Story Of Love - Bab 9

1225 Words
Setiap harinya Davis tak pernah lelah membantu dan menemani Naira untuk mengurus Devano, bagi Davis melalui malam bersama Naira adalah keharusannya sebagai seorang suami. Apalagi Davis selalu menatap wajah Naira yang terlihat lelah, di saat Davis bertanya apakah Naira lelah, ia selalu menjawab nya dengan santai. “Lelah aku terobati karena kamu ada disini,” kadang kalimat itu selalu menggoda Davis, ia selalu merasa di inginkan oleh Naira dan hal itu yang selalu membuat Davis merasa di cintai oleh Naira. “Sayang,” panggil Naira, Davis menoleh dan menatap wajah Naira beserta senyuman di wajahnya. “Apa aku boleh meminta sesuatu?” tanya Naira. “Boleh sayang, apa?” tanya Davis balik. “Aku ingin sekali makan Kebab yang berada di pinggir jalan sana, apakah kamu mau membelikan ku?” tanya Naira, “Rasa nya p******a ku sudah mengecil karena Devano selalu meminta ku menyusui nya,” rengek nya pada Davis. “Hanya itu? Ada lagi?” tanya Davis. “Mmmm, roti yang selalu kau belikan waktu itu.” ucap Naira, “Sepertinya roti itu enak sekali,” ujar Naira. “Jauh sayang,” keluh Davis. “Jauh ya?” tanya Naira, “Please,” ia mengatupkan kedua tangannya. “Ya sudah nanti aku beli apa dulu?” tanya Davis, “kalau aku beli Kebab dulu, nanti di ambil kesana muter gitu lama dan pasti dingin. Kalau aku beli Roti dulu, nanti pas sampai lagi rumah malah tutup tempat kebab nya.” jelas Davis. “Gak apa-apa beli kebab aja dulu, kan nanti bisa di panaskan.” ucap Naira. “Oh iya ya,” He-he tawanya sembari menggaruk kecil samping kepala nya, “Gak ada lagi yang mau di beli?” tanya Davis. “Kata mama, kamu harus banyak makan yang manis-manis loh.” ucap Davis. “Nanti aja minta pelayan buatkan Teh Manis hangat,” “Ya udah kalau cuma itu,” ucap Davis kembali. “Makasih ya sayang,” Naira mengecup pipi milik Davis, Davis menaikkan kedua alisnya. Lalu menunjukkan salah satu jarinya tepat di atas bibirnya, “Apa?” tanya Naira, ia tidak mengerti dengan maksud yang di berikan oleh suaminya itu. “Kiss,” wajah nya merengek saat meminta Naira mengecup bibirnya, Naira pun segera mendekatkan bibirnya untuk bibir merah pucat milik Davis. Cup! Suara kecupan kilas itu membuat Davis merasa bahagia, “Makasih sayang,” ucap Davis, Naira menganggukkan kepalanya dengan pelan. Davis pun berpamitan untuk pergi, lalu Naira kembali menggendong Devano yang terlihat sedang merengek dalam tangisan kecilnya. Davis melangkah dengan pelan, saat ia melewati kamar Andini. Davis mendengar sebuah pertengkaran kecil di antara Andini dan Dave, baru pertama kali Davis mendengar kedua orang tuanya beradu mulut seperti ini. Bahkan saat ini Davis mendengar jika Andini sedang menangis terisak, Davis pun berusaha mendekat. Ia ingin mendengar apa yang menjadi pertengkaran di antara orang tuanya, namun sayang suara nya sangat kecil hingga membuat Davis tak mampu mendengar. “Kenapa dengan Papa dan Mama?” tanya Davis. Davis kembali berpikir, “apa aku masuk aja?” tanya Davis kembali. “Aaaah tidak, tidak usah ikut campur. Mungkin suara drama korea yang sedang di tonton oleh Mama, atau mungkin mereka memang berbeda pendapat saat ini.” ucap Davis kembali, Davis pun kembali berjalan menuju luar rumah. Dan saat ia keluar, sosok Dave baru saja masuk kedalam rumah. Davis merasa bingung dengan keberadaan Dave, Davis pun menatap wajah Dave dengan rona wajah kebingungan. “Kenapa Papa disini?” tanya Davis. “Papa baru saja sampai, kenapa?” tanya Dave kembali. “Tadi mama di kamar sama siapa?” tanya Davis dalam hati, “Ahh mungkin saja drama korea yang sedang di tonton oleh Mama,” ujar nya kembali dalam hati, Davis pun menggeleng pelan sembari menatap kikuk wajah Dave. Dave yang semakin tak mengerti itu memilih untuk masuk kedalam rumah, namun saat Dave membuka pintu, ia kembali menoleh kearah anaknya. “Kamu mau kemana?” tanya Dave. “Membeli makanan untuk Naira,” jawab Davis. “Kenapa gak nyuruh pelayan aja?” tanya Dave kembali. “Enggak pap, Naira pengen aku yang beli.” sahut Davis, “Dia meminta tolong padaku, ya aku sebagai suami siaga harus mau.” tambahnya saat itu. “Ya sudah sana, nanti Naira nunggu lama lagi.” ucap Dave sembari tersenyum kecil. “Baik Papa, papa juga harus temani mama. Kasihan akhir-akhir ini mama sering sekali sendirian di kamar,” ujar Davis. Dave yang saat itu mendengar keluhan Davis, terlihat mengerutkan dahinya dan tak menjawab apapun yang Davis katakan. Dave pun masuk tanpa menjawab apapun, Davis menatap nya dengan tatapan aneh. Namun Davis enggan berpikir negatif kepada Papa nya sendiriX Davis pun segera masuk kedalam mobil lalu, ia menancapkan kakinya pada pedal gas mobil tersebut. Dan ia segera menuju tempat yang sudah ia tuju sebelumnya, musik klasik menemani perjalanan malam nya saat ini. Setelah melewati jalanan komplek itu, ia sampai di tempat tujuan pertama. Tempat penjual kebab yang menjadi makanan Favorite istrinya terlihat ramai, dan saat Davis akan memesan makanan tersebut, sang penjual mengatakan bahwa pesanan Davis baru saja habis dan itu artinya Davis akan sedikit membuat Naira merasa kecewa. Davis pun segera menghubungi Naira, ia memberitahu Naira bahwa makanan yang sangat ia inginkan sudah habis tak tersisa. “Sayang, sebagai gantinya Aku akan belikan Kebab di restauran tempat mama selalu membeli kebab itu, gimana?” tanya Davis dengan nada yang sangat manja. “Ya sudah gak apa-apa, tapi kebab nya enak kan?” tanya Naira, “Karena biasanya, makanan pinggir jalan selalu lebih enak sayang.” ucap Naira. “Iya enak pasti, gak apa-apa aku beli dulu ya?” Tanya Davis. “Boleh-boleh,” ucap Naira, “Muacccchhhh,” Kecupan Davis membuat telinga Naira memerah karena menahan rasa gemas, “I love you, jika aku sudah mendapatkan makanan yang di inginkan oleh mu. Aku akan secepatnya pulang,” ucap Davis. “Ya sayang,” “Ya sudah aku matikan telpon nya ya,” ucap Davis kembali. “Iya sayang,” jawab Naira kembali. “Love you too kek, iya sayang, iya sayang mulu.” protes Davis di sambut tawa Naira yang sangat keras, bibir Davis mengerucut bebas. Naira pun berucap, “I love you Papa nya Devano, cepet pulang ya mama nya Vano rindu katanya.” Davis tersenyum sangat lebar saat mendengar kalimat yang di ucapkan Naira, setelah itu Davis pun mematikan panggilan nya bersama Naira dan tetap memfokuskan dirinya untuk mengendarai mobil tersebut. * Di tempat lain, Catherine sedang mengaduk-aduk kopi yang berada di hadapan nya. Wajah nya menahan rasa kesal terhadap Dave, bibir nya mengerucut dan dahinya berkerut. “Kenapa aku menjadi merasa nyaman dengan Om Dave?” Pertanyaan itu hadir di dalam benaknya, “Mengapa hal ini terjadi?” tanya nya kembali. “Kakak,” Panggil seseorang yang tak lain adalah Bryan, senyuman nya terlihat sangat bahagia. Catherine pun berdiri dan menyambutnya dengan sebuah pelukan, Catherine terlihat sangat merindukan adiknya itu. “Sayang, kakak sangat merindukan mu.” ucap Catherine. “Aku juga kak,” sahut Bryan. “Oh iya kamu belum kasih tahu Om Dave sama Tante Andini kan?” tanya Catherine. “Belum juga sih, besok kayanya. Aku kan baru sampai tadi sore, tadinya mau langsung pulang ke Apart kakak. Tapi denger kakak masih di luar kota, ya sudah aku pesan hotel saja.” ujar Bryan. “Ya sudah, besok saja temui mereka nya. Lagipula sudah malam sayang,” seru Catherine. “Kakak baik-baik saja kan? Kok wajahnya lusuh gitu?” pertanyaan Bryan membuat nya semakin merasa kikuk, Catherine pun menggelengkan kepalanya dan ia terlihat tergesa-gesa saat akan menjawab pertanyaan Bryan. “E-E-Enggak kok, kakak cuma lelah aja.” sahut Catherine. “Beneran?” tanya Bryan kembali. “Iya sayang, cuma lelah aja. Kerjaan numpuk soalnya,” lanjut Catherine menjawab, Bryan meragukan jawaban yang di berikan oleh Catherine, namun ia mencoba percaya di hadapan kakaknya. Bryan sangat tahu betul saat kakaknya sedang menutupi kekeliruan nya, Bryan juga mengerti dengan wajah yang saat ini terlihat kebingungan. “Kamu mau pesen apa?” tanya Catherine. “Gak kak, gak usah.” jawab Bryan, “Kita langsung pulang aja, aku udah rindu nonton bareng sama kakak.” Lanjutnya. “Ya udah ayo kita pulang saja,” ajaknya pada Bryan. Bryan menganggukkan kepalanya, “Kakak janji ya malam ini gak urus pekerjaan, temenin aku nonton dan dengerin cerita aku.” Rengekkan Bryan membuat Catherine tersenyum, ia menganggukkan kepalanya dengan pelan lalu mencubit kecil hidung milik adiknya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD