28

1307 Words

Leonardo menahan tawa, getaran dadanya terasa melalui kontak tubuh mereka. "Benar-benar like father like son," geramnya, tapi nada suaranya ringan. Tangannya meremas pinggul Isabella. "Tenang saja, Baby. Kamu tidak akan kehilangan apapun." Janji itu seharusnya menenangkan. Tapi mengapa dadanya masih terasa sesak? Isabella mengalihkan pandangan ke jendela, di mana bulan purnama menggantung seperti simbol kesendirian. Tangan Leonardo yang sedang merayap di perutnya tiba-tiba berhenti. "Kamu masih meragukanku?" tanyanya, suaranya tiba-tiba serius. Isabella menutup mata. Leonardo selalu bisa membaca pikirannya, seperti dia memiliki jendela langsung ke jiwa Isabella yang paling gelap. "Aku tidak meragukanmu," bisiknya, tapi suaranya gemetar. "Aku hanya... takut." "Takut apa?" "Takut semua

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD