang. Beruntung empat orang security datang menolong, yang membuat keduanya bisa terbebas dari kejaran awak media. Genggaman tangan Albi masih terasa begitu kuat di tangannya, padahal saat ini keduanya sudah berada di dalam life bersama empat orang security menuju sebuah basement khusus. “Kami sudah menyediakan mobil, silahkan ikuti kami.” Ucap salah seorang dari mereka. Isyana dan Albi mengikut saja, dimana sebuah mobil berwarna hitam sudah menanti keduanya. “Ini kuncinya, silahkan pulang dengan aman. Kami pastikan wartawan tidak akan mengetahuinya.” Albi mengambil kunci mobil, “Terima Kasih, kerja bagus aku akan mengirimkan imbalannya nanti.” “Ayo, masuk.” Albi membukakan pintu mobil untuk Isyana, wanita itu sempat menoleh ke arahnya menatap dengan tatapan bingung. Siapa sebenarnya Albi, kenapa ia bisa mendatangkan bantuan dengan mudah. Selama ini Isyana hanya mengenalnya sebagai salah satu teman baik Arik, tidak mengenal secara dekat yang membuat Isyana mendapatkan banyak kejutan dari sosok lelaki itu. “Ini bukan rumahku,” Isyana menyadari bahwa jalan yang mereka lewati bukan jalan menuju rumahnya. “Memang bukan,” Albi mengiyakan. “Ke rumahku.” Isyana menoleh. “Kita tidak akan menikah besok, bukan?” “Tentu tidak, tapi secepatnya.” Isyana terdiam. Apakah keputusannya menikah dengan sosok Albi adalah keputusan tepat? Pengetahuannya tentang lelaki itu sangat sedikit. Tapi sosoknya begitu misterius seolah memiliki pengaruh dan kekuatan yang sangat besar. “Kita harus memperjelas kontrak pernikahan nantinya.” “Tentu, kedua belah pihak harus saling diuntungkan.” Isyana merasa gelagat aneh yang mulai disadari dari setiap ucapan lelaki itu. “Keuntungan apa yang kamu ingin? Karena selain menikah pura-pura, kita tidak memiliki ketertarikan satu sama lain.” Albi tersenyum samar. “Tidak banyak, aku hanya ingin kamu jadi istri sementara dan kamu bisa terbebas dari semua gosip murahan itu. Cukup sederhana bukan?” Tapi Isyana yakin tidak akan sesederhana itu, seorang lelaki yang rela mengorbankan diri untuk melindunginya tanpa meminta imbalan apapun, rasanya sangat tidak mungkin. “Kita tidak akan tidur bersama,” “Ayolah, jangan terlalu naif. Kita menikah sah dimata negara dan agama, lantas mengapa kita tidak boleh melakukan itu?!” “Aku tidak mau melakukannya tanpa cinta.” Albi tertawa. “Tapi setelah menikah, kamu dan semua yang ada di dalam dirimu menjadi milikku.” Senyum di wajah lelaki itu terlihat menyeramkan. “Kita bisa membatalkannya, sebelum semua terlambat.” “Kamu tidak bisa mundur, Isyana. Aku adalah lelaki yang keluar dari dalam kamar hotel bersamamu tadi, semua orang tahu aku adalah sosok lelaki berinisial A.” Isyana terdiam, sepertinya ia baru saja menumbalkan lelaki yang salah. Situasi yang semakin tidak terkendali, ternyata pemberitaan tentang dirinya dengan sosok lelaki berinisial A terus bergulir. Isyana mengalami banyak kerugian, termasuk beberapa brand ternama yang memutus kontrak secara sepihak. Baik yang baru bekerja sama ataupun yang sudah terlanjur kerja sama. Isyana di kena uang penalti untuk kontrak yang sudah terlanjur dan semua itu membuatnya kehilangan banyak uang. Isyana dituntut memberikan uang ganti rugi dalam waktu kurang dari satu minggu. Ketenaran dan kekayaan ternyata tidak bersifat selamanya, bahkan hanya dalam hitungan hari Isyana sudah kehilangan banyak harta. Beberapa barang berharga miliknya akan mulai dijual, dari mulai mobil, sampai apartemen. Isyana memiliki beberapa mobil dan apartemen sebagai salah satu bentuk investasi, untuk menutupi kerugian yang saat ini dirasakan, terpaksa ia menjual sebagian dan menyisakan satu mobil dan satu apartemen untuk tempat tinggalnya nanti. “Baiklah, aku rasa sudah cukup berlama-lama di rumahmu. Aku harus menyelesaikan masalahku yang lain. Jadi, bagaimana dengan kontrak pernikahan yang akan kita sepakati.” Dua hari berlalu dan Isyana masih berada di apartemen Albi. Lelaki itu seperti mengurungnya, sementara ia kerap pergi pagi dan pulang larut malam, keduanya belum bicara serius mengenai perjanjian pernikahan. Kemunculan sosok Albi memang sedikit meredam gosip miring tentangnya tapi hal tersebut tidak lantas membuat pemberitaan tentang Isyana mereda. Justru ada beberapa gosip lainnya yang muncul silih berganti, entah darimana sumbernya dan siapa saja yang menyebar fitnah hingga Isyana benar-benar dibenci banyak orang. “Kita akan menikah dalam waktu dekat, tapi sebelum itu kamu harus bertemu dengan keluargaku dulu.” Isyana mengangguk. Apapun jenis pernikahan yang akan mereka sepakati, bertemu keluarga besar menjadi salah satu bagian terpenting. “Bagaimanapun juga mereka akan tetap menganggap kita menikah karena cinta.” “Benar. Aku setuju, di depan keluarga dan di depan banyak orang kita adalah sepasang suami istri, di belakang mereka kita hanya sebatas partner.” “Untuk tempat tinggal, kita akan tinggal bersama di sini, sesekali kamu boleh tinggal di rumahmu dan untuk semua kebutuhanmu akan menjadi tanggung jawabku termasuk uang bulanan.” “Tapi, kita nggak menikah sungguhan, kamu tidak memiliki kewajiban untuk membiayai semua kebutuhanku.” Isyana merasa Albi tidak perlu melakukan hal tersebut untuknya. “Aku masih bisa membiayai diriku sendiri, aku tidak benar-benar miskin.” Albi tersenyum. “Aku tahu, tapi kamu istriku dan sudah menjadi tanggung jawabku.” Saat Albi mengatakannya, Isyana merasa sedikit tersentuh. “Dan untuk kamar, kamu bisa menempati kamar itu,” tunjuk Albi ke arah kamar satunya, kamar yang selama ini kosong. “Kita tidak akan,” “Kamu boleh minta itu, kalau mau.” Isyana mengucapkannya dengan canggung. “Kalau kamu mau, kalau tidak nggak apa-apa. Itu sebagai salah satu imbalannya.” “Bukan imbalan, tapi itu kewajibanmu sebagai seorang istri. Melayani suami dengan baik.” Wajah Isyana memanas seketika. “Tapi, aku bukan istri yang baik.” “Jadi, kesepakatan kita sudah selesai bukan?” Isyana menganggukkan kepalanya. “Kamu boleh melakukan apapun diluar sana termasuk memiliki kekasih. Aku tidak akan melarang, karena pernikahan kita hanya berlaku satu tahun.” “Kita lihat saja nanti, sekarang kita buat surat perjanjiannya dulu. Tandatangani, dan kita akan menyimpan salinannya masing-masing.” “Baiklah.” Kesepakatan pun terjadi, dimana Isyana akan menikah dengan sosok Albi Alexander, yang dianggap sebagai penyelesaian dari masalah yang tengah terjadi di hidupnya. Tapi apakah benar pernikahan itu menjadi solusi terbaik atau justru menjadi masalah baru yang akan disesalinya kemudian hari.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD