“Capeknyaaa! Padahal cuma main dari sore.” Aku menghempaskan badan di ranjang dan memejamkan mata sejenak. Mas Rivan datang belakangan karena tadi aku masuk cepat-cepat. Aku sudah tak sabar ingin segera merebah. “Es krimnya di makan dulu, Mil. Nanti meleleh.” “Oh, iya. Aku hampir aja lupa.” Aku bangkit dan melompat ke arah sofa. Mas Rivan sudah duduk di sana dan membukakan es krim untukku. Kami membeli rasa yang berbeda. “Rasa es krim memang enggak pernah gagal—” “Dengan catatan jangan pesan rasa yang anti mainstream.” Aku terkekeh. “Bener. Masih ingat aja ada es krim varian kemangi.” Aku menyandar pada Mas Rivan dan dia langsung merangkulku. “Mau coba punyaku, Mas?” aku mendongak sejenak. “Enak?” “Enak, kok. Ya standar aja, sih. Enggak ada yang istimewa.” Aku menyodorkan es kri