Arielle mengalihkan pandangan. Jari-jarinya mengepal di atas pahanya. Ia mencoba tetap tenang, meski napasnya mulai terasa berat. Ia tidak menjawab. Tidak membantah. Tidak membenarkan. Hanya diam. Mobil hening beberapa saat. Hanya suara mesin dan detak jantung Arielle yang makin menggila dalam d**a. “Setelah malam itu, aku tidak bisa menyentuh wanita lain,” ucap Alvaro datar. “Rasanya hambar. Nafsu itu, kukira sudah nyaris mati.” Arielle masih menatap ke luar. Ia tahu Alvaro belum selesai bicara. “Lalu kau datang. Dan tiba-tiba semuanya kembali. Gairah itu kembali hidup. Tubuhku mengenali tubuhmu. Itu bukan kebetulan.” Arielle menggigit bibir. Ia menahan dirinya untuk tidak bereaksi. Ia tahu, satu gerakan kecil bisa jadi petunjuk besar bagi pria secerdas Alvaro. Alvaro menatap Ariell