Bolehkah Isyana merasa seluruh dunia sedang berpihak padanya? Kepakan kupu-kupu bergemuruh dalam tubuhnya, melihat senyum lembut Albi yang selalu ditunjukkan lelaki itu padanya. Rasanya ingin berteriak saja, tapi Isyana mencoba untuk menahannya. “Ternyata melelahkan juga ya,” Albi menghela lega, saat salah satu kru memberitahukan waktunya istirahat dan syuting hari ini selesai. Tiga hari berlalu tanpa hambatan, Albi dan Isyana bekerja sama dengan sangat baik, bahkan beberapa orang kerap menyoraki keduanya melihat kemesraan yang kerap ditunjukkan Albi, membuat mereka iri dibuatnya. “Iya.” Isyana mengulurkan tangan berisi satu lembar tisu. “Kamu keringatan.” Bukannya menerima tisu di tangan Isyana, Albi justru menyodorkan wajahnya. “Aku capek banget, kamu yang lap.” Ya ampun! Ras

