“Duduk, Cin,” titah Danuar yang baru menyelesaikan sarapannya. Ia berdiri, lalu berpamitan pada Alma. Mencium pipi kiri dan kanan sang istri tanpa sungkan di depan menantunya. “Nggak usah diantar ke depan, Mama ngobrol aja sama Cinta.” “Iya,” ucap Alma kemudian mencium punggung tangan sang suami. “Hati-hati di jalan.” “Berangkat dulu.” Cinta mengangguk. Masih saja merasa sungkan ketika melihat kemesraan kedua mertuanya di depan mata. Jauh di lubuk hati, Cinta berharap akan mendapatkan sosok suami yang baik dan bertanggung jawab seperti Danuar. Namun, jelas pria itu bukan Bias! “Kata mas Bias, Mama mau bicara soal kerjaan?” tanya Cinta menarik kursi di samping Alma, lalu duduk perlahan di sana. Alma mengangguk. “Kamu nggak ada niat mau resign? Terus, fokus aja ke Naraland?” Cinta men

