8

1173 Words
Satu jam kemudian Aya pun terbangun dan membuka matanya secara perlahan. 'Mimpi apa aku tadi?' gumamnya dalam hati. Mimpi itu seperti nyata dan jelas sepertinya Firman datang ke rumah ini. Aya pun bangkit dan duduk di tepi ranjang Firman. Aya mengambil ponsel dan mencari nomor Firman lalu meneleponnya. Hidungnya pun menghirup aroma wangi tubuh Firman. Wangi ini benar-benar khas dan bukan wangi milik orang lain. Firman termasuk tipe laki-laki penyuka wewangian, tentu saja Firman akan memilih wewangian yang cocok dengan tubuhnya dan memiliki aroma yang khas. Aya mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar, tidak ada yang berubah, tapi sebentar... 'Kenapa ada kotak kado di meja belajar itu.' gumam Aya dalam hati. Aya pun berdiri menghampiri kotak kado itu. Diambilnya kotak kado berwarna Pink itu dan mulai di bukannya. Di dalam kotak tersebut berisi kotak musik berbentuk dua hati berwarna pink..Bila dibuka kota musik itu akan mengalunkan alunan musik yang sangat indah dan romantis, mungkin ini karya Bethoven. Ada satu cincin dengan satu mata yang sederhana dan satu kalung dengan bandul huruf FA. 'Kenapa cincin ini bisa pas sekali di jariku.' gumam Aya lirih. Aya membuka sebuah surat disana. Surat yang sangat harum dan memiliki khas dari parfum Firman. Untukmu Fadila.... Selamat Ulang Tahun....walaupun masih seminggu lagi. Aku takut tidak bisa memberikan kado ini secara langsung kepadamu. Terima kado ini special untuk Aya kesayanganku. Maafkan Aku tidak bisa selalu menemanimu sesuai janjiku. Ada beberapa urusan yang harus aku kerjakan hingga aku hanya bisa memperhatikan kamu dari kejauhan. Aya... di hari bahagia ini... aku ingin mengungkapkan apa yang sebenarnya aku rasakan selama ini. "Aku mencintaimu Aya, bukan hanya menyayangi kamu sebagai adik tetapi juga sebagai laki laki yang mencintai lawan jenisnya." Suatu saat aku akan mengungkapkan ini di depanku kamu. Aku tidak membutuhkan jawabanmu. Karena aku tahu jawabanmu itu apa, aku tidak mau kecewa dengan jawabanmu. Mungkin ini waktu yang agak lama untuk kita tidak bertemu. Tapi aku akan meluangkan waktu untuk bertemu kamu. Jangan pernah ganti nomor ponselmu, biar aku bisa menghubungimu setiap saat aku ingin menemui kamu. Ini memang aku yang datang menemui saat kamu tertidur. Maafkan aku yang lancang mencium kening kamu tanpa seijin kamu. Kita akan kembali bersama mungkin setelah kamu lulus dari SMK PARIWISATA... berikan yang terbaik untukku Aya. Dari yang selalu mengagumimu dalam diam. Firman Aya mengulang kembali secara berulang, memastikan apa yang Aya baca ini bukan mimpi atau bahkan mimpi buruk. Ketergantungannya selama ini pada Firman pun sudah membuatnya sulit untuk berdiri di kakinya sendiri. Aya kembali akan menjadi wanita yang lemah dan kurang percaya diri. Selama ini hanya Firman yang mendukung dan mensuport semuanya. 'Kalau aku kesepian, siapa yang akan di menemaniku Firman.' gumam Aya dengan lirih. Tangannya menyentuh keningnya, terasa berbeda, ada cinta dalam diam membekas disana. Pengorbanan Firman selama ini sudah tidak diragukan lagi, betapa pria itu sangat mencintai Aya. 'Kalau kamu mengatakan itu padaku secara langsung. Aku mau Firman, walaupun aku belum mencintaimu, tapi perasanku kehilanganmu di saat seperti sekarang ini membuatku tersadar kehadiran kamu sungguh berarti dalam hidupku.' gumam Aya lirih. Sebelum keberangkatannya, Firman menyempatkan diri bertemu dengan Ibu Aya di Pasar Beringharjo. Firman mengatakan semuanya dengan jujur, semua Firman ungkapkan tanpa sedikitpun kebohongan. Ibu Aya menyimak dengan baik semua ucapan Firman. "Terus... Nak Firman kapan akan kembali lagi? Apa ibu harus menunggu Nak Firman? atau bagaimana?" tanya Ibu Aya pelan dan lembut. Jiwa keibuan dan kedewasaan Ibu Aya, terlihat bijaksana penuh kasih sayang dan ketulusan. "Bagaimana Ibu saja, Firman nurut kata Ibu." ucap Firman pelan. "Pergilah Nak Firman, kembalilah saat Aya lulus nanti. Tapi Ibu tidak bisa memberikan harapan untukmu. Ini semua keputusan Aya, bukan Ibu. Kotak Cincin ini akan Ibu simpan hingga waktunya nanti tiba." ucap Ibu Aya pelan dan menenangkan. "Ibu atur saja semuanya dengan baik. Firman pamit dulu Ibu. Assalamualaikum... " ucap Firman dengan sopan dan mencium punggung tangan Ibu Aya dengan hormat. Hari ini adalah hari terakhir bagi Firman berada di Yogyakarta. Entah kapan lagi Firman bisa mengunjungi kota indah sejuta kenangan ini untuk menemui cinta pertamanya. 'Aya.. Jaga dirimu baik-baik.. aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Mungkin waktu yang akan mempertemukan kita kembali di waktu yang tepat.' ucap Firman dalam hatinya. Aya pun kembali ke rumahnya dengan jati yang penuh kekecewaan. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagia untuk Aya karena akan melakukan pemotretan, tapi ternyata gagal total. Di tambah lagi Firman meninggalkan Aya tanpa informasi yang jelas. Mbak Tuti asisten Firman pun diam seribu bahasa. 'Aku jadi tidak memiliki tempat bersandar dan untuk berpegangan. Kekuatanku seakan sirna, dan aku kembali menjadi wanita yang lemah.' ucap Aya lirih. Tatapannya kosong menatap cermin di kamarnya. Tak terasa sudah pukul tiga sore, itu tandanya Aya harus segera menuju tempat jualannya di Alkid. "Mbak Aya? mau Fathur antar apa gimana?" tanya Fathur pelan. Aya seperti tampak berpikir dan mengangguk dengan pasrah. Hatinya benar-benar sedang galau dan tiada arah tujuan. "Jemputnya jangan kemalaman ya. Itu motor Mas Panji." ucap Aya mengingatkan. Mereka berdua pun segera berangkat menuju Alkid ke tempat Angkringan Aya bekerja. Seperti biasa Mas Budi sudah membereskan gerobak dan membuka lapaknya. Aya hanya tinggal berjualan saja. Dengan gaya khasnya menggunakan celemek berwarna pink dan mulai tersenyum ramah kepada pelanggannya yang sejak tadi sudah menunggu lapak Angkringan Aya di buka. Fathur hanya menurunkan kakaknya dan kembali pulang untuk menjemput Ibu di Pasar Beringharjo. "Aya, Mas tinggal dulu ya." ucap Mas Budi pelan, sambil memberikan kotak makan berwarna pink. "Iya Mas Budi. Ini apa Mas?" tanya Aya pelan, membuka kotak makan itu, berisi irisan buah mangga yang matang. Wangi buahnya sudah bisa ditebak ini adalah mangga manalagi. "Kamu suka?" tanya Mas Budi pelan. "Suka Mas. Terima kasih ya." ucap Aya pelan. Kotak makan itu di letakkan di kolong gerobak. Nanti kalau sudah agak senggang Aya pasti menikmati buah mangga itu. Aya sudah paham dengan pekerjaannya dan mengimani pekerjaan barunya ini dengan baik dan penuh ketulusan. Sudah beberapa hari berjualan angkringan, membuat Aya pun semakin betah dan nyaman. Selain mempunyai banyak teman, angkringan ini adalah satu-satunya tempat nongkrong terenak tanpa harus mengeluarkan kocek besar. Tak perlu jaga image, mau kaya atau miskin, mau pintar atau bodoh, mau Single atau duda atau janda, semua disini sama, makannya Sego Kucing minumnya pun hanya kopi atau es teh manis, tapi nikmatnya LUAR BIASA. Hari sudah gelap dan semakin gelap, taburan bintang di langit membuat langit itu semakin cantik dan enak di pandang. Udara pun semakin dingin, angin malam pun berhembus dengan sangat menusuk kulit. Malam itu tidak seramai malam weekend, karena malam Senin banyak orang hanya menongkrong tapi tidak sampai malam. Satu mobil berwarna merah pun berhenti dan terparkir cantik di pinggir jalan. Satu, dua, tiga orang laki-laki pun turun dari mobil itu dan berjalan menuju angkringan Aya. Satu lagi, seorang perempuan cantik yang ikut turun dari pintu depan penumpang. Wanita itu hanya tersenyum sinis melihat Aya yang sedang asyik membakar tempe pesanan Ireng dan tidak menggubris kedatangan empat orang tersebut. "Assalamualaikum... mau pesen Mbak Aya." ucap satu laki-laki dengan senyum lebar dan takjub. "Waalaikumsalam... pesen apa?" tanya Aya lembut menatap si pemesan. "Pesan hatimu untuk selalu setia sama aku, bisa gak?" ucapnya dengan senyum yang menggoda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD