3 years later
"Selamat pagi komandan"
"Pagi"
Kaindra melangkah menuju ruangan kerjanya, kini ia pindah tugas menjadi kasat Reskrim Polrestabes Surabaya di kampung halamannya. Ia dipindah 1 tahun yang lalu untuk menangani kriminal di kota Surabaya yang perkembangan nya pesat sama seperti Jakarta. Ia di dampingi ajudan seorang pemuda Briptu Indra yang mendampinginya sejak ia pindah kesini.
Tapi ia sangat senang bisa dipindah ke Surabaya karena bisa sering mengunjungi kedua orangtuanya walau tidak tinggal bersama karena ia harus tinggal di rumah dinas yang disediakan. Ia mulai memeriksa beberapa berkas kasus kejahatan yang mulai marak di Surabaya dan beberapa sudah masuk ke kejaksaan negeri Surabaya dan akan masuk masa sidang. Ia sebagai kasat Reskrim harus melakukan kordinasi dengan pasukan Adhyaksa yaitu para jaksa agar penjahat bisa dihukum setimpal dengan kejahatannya.
Kaindra memanggil ajudannya dan menyuruhnya memanggil Bripka Ardy untuk menemuinya. Pintu ruangan Kaindra diketuk beberapa Kali
Tok...tok...tok...
"Masuk...."
"Siap.... komandan memanggil saya?"
"Iya, tolong kamu limpahkan berkas beberapa kasus kriminal ini ke kejaksaaan karena sudah p 21."
"Siap.. laksanakan komandan"
Bripka Ardy mengambil berkas tersebut dan membawanya keluar. Setiap hari Kaindra melakukan aktifitas yang sama, memeriksa berkas tersangka, dan sesekali ikut operasi penangkapan.
Kaindra mengendarai Jeep Rubicon miliknya membelah jalanan kota Surabaya, ia melajukannya menuju Surabaya barat mengarah ke tempat tinggal kedua orangtuanya. Kedua orangtua Kaindra tinggal di perumahan yang tidak mewah tapi juga tidak terlalu sederhana. Penghuninya rata rata pensiunan TNI dan polri yang ingin menghabiskan masa tua dengan tenang.
Sama seperti orang tua Kaindra, ayahnya merupakan purnawirawan TNI
Kaindra membelokkan mobil Jeep miliknya ke sebuah rumah bergaya vintage
Ia parkirkan mobilnya dan segera masuk
"Assalamualaikum....."
"Walaikum salam, eh anak ibu datang juga" ucap Bu Ajeng, ibunda Kaindra. Wanita paruh baya berusia 56 tahun yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah lebih dari setengah abad, ayah Kaindra baru pensiun 5 tahun yang lalu.
Kaindra memeluk ibunya yang sedang duduk di ruang tengah dan mencium punggung tangan ibunya, kemudian ia duduk di sebelah ibunya
"Capek nak?"
"Lumayan Bu......"
"Ibu bikinkan minum ya?"
"Nggak usah Bu, ntar Kaindra ambil sendiri. Ibu jangan repot"
"Nggak repot to le wong anak sendiri" ibu Kaindra berdiri dan menuju dapur mengambil sirup di kulkas dan menuangkannya digelas, setelah diaduk dengan air dingin segera dibawa ke ruang tengah.
"Minum le....."
"Iya Bu makasih" Kaindra segera minum sampai tandas sirup tersebut
"Bapak mana Bu?"
"Ada di belakang sedang berkebun, hobby bapak kan gitu suka dengan penghijauan"
"Aku kebelakang dulu ya Bu, mau nemuin bapak" pamit Kaindra
Kaindra
Bu Ajeng mengangguk pelan.
Kaindra beranjak dari duduknya menuju belakang rumah, halaman rumah Orangtuanya memang luas, yang digunakan bapak Kaindra, pak Sigit untuk bercocok tanam. Dari pepohonan seperti mangga, pepaya, klengkeng dan lainnya, dibawah pohon pohon itu juga ditanami sayur sayuran seperti bayam, cabe, kemangi, sawi, terong dan aneka sayur lainnya. Pak Sigit, bapak Kaindra Berusia 65 tahun dan hobby nya adalah bercocok tanam, dulu di batalyon tempatnya berdinas juga banyak ia tanami berbagai tanaman.
"Assalamualaikum pak"
"Walaikumsalam" bapak Kaindra menoleh pada sumber suara.
"Kamu pulang le, gimana pekerjaan kamu, lancar?"
"Alhamdulillah lancar pak, bapak sehat?"
"Alhamdulillah seperti yang kamu lihat". Tanpa banyak kata kata, Kaindra melepas baju dan celana dinasnya dan berganti celana pendek dan kaos oblong, ia bergabung membantu pak Sigit berkebun sambil ngobrol ringan tentang pekerjaannya. Sedangkan Bu Ajeng hanya melihat mereka sambil menyiapkan camilan dan minuman. Tak lama mereka pun bergabung bersama Bu Ajeng. Ketiganya ngobrol seru kadang diselingi tawa pak Sigit dan Bu Ajeng.
"Mbak Karin sering kesini Bu?" Tanya Kaindra
"Ya lumayan sering nak, kadang seminggu 2 kali membawa anak kembarnya"
"Ah iya aku jadi kangen Ama si kembar Raya dan Riya, udah besar ya Bu mereka?" Tanya Kaindra
"Iya. Udah 5 tahun juga, udah sekolah. Mbakmu makin kerepotan, kamu nggak ke rumah Mbakmu, mereka pasti juga kangen sama kamu udah lama juga kamu nggak ke rumah Mbak mu nak"
"Iya Bu nanti kalau aku ada waktu aku main kesana ya"
"Kai....."
"Iya Bu?"
"Kamu kapan nak, usia kamu juga sudah matang, sudah 31 tahun"
"Belum ada calon Bu"
"Gimana mau ada calon kalau kamu sibuk terus-menerus"
"Bu, tolong jangan bahas ini terus Bu, aku capek mau istirahat" Kaindra berdiri dan masuk kedalam rumah.
Bu Ajeng menghela nafas dan memandang pak Sigit, pak Sigit yang mengerti kekhawatiran Bu Ajeng menggelengkan kepalanya
"Sudahlah Bu jangan dipaksa, mungkin dia masih trauma dengan hubungannya yang kandas setelah pertunangan."
"Sampai kapan pak dia mu seperti itu, umurnya sudah sangat matang untuk membina rumah tangga"
"Nanti juga ketemu jodohnya Bu"
"Kapan? Keburu kita tua dan tidak sempat menimang cucu dari Kaindra"
"Hush....ibu ini ngomong apa to, sudah Ndak usah dipikir, nanti kamu sakit lagi. Seperti waktu itu saat Mika memutuskan pertunangan dengan Kaindra, dia frustasi kamu masuk rumah sakit. Yang repot ya aku sama Karin"
"Iyo Iyo pak, wes aku tak masuk mau istirahat" ucap Bu Ajeng segera beranjak dari duduknya.
Kaindra yang mendengar obrolan orangtuanya dari kamar yang ia tempati, merasa sangat bersalah telah mengecewakan kedua orangtuanya. Kaindra memutuskan menginap di rumah kedua orangtuanya untuk melepaskan kerinduan.
Oooo----oooO
"Raya...... Riya..... Aduh tunggu jangan lari lari dong sayang" ucap Karin sambil mengejar kedua anak kembarnya yang berlarian di area supermarket. Hari ini jadwalnya belanja bulanan dan ia mengajak 2 putri kecilnya di bantu seorang ART untuk mendorong troli belanjaan.
"Ma aku minta ini ya" ucap Riya mengambil jelly warna warni di display
"Aduh sayang ntar batuk kalau makan itu" jawab Karin
Riya manyun mendengar jawaban mamanya
"Ma, raya ini ya?" Raya mengacungkan Snack kentang
"No no no, banyak pengawetnya, mama masakin aja ya, kan sehat masakan mama"
"Yaaaa....mama......" Ucap Riya dan raya bersamaan
Karin hanya tertawa melihat kedua anak cantiknya
Setelah selesai belanja, Karin dan kedua putri kembarnya serta ART nya membawa barang belanjaannya ke mobil, Raya dan Riya berlarian di area parkir sampai mereka tidak sadar ada sebuah mobil melaju kencang ke arah mereka. Karin sibuk memasukkan belanjaan ke mobil sampai tidak memperhatikan kedua anaknya... Tiba tiba ia mendengar teriakan Raya
"aaaaaaaa.................."
Karin menoleh kearah teriakan itu, dan ia melihat sebuah mobil melaju cepat kearah Raya, ia segera berlari untuk menolong Raya
"Rayaaaaaaa" teriaknya
tapi mobil itu sudah makin dekat dan......Karin tidak tahu apa yang terjadi karena kakinya lemas membuatnya terduduk dan menutup matanya. Ia pasrah karena tidak dapat menjangkau Raya dan menolongnya. Ia menangis sejadi jadinya membayangkan hal Buruk telah terjadi pada Raya
"Mamaaaaa......"
Karin mendengar suara Raya memanggilnya, ia segera membuka matanya dan melihat Raya berlari ke arahnya, dibelakang Raya dilihatnya seorang gadis cantik ikut berjalan kearahnya
"Rayaaaaaa......" Ia menghambur memeluk Raya juga Riya yang dari tadi di pegang oleh art yang di ajaknya.
"Ma, aku di tolong kakak ini, tadi tangan aku ditarik" ucap Raya polos
"Ya Allah Raya, mama tadi takut banget kamu ketabrak mobil itu, makasih ya mbak udah selamatkan anak Saya" ucap Karina pada gadis itu
"Sama sama mbak, jangan panggil Mbak dong mbak saya nggak setua itu hehehe"
"Oh iya, kenalin saya Karin, ini Raya dan itu Riya anak kembar saya"
"Ih lucunya bisa punya anak kembar, pengen deh ntar punya anak kembar"
"Oh ya nama kamu siapa?"tanya Karin
"Oh ya saya Anindya, panggil aja An"
"Wih namanya cantik, kayak orangnya"
"Ih mbak Karin bisa aja, ya udah aku pamit ya mbak" ucap Anindya pada Karin
"Eh tunggu An"
"Kenapa mbak?"
"Gini, sebagai ucapan terima kasih aku mau ngajak kamu makan siang tapi di rumah aku, aku masakin. Gimana?" Karin menawarkan pada An
"Gimana ya mbak????? Mmmmm"
"An sibuk ya, ini kan weekend masa masih kerja"
"Boleh deh mbak"
"An bawa mobil sendiri?"
"Nggak sih mbak aku tadi naik taksi"
"Ya udah yuk naik mobil mbak"
Karin, Anindya, art dan si kembar masuk mobil. Karin melajukan mobil dengan kecepatan sedang menuju rumahnya