“Hi,” sapa Anin dengan senyum manis yang sengaja ia buat-buat. Lelaki di hadapannya hanya menatap datar, tanpa membalas sapaan itu. Wanita yang duduk di pangkuan Lukas menoleh sekilas, lalu kembali menggoda lelaki itu dengan gaya yang lebih genit. Entah kenapa, hati Anin terasa seperti dicubit. Anin berbalik, berniat pergi dari tempat itu, tapi suara Lukas menahannya. “Berhenti dan diam di situ,” titahnya tegas. Namun, alih-alih menurut, Anin justru mempercepat langkahnya, meninggalkan Lukas tanpa menoleh. Kemal bergegas mengikuti Anin, tetapi langkahnya tak cukup cepat. Anin sudah turun ke lantai bawah, melebur di tengah lautan manusia yang berjoget ria mengikuti alunan musik. “Kenapa juga lari, Anin?” gerutunya. Langkahnya semakin tak terarah, tubuh mungilnya terombang-ambing di ant