Yang Muia Bos

1041 Words
"Pak Abhi! Pak!" teriak Gadis yang berada jauh di belakang Abhi. Pria berumur 26 tahun itu mendadak menjadi bocah 10 tahun yang bandel dan menyusahkan. Seperti sengaja menulikan telinga, pria itu terus berjalan tanpa menghiraukan Gadis yang meraung-raung dibelakangnya. Mentang-mentang dia bos jadi seenaknya sendiri. Sepulangnya dari restoran untuk meeting, Abhi langsung menyeret paksa Gadis ke tempat yang tak patut untuk dikunjungi oleh direktur sibuk macam Abhi. Time Zone. Ya ... Abhi menyeret paksa Gadis untuk menemaninya bersenang-senang disini. Kalau saja Gadis bukan sekertaris, dan kalau saja Abhi bukan atasannya. Gadis akan mengikat kedua kaki dan tangannya sekarang juga. Di dalam time zone, penampilannya dan Abhi sangat mencolok di antara pengunjung yang lain. Tak heran, mana ada seorang pekerja kantor yang sibuk membuang-buang waktunya untuk mengunjungi tempat seperti ini. Kalau bukan direktur gabut macam Abhi. Dengan langkah kesal dirinya terus mengikuti langkah Abhi dan sesekali ikut berhenti karena menunggunya bermain. "Dis kalau capek duduk aja sana, saya masih belum puas." Dari tadi dong nyuruhnya, kaki gue pegel nih! bantinnya kesal. Tak menyia-nyiakan waktu Gadis segera berjalan menuju tempat duduk yang Abhi tunjukkan. Sedangkan Abhi, masih sibuk dengan permainannya. Huftt ... Hanya mengikuti ke mana Abhi berjalan sudah sangat menguras energinya, bagaimana nanti bila dia harus mengurus anaknya yang aktif berlarian ke sana, ke mari? tulangnya akan cepat rapuh. Menunggu sendirian tanpa melakukan apapun mendatangkan kantuk yang luar biasa. Gadis melirik jam tangannya masih pukul 2 siang. Ia pikir tak apa kalau ia tidur sebentar disini daripada bengong macam sapi ompong. Dengan trik biasanya, Gadis menundukkan kepalanya dan menutup wajahnya dengan satu tangannya. Tak lama berselang, Gadis sudah bisa masuk ke alam mimpi. Tak lupa, sebelum memutuskan untuk tidur sebentar, Gadis sudah mengaktifkan alarm pukul 14.30 agar dirinya tak kebablasan. Gadis adalah tipe yang sangat mudah tertidur, di manapun tempatnya, bagaimanapun kondisinya, kalau matanya sudah merasakan kantuk yang luar biasa tak sulit baginya untuk tidur. Tidur Gadis sangat nyenyak, sampai saat Abhi datang dan memindahkan kepalanya yang tertunduk ke bahunya yang nyaman Gadis tak sadar. Abhi tersenyum dan mengusap kepala Gadis lembut. Kamu lebih cantik dari yang saya bayangkan. Abhi sama sekali tak berniat untuk membangunkan Gadis. Wajahnya terlihat letih, mungkin karena seharian harus melayaninya. Sungguh, ia tak bermaksud menyiksa Gadis, dia hanya senang melihat Gadis yang keluar masuk ruangannya. Jiwanya yang sejak lama hampa, kini perlahan mulai kembali terisi. Deringan ponsel yang cukup kencang membangunkan tidur Gadis. "Eh, maaf pak saya nggak sadar." Gadis mengerjapkan matanya saat menyadari dirinya bersandar nyaman pada bahu Abhi. Duh, rasanya malu sekali. Kepalanya emang suka lancang kalau ada bahu kosong. "Ya jelas nggak sadar, orang kamu tidur." Gadis tertawa sumbang, wajahnya sudah memerah karena malu. "Nih, tadi saya dapat boneka sama cokelat." Abhi memberikan boneka kelinci imut dan satu buah cokelat. "Buat saya?" "Emang buat siapa lagi, Gadis?" "Makasih Pak. Tapi saya sukanya boneka panda," ucapnya tanpa sadar menyebutkan boneka kesukaannya. Gadis memang maniak panda serba-serbi Panda ia punya. Bahkan di kamarnya sudah banyak koleksi panda yang selalu menemani tidurnya. "Tapi saya dapatnya kelinci." "Eh, maaf pak, saya juga suka kelinci." Ralatnya. Gadis tak mau Abhi salah paham dan menganggap itu sebuah kode. "Maaf terus dari tadi. Yasudah kita kembali ke kantor sekarang." Abhi berdiri dan berjalan mendahului Gadis keluar dari time zone. **** Gadis kira Abhi memang benar-benar akan kembali ke kantor. Tapi ternyata, jalan yang ia lalui bukan jalan menuju ke kantor melainkan jalur sebaliknya. "Loh, Pak, kita mau kemana?" Tanya Gadis kebingungan. "Kita muter-muter sebentar, saya baru kembali ke sini beberapa hari yang lalu jadi saya rindu." Astaga dragon. Setelah dipaksa ikut ke Timezone, sekarang dirinya harus menemaninya keliling. Gadis cantik, Gadis sabar. Senyum dan ikhlas. Toh, kalau ada apa-apa yang mulia bos akan bertanggung jawab dan menyelamatkan posisinya. Setengah jam, satu jam, Gadis masih diam. Namun, saat panggilan dari kantor terpampang di layar ponselnya ia tak akan bisa diam. Terlebih orang kantor mengabari bahwa Pak Hendra, pemilik perusahaan tempatnya bekerja ingin menemui Abhi dan juga dirinya sekarang juga. Darurat! Dan apa yang Abhi lakukan saat ini? dirinya sangat santai dan masih ingin bermain-main. "Ayolah Pak, sudah di tunggu Pak Hendra di kantor." Bujuk Gadis agar Abhi mau memutar arah dan kembali ke kantor. "Bawel banget, suka-suka saya dong mau kemana." Sabar ... sabar ... orang cantik harus sabar. Gadis harus banyak-banyak mengusap dadanya agar di beri kesabaran lebih untuk menghadapi yang mulia bos yang tengah menyetir. "Tapi Pak Abhi sudah di tunggu. Nih, hape saya nggak berhenti-henti bunyi." Gadis melembutkan suaranya dan menunjukkan ponselnya yang terus berdering karena panggilan masuk dari kantor. Abhi mengurangi laju mobilnya dan merebut ponsel Gadis dan me—nonaktifkan ponsel. "Nih, udah matikan?" "PAK ABHI! JANGAN BAWA SAYA KE JURANG MASALAH YA!" Gadis tak peduli kalau setelah ini dirinya di turunkan di tengah jalan karena sudah berani membentak bos nya. Abhi sudah benar-benar keterlaluan, harusnya tadi Gadis menolak dan kembali sendiri ke kantor. Kali ini dirinya tak akan selamat kalau Abhi tak segera menemui Pak Hendra. "Kamu tenang aja Gadis, aman kalau sama saya." Gadis mengerang kesal melihat wajah Abhi yang menyepelekan urusan dengan pemilik perusahaan tempat dirinya mengabdi. "Bapak yang aman bukan saya. Saya masih hidup sendiri dan butuh banyak dana untuk hidup!" "Kamu mau banyak uang? Rumah mewah? Hidup enak?" Gadis hanya melirik sinis ke arah Abhi. Orang sinting mana coba yang tidak mau harta?! "Nikah sama saya." Lanjut Abhi sambil tertawa terbahak-bahak. Nikah gundulmu! Gadis semakin meragukan kejiwaan Abhi. Terkadang sok bijaksana, terkadang diktator, dan terkadang juga sinting seperti saat ini. "Pak Abhi waras nggak sih?" "Menurut kamu gimana?" "Sinting." Bukannya marah, Abhi malah tertawa terbahak-bahak. Mungkin benar, kejiwaan Abhi sedang terganggu. "Pak Abhi nggak marah?" "Emang kesalahan kamu apa sampai saya harus marah? Jangan terlalu sopan sama saya." Lagi-lagi Gadis hanya melongo dengan tingkah laku Abhi yang semakin tak jelas. Gadis tertawa sumbang dan memandang Abhi penuh keanehan. "Saya itu orangnya santai Dis, nggak bisa di paksa dan nggak mau diatur. Maaf kalau saya sudah buat kamu panik, tapi saya punya alasan di balik ini semua." Hah? Gadis semakin tak mengerti dengan Abhi. Bos barunya ini memang terkesan misterius, bahkan nama depannya saja sampai ia sembunyikan. Gadis jadi penasaran, siapa sebenarnya bos baru nya itu? **** Love guysss pencet lovenya sekarang juga biar aku bisa rajin update setiap harii Salam manis, Renamayriska
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD