52. HUKUMAN YANG SETIMPAL

1450 Words

“Kenapa buru-buru, sih? Kalau aku tahu kamu lagi sibuk, aku pulang naik taksi saja.”’ Noa tidak bisa menahan diri untuk tidak menggerutu ketika melihat wajah Anjani yang sedang duduk di kursi kemudi. Ia tidak suka dikejar jika masih bisa pelan-pelan. Apalagi Anjani yang memaksa untuk menjemputnya, namun tidak sesuai dengan kenyataan. “Untung Om Ghandi sudah balik dari kantor polisi, jadi bisa nemenin Shaga,” gerutunya lagi. “Iya sorry, ini juga karena kamu, Noa.” “Aku?” Noa menunjuk dirinya sendiri. “Maksud kamu apa?” “Tunggu sebentar, biar aku keluar dari area sini. Aku nggak mau nabrak di rumah sakit, nggak lucu,” ucapnya. Mobil yang dikemudikan Anjani akhirnya memasuki jalan utama. Keadaan cukup padat karena jam makan siang. Ia pun harus tetap fokus, demi keselamatan bersama. “Ay

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD