57. Mengamuk.....

2005 Words

Keesokan paginya, Langit dan Ayana membuka pintu kamar masing-masing nyaris di waktu bersamaan. Kamar yang bersebelahan, membuat mereka membeku. Untuk beberapa saat, kedua sejoli itu membeku. Kesalah pahaman yang berawal dari penyamaran Langit, menjadi alasannya. Ayana merasa malu bahkan rasa lain yang sulit Ayana artikan. Sementara Langit merasa tak enak hati. “Jangan canggung.” Langit sengaja memulai perbincangan. Ia berangsur menoleh, menghadap Ayana yang jadi mematung dalam kondisi menunduk. Tangan kanan Ayana masih memegang gagang pintu. Dari penampilannya, Ayana tampak sudah siap pergi. Tas mahal berwarna hitam dan Langit yakini pemberian Atlantis, sudah menghiasi pundak kanan Ayana. “Kamu istri Atantis. Yang dengan kata lain, kami juga adikku, Ayana. Tidak ada yang perlu membua

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD