Suara Leonardo yang parau seperti petir di tengah hujan. Tangan kanannya mencengkeram paha Isabella melalui kain gaun—bukan genggaman kasar, tapi kepemilikan yang membuat kulit di bawahnya berdenyut. "Kita sudah melintasi garis, Belle. Sekarang kau bernapas untukku." Isabella menekan punggungnya ke jok kulit, tekstur dinginnya kontras dengan panas yang merambat di tubuhnya. "Kau gila—" desisnya, suara terpotong ketika jari Leonardo meluncur ke lututnya, "—kita di jalan raya!" Leonardo hanya tersenyum, mata hijau itu menyala dalam cahaya dashboard. "Dan kau membara untukku di sini." Sentuhannya seperti arus listrik—dari lutut ke paha, lalu berhenti tepat di tempat yang membuat Isabella menggigit bibir bawahnya sampai nyaris berdarah. "Tidak..." Tapi tangannya sendiri berkhianat, mencengk

