81.

1471 Words

"Ayo kita makan dulu!" ucapnya pada Budi yang sedang menunggunya di salah satu sofa. "Baik, Tuan." Berdua, mereka mulai menikmati makan siang yang terlambat. Setelahnya, Sean meminta salah satu pelayan untuk membuat kopi untuknya. "Eh, Tuan. Apa tidak sebaiknya kita berangkat sekarang?" sela Budi. "Berangkat? Ke mana?" Budi mengerjapkan matanya kebingungan. Sepertinya, bosnya ini melupakan jadwal mereka padahal dia sendiri yang mengusulkan. "Tuan memiliki janji temu dengan beberapa pimpinan anak cabang di lapangan golf." Sean seketika itu, mengingatnya. "Kurang berapa jam lagi?" "Enam puluh lima menit lagi, Tuan." "Baiklah, kita berangkat sekarang." Dengan terpaksa, Sean berangkat tanpa berpamitan pada istrinya. Dia tidak ingin mengganggu Amelia yang baru saja beristirahat. Salahn

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD