Bab 5. Memegang Kartu

1210 Words
Seorang wanita cantik berparas anggun, tinggi semampai dengan rambut bergelombang serta mengenakan pakaian seksi, tampak melenggak-lenggokkan tubuhnya bak model berjalan di atas catwalk. "Tunggu … bukannya itu ...," gumam Bella, terkejut saat menyadari sosok wanita yang tak asing baginya. Sebelum terlihat, Bella bergegas kembali ke dalam apartemen dan mengunci pintu dengan rapat, meskipun masih mengintip lewat view door. "Bukannya … perempuan itu istri pertama Mas Leon? Kenapa dia bisa ada di sini? Apa mungkin, dia tahu suaminya menikah lagi dan mau melabrak aku sekarang?" pikir Bella sambil merasa cemas dan mulai termenung. Wanita itu yang ternyata adalah Jolina, tak segan mengecam dengan suara keras, "Dasar pelakor! Kamu benar-benar nggak tahu malu ya! Apa kamu nggak bisa cari pria lain? Kenapa kamu malah menikah dengan suamiku? Masih banyak laki-laki di luar sana yang bisa kamu nikahi, yang lebih muda dan pantas untuk kamu. Yang paling penting, selevel sama kamu, ren-da-han. Bukan Leon!" Dengan emosi, Jolina terus menyerang Bella. Bella tersenyum sinis, dia harus tahu bagaimana menghadapi masalah ini. "Hei, Mbak, jaga ucapanmu!" ucapnya geram. "Mulutmu nggak pernah disekolahin, ya? Makanya di sekolah itu belajar, jangan tahunya nyontek." Bella berbicara dengan nada sinis. Namun tiba-tiba Bella terdiam sejenak, merasa ada yang janggal dengan ucapannya. "Memang apa hubungannya, ya? Ah, bodo amat!" teriaknya dalam hati. Lalu, dia melanjutkan ucapannya, "Kalau suami Mbak selingkuh dan akhirnya menikah denganku, itu tandanya aku lebih mampu memuaskan dia daripada kamu. Percuma saja kalau cantik, tapi nggak bisa membuat suami puas dan akhirnya berpaling. Makanya dijaga, Mbak, suaminya. Ibarat kucing dikasih ikan segar, ya pasti nggak akan menolak lah." Bella berbicara santai, namun sedikit mengejek. "Kurang ajar!" teriak Jolina, wajahnya memerah karena marah. "Kamu benar-benar nggak tahu malu! Dasar wanita jalang!" Dalam sekejap, tangan Jolina terayun, menarik rambut Bella. Bella, yang tak ingin kalah, langsung membalasnya dengan menarik rambut Jolina, hingga akhirnya kedua wanita itu saling tarik-menarik. Di tengah pertengkaran itu, Leon tiba dan berusaha melerai keduanya. "Stop! Ada apa ini? Kenapa kalian malah berkelahi seperti ini?" tegurnya. Mendengar kata-kata itu, keduanya langsung menghentikan perkelahian mereka, mengatur napas yang terengah-engah. Bella dan Jolina hanya saling tatap, jelas bahwa permusuhan di antara mereka belum juga usai. "Mas, kamu lihat ini? Istri pertamamu datang dan menyerang aku begitu saja. Dia narik rambut aku, 'kan kepala aku jadi sakit, Mas. Dia menyakitiku," ucap Bella dengan suara manja, mencari pembelaan dari suaminya. "Leon, kamu benar-benar keterlaluan! Kamu diam-diam menikah dengan anak kecil ini. Apa kurangnya aku, Leon?" ucap Jolina dengan suara meninggi, dia terlihat sangat murka. Leon tampak gugup, namun ia tahu perlu menjelaskan situasinya. "Aku minta maaf, Jolina. Tapi, aku benar-benar mencintai Bella karena dia yang bisa memberikan kebahagiaan untukku, memberikan segalanya apa yang tidak bisa kamu berikan." Ucapan Leon membuat Bella tertawa senang. "Hahaha, kamu dengar sendiri 'kan, Mbak? Cantik saja nggak cukup. Yang penting itu, yang laki-laki butuhkan adalah kenyamanan. Jadi, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini. Sudah jelas 'kan, Mas Leon lebih memilih aku," ucapnya dengan perasaan bangga. "Kurang ajar! Lihat saja, aku akan membalas perbuatan kalian berdua!" tukas Jolina dengan sangat kesal, hingga akhirnya ia pun pergi, meninggalkan Bella dan Leon. Bella tersenyum puas penuh kemenangan, namun seketika itu, dia pun tersadar dari lamunannya. Ya, semua yang barusan terjadi hanyalah khayalan di dalam pikirannya saja. Bella merasa seolah-olah Jolina datang untuk melabraknya karena pernikahannya dan Leon sudah diketahui oleh wanita itu. Namun nyatanya, langkah kaki Bella justru melewati unit apartemen tempat ia tinggal. Hal ini membuat Bella merasa penasaran, siapa sebenarnya yang dikunjungi oleh Jolina, istri pertama Leon itu? Karena rasa penasaran yang sangat, Bella pun sedikit membuka pintu apartemennya untuk melihat. Betapa terkejutnya Bella saat pintu apartemen yang diketuk oleh Jolina terbuka, tiba-tiba saja terlihat seorang pria yang tinggal di apartemen itu menyambut wanita tersebut dengan ciuman yang begitu mendalam. Mereka berciuman di depan pintu hingga masuk ke dalam dan menutup pintu tersebut. "What? Jadi bukan cuma Mas Leon yang berselingkuh, tapi istrinya juga? Ada apa sebenarnya dengan mereka berdua?" gumam Bella seraya menggelengkan kepalanya, tak habis pikir. Tidak ingin berdiam diri, Bella bertekad untuk mencari tahu hubungan di antara pasangan sejoli yang baru saja dilihatnya. Ia berjalan perlahan mendekati apartemen itu, diiringi rasa penasaran dan gelisah memenuhi dadanya. Sambil menempelkan telinganya pada pintu, dia berharap bisa mendengar sesuatu yang bisa mengungkap kebenaran di balik kecurigaannya. Tak disangka, suara desahan yang terdengar membuat matanya terbelalak dan bulu kuduknya berdiri. "Ini fix. Mereka memang berselingkuh. Sekarang ini aku memegang kartu istri pertama Mas Leon, bisa saja kalau aku mau langsung membongkarnya. Tapi, ini terlalu cepat. Apalagi, Mas Leon juga belum tahu kalau aku sudah tahu kebenarannya," batin Bella dengan dilema. "Mas Leon juga sudah bohong sama aku selama ini. Oke, aku akan rahasiakan ini dulu. Ada saatnya aku akan membongkarnya," dia kembali bergumam di dalam hati. Bella sadar bahwa melangkah terburu-buru hanya akan merusak rencananya. Sehingga, dia memutuskan untuk menyimpan rapat-rapat bukti tersebut lebih dulu. Dengan langkah mantap dan bebas beban, Bella kembali ke apartemennya, mengunci pintu, lalu pergi sesuai dengan rencana semula. Akan tiba saatnya di mana kebenaran akan terungkap dan dia sudah siap menghadapi apapun yang akan terjadi. *** "Bel, kenapa sih kamu mengajak aku bertemu di hari libur seperti ini? Dan sekarang, kamu malah diam saja. Ada apa? Apa sebenarnya yang mau kamu katakan?" tanya Jessica Amelia Parker, sahabat Bella sejak mereka masuk kuliah. Meski sekarang jarang bertemu karena mereka magang di perusahaan yang berbeda, tetapi Jessica selalu berusaha memahami Bella. "Aku sekarang ini benar-benar lagi stres, Jessi," ujar Bella dengan raut wajah yang membingungkan. "Stres? Bukannya kamu itu bahagia karena sudah bisa memacari bos kamu yang super kaya dan tampan. Ya … walaupun sudah tua sih, tapi 'kan tajir melintir," ujar Jessica yang hanya tahu sebatas itu saja. "Ish, kamu ini. Terus saja bilang pacar kalau aku tua, masih mudah tahu. Aku sumpahin, kamu bakalan dapat pacar yang lebih tua daripada pacar aku!" ucap Bella setengah berkelakar. Akan tetapi, mendadak wajahnya kembali serius. "Bukan pacar sih, tepatnya ...." Bella menghentikan ucapannya, membuat Jessica menatapnya dengan curiga. "Tepatnya apa, Bel? Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku, ya? Ayo jujur, ada apa?" Jessica tampak serius menatap Bella, ingin tahu apa yang sebenarnya menghantui pikiran sahabatnya itu. "Jes, jangan menatap aku seperti itu dong. Iya, iya. 'Kan aku ajak kamu ke sini karena memang mau cerita," kata Bella, merasa beban hidupnya saat ini begitu berat. Bella merasa tak bisa menghadapi semuanya sendirian, maka dari itu ia memutuskan untuk datang menemui sahabatnya dan menceritakan segala hal yang terjadi dalam hidupnya saat ini. Dalam hati, Bella merasa sedikit ragu, namun ia tahu bahwa Jessica adalah orang yang dapat ia percayai. "Ada apa sih, Bel?" Tanya Jessica penasaran. "Jes, aku akan jujur dan ceritakan semuanya sama kamu. Tapi, kamu harus janji nggak boleh syok, teriak, apalagi sampai hal ini menyebar luas," ucap Bella dengan tatapan serius. "Oke, aku janji. Jadi, apa yang terjadi, Bel? Kamu nggak percaya sama aku?" Tanya Jessica, dapat membaca keraguan di wajah sahabatnya itu. "Aku percaya, makanya aku mau cerita sama kamu," ucap Bella. Ia menghela napas panjang dan dengan hati-hati mulai mengungkapkannya, "Jadi begini, Jes. Sebenarnya … aku dan Mas Leon sudah menikah." "Apa? Menikah?!" seru Jessica, kaget, bahkan sampai melupakan janjinya untuk tidak berteriak. Karena kericuhan itu, tentu saja membuat mereka menjadi pusat perhatian bagi pengunjung kafe. Bersambung …
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD