“Biar aku simpulkan, kamu marah ke papamu karena sikapnya selama ini terlalu pilih kasih,” ujar Bias mencoba menyederhanakan pemikiran Cinta. “Nggak cuma papamu, tapi kamu marah sama semua orang rumah. Terutama Cia. Karena itu, langkah awal dari semuanya yaitu kamu menjebakku supaya bisa menikahimu.” “Begitulah,” jawab Cinta tidak akan lagi berbohong di depan Bias. “Kenapa? Kamu mau bongkar semuanya di depan selingkuhanmu itu?” “Ck! Cia bukan selingkuhanku,” ralat Bias berdecak keras. “Dia itu perempuan yang–” “Yayaya,” putus Cinta memutar bola matanya. “Dia cewek yang kamu cintai dan mau kamu nikahi. Bosan aku dengarnya.” Cinta membuang napas cepat. “Jadi, kamu mau ngadu ke pak Kiano sama Cia?” “Bukan seperti itu,” ujar Bias mengetuk-ngetuk setir mobilnya. Sebenarnya, ia juga merasa i

