Prolog

403 Words
     Gadis selalu menangis diam-diam saat tak ada satupun teman yang mau bermain dengannya.      Masa sekolah adalah masa yang sangat mengerikan untuknya. Di mana semua orang memandangnya dengan tatapan lucu, karena bentuk tubuhnya yang besar dan rambut yang keriting.     Pabrik lemak, kulkas dua pintu, truk gandeng, atlet sumo. Kuping Gadis rasanya panas mendengar semua ejekan yang selalu ditujukan padanya.      Gadis hanya diam dan menunduk. Ia tak berani mengadu pada siapa pun, termasuk Mamanya. Ia tak mau Mamanya ikut sakit hati melihat kenyataan pahit yang anaknya terima.       Memiliki tubuh besar dan tidak sempurna bukan kemauannya, sejak lahir dirinya memang sudah di takdirkan memiliki tubuh yang besar.     Memasuki masa SMP berat badan Gadis mencapai 70 kilo, kalian bisa membayangkan sendiri bagaimana besarnya. Pipinya tembam sampai matanya terlihat sipit.       Teman satu-satunya yang pernah ia miliki kini mulai menjauhinya karena malu berteman dengan Gadis yang penuh ejekan karena bentuk tubuhnya.      "Gadis, mulai sekarang kamu jangan dekat-dekat aku lagi. Aku malu dikira pacaran sama kamu!" ucap Kavin pada hari itu.       Sakit rasanya, saat sahabat baiknya mulai berubah. Padahal dulu Kavin sangat baik padanya dan tak pernah mempermasalahkan bentuk tubuhnya.      Semenjak saat itu Gadis menghadapi hari-harinya yang berat sendiri. Tanpa seorang teman dan tanpa adanya kenangan.      Lulus dari SMP, Gadis mulai dibimbing sang Mama dan kakaknya untuk berubah. Mulai dari diet, olahraga rutin bahkan sampai melakukan sedot lemak. Mama dan Kakaknya merasa prihatin pada Gadis yang semakin hari semakin menundukkan kepalanya.        Tak hanya itu, setiap Minggu Gadis harus rutin berkunjung ke psikiater agar mental Gadis kembali terbentuk dan kepercayaan itu mulai tumbuh dalam dirinya.        Keluarga Gadis sangat menyesal karena terlambat menyadari kondisi yang Gadi alami. Oleh karena itu mereka benar-benar berusaha untuk membuat Gadis berubah dan berani mendongakkan kepala.      Usaha keluarganya tak sia-sia, saat memasuki masa perkuliahan Gadis sudah mulai bersosialisasi kembali dan memiliki banyak teman. Kepalanya tak lagi menunduk, karena sudah mendapat kepercayaan diri yang begitu besar.     Tubuhnya ramping, kulitnya putih, rambutnya tak lagi keriting, juga tak ada lagi ejekan yang membuat telinganya panas.       Sekarang waktunya membuktikan pada semua orang yang telah menghina fisiknya dulu, bahwa, dirinya bisa berubah dan menjadi wanita yang cantik dan tubuh yang ideal.       Terlebih, pada Kavin Abhivanda sahabat masa kecilnya dulu dan juga lelaki yang diam-diam dia sukai sejak lama.       Gadis harus bisa membuat Kavin bertekuk lutut, dan menyesal pernah malu mengakuinya sebagai teman.       Di mana pun Kavin sekarang, Gadis berharap segera dipertemukan kembali.  **** SEMANGAT, DAN IKUTI TERUS CERITA INI. Salam maniss, Renamayriska
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD