Antara Gadis dan Abhivanda

1018 Words
       Gadis membanting pintu kamarnya dengan kencang. Dia kesal, sangat amat kesal dengan kejadian memalukan di kantor hari ini.         Bagaimana bisa, atasan barunya bisa seenaknya mengklaim bahwa dirinya adalah kekasihnya. Bahkan sekalipun Gadis belum pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun.      Ganteng sih, tapi sayang, sinting!     Dulu, penampilannya terlalu buruk untuk menjalani hubungan dengan seseorang. Boro-boro pacar, teman saja Gadis tak punya.        Miris, memang. Sampai Gadis takut mengingat bagaimana tersiksanya dia dulu.       Memorinya sudah tak sudi lahi memutar kejadian beberapa tahun silam. Saat dirinya hampir depresi karena bullyan dan ejekan memenuhi rongga telinganya.       Gadis yang gendut, kusam, dan berambut keriting, kini sudah menjadi Gadis yang cantik dengan tubuh yang ramping.       Puas. Sangat amat puas. Berkat kerja kerasnya untuk berubah, akhirnya Gadis mampu mencapai titik kesuksesannya. Saat ini dirinya bisa membuktikan pada orang-orang yang dulu selalu menghina rupanya. Terlebih pada satu sosok lelaki yang sangat amat ia benci sampai saat ini. Kavin Abhivanda.        Satu-satunya teman yang ia miliki, dan satu-satunya teman yang ia bangga-banggakan. Dari kecil memang hanya Kavin yang selalu setia menemaninya. Sampai suatu ketika, saat Gadis dan Kavin masuk SMP banyak para siswa yang menjuluki mereka "Pangeran dan Putri Buruk Rupa" sangat sakit rasanya.       Gadis akui, Kavin memang sangat tampan dia selalu menjadi idola di sekolah ataupun di rumah. Wajar kalau dia sampai malu berteman dengan dirinya yang memiliki wajah tak sempurna.     Tapi, bukan berarti Kavin harus ikut-ikutan menyerang dirinya. Semenjak saat itu setiap hari Kavin selalu ikuta-ikutan mengejeknya bahkan tak mau berdekatan dengan dirinya lagi. Seolah-olah dirinya adalah kotoran yang patut dihindari.      Setelah kejadian itu Gadis tak pernah memiliki teman lagi. Bahkan teman satu bangku saja Gadis tak punya. Itu semua berlanjut sampai dirinya lulus SMA.           Gadis tak pernah bisa melupakan kejadian menyakitkan itu. Terlebih perlakuan Kavin. Seseorang yang pernah mengaku sebagai teman baiknya, nyatanya malah menjadi kompor untuk teman-temannya yang lain.       "Sialan! sialan! kok jadi ingat manusia itu sih. Awas, kalau gue ketemu lagi sama dia. Gue bakal bikin dia bertekuk lutut di hadapan gue," janji Gadis pada dirinya sendiri. Semenjak lulus SMP Kavin dan keluarganya pindah ke luar kota dan kini keduanya hilang kontak.             Satu-satunya peninggalan Kavin yang tersisa hanya ikan mas yang berada di dalam aquarium bundar. Dulu, Kavin menghadiahkan ikan itu saat dirinya ulang tahun.       Sudah bertahun-tahun namun, ikan itu tetap hidup sehat dengan tubuhnya yang kini sudah besar. Gadis mempertahankan ikan itu, bukan karena itu pemberian Kavin, melainkan Gadis sudah menganggap ikan itu sebagai teman baik karena tak pernah meninggalkan nya.      "Gadis! keluar Dis, kakak punya kenalan nih!!"        Mendengar suara kencang kakaknya dari luar kamar, sekarang Gadis menjadi double kezellll. Apalagi yang kakak nya lakukan selain mencarikan dirinya kenalan-kenalan cowok. Sudah pantas bila Gadis menyebutnya "Si Biro Jodoh"      Dirinya jadi agak menyesal pulang kerumah orang tuanya hari ini. Kalau sebelumnya Gadis sudah tau, jika kakaknya juga akan berkunjung, pasti dirinya akan menyiapkan alasan yang tepat untuk Mamanya dan tetap hidup tenang di dalam apartemen.     "Ganteng loh Dis, beneran nggak tertarik!!"       Kakaknya masih belum menyerah dan terus merecoki dirinya yang masih kesal setengah mati dengan hari ini. Ditambah keram di perutnya karena menstruasi.      "Setop deh Kak, Gadis lagi capek mau istirahat!" sahutnya malas, dan berharap kakaknya mau berhenti.      "Sebentar aja Dis, pasti kamu langsung suka deh." Terdengar dari suaranya, kakak Gadis kini sudah berada di depan pintu kamar.      "Gadis kapok! Nanti kakak kenalin napi lagi ke Gadis." Pernah suatu ketika Kakaknya mengenalkan seorang narapidana padanya. Meskipun sudah tobat, namun tetap saja mengerikan terlebih dulunya adalah narapidana dengan kasus bandar narkoba. Gadis ngeri bila harus mengingatnya.       "Kali ini beneran enggak Dis, kamu keluar bentar deh dia udah ada di depan."        Mau bagaimana lagi kalau kakaknya sudah memaksa begini. Dengan sangat malas dirinya membuka pintu kamarnya dan langsung disambut dengan senyum mengerikan milik kakaknya.     "Rambutnya disisir dulu napa Dis, duh kamu tuh enggak banget deh!" protes kakaknya saat melihat penampilan Gadis yang super ancak-acakan. Bahkan bajunya saja masih baju kantor tadi.      "Nggak ah, nanti kalau Gadis dandan itu cowok bakal suka!" jawabnya sewot dan langsung berjalan mendahului kakaknya yang masih terheran-heran dengan tingkah adiknya.       Langkah Gadis spontan terhenti saat melihat lelaki berkemeja biru tengah berbincang hangat dengan kedua orangtuanya.       "Pak, Abhi?"       Lelaki yang kini tengah duduk di sofa cokelat krem itu adalah Direktur baru di kantornya, dan juga lelaki yang sudah berhasil membuatnya kesal hari ini. Bagaimana bisa malam ini dia bisa duduk santai di ruang tamu rumah orang tuanya?       "Hai, Gadisku."       Tanpa aba-aba Gadis langsung berbalik arah dan akan segera melarikan diri saat mendengar kata menjijikkan dari mulut atasannya itu, terlebih ada kedua orang tuanya disana.        Ya Tuhan, Gadis malu.      "Gadis, hormati tamu!"       Gadis memejamkan matanya menahan kesal. Kalau Papanya sudah berbicara, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi dan terpaksa berbalik arah mendekati sofa tempat mereka duduk.       Dengan sangat sengaja, Gadis memilih tempat duduk yang jauh dari  bosnya.       "Emm ... ada keperluan apa Pak?" Tanya Gadis basa-basi karena ada kedua orang tuanya yang tak melepaskan pandangannya.        "Lagi pengen kenalan aja sama orangtua kamu," ucapnya enteng.         Gadis hanya mengangguk-angguk saja dan tak mengucapkan sepatah kata lagi. Ia memilih diam dan mendengarkan obrolan bosnya dengan sang Papa.  Untung saja Kakaknya tak bergabung disini karena anaknya yang rewel. Coba aja kalau Kakaknya disini, pasti dia akan sangat sibuk mempromosikan dirinya dengan gaya khas emak-emak.       Tapi, masih ada yang janggal. Bagaimana bisa bos barunya mengetahui rumahnya dan mengenal keluarganya dengan baik. Bahkan dirinya saja baru kenal tadi pagi saat Abhi memperkenalkan diri.         Bodo amat lah, Gadis malas memikirkan si bos.         "Tante Adis Mama natal!! Huaaaa....." Selly —keponakannya berlarian menuju dirinya mencari perlindungan. Sedangkan dari belakang, Nessa —kakaknya mengejar Selly sambil menggendong si kecil Raka.         "Selly, kenapa?" tanya Gadis pada balita berumur 3 tahun itu.         "Mama malahin Celly!" jawab balita itu sambil terus menangis.          "Jangan gitu dong Kak. Yaudah, ikut Tante aja yuk." Gadis tersenyum lebar dan mengangkat Selly dan membawanya ke dalam kamar dengan penuh semangat. Terimakasih Selly, sudah membebaskan Tante. batin nya bersorak-sorak hore karena terbebas dari suasana canggung di ruang tamu.        "Gadisssssssss!" teriak kakaknya dari ruang tamu.          "Bye, Pak Abhi, Kak Nessa, Mama, Papa," gumamnya lirih sambil tertawa. ***** Guys jangan lupa love yaaa biar cerita ini bisa lancar update setiap hari Salam maniss, Renamayriska
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD