bc

The Day You Come

book_age16+
452
FOLLOW
4.3K
READ
family
goodgirl
drama
sweet
detective
city
first love
waitress
naive
like
intro-logo
Blurb

Memiliki hati yang baik bukan jaminan hidup akan terasa mulus dan menyenangkan.

Adelia, seorang ibu muda yang berjuang untuk kesembuhan putrinya yang memiliki cacat jantung sejak lahir.

Hanya memiliki dirinya dan juga putrinya yang lahir tanpa ayah membuatnya harus bekerja lebih keras dari siapapun untuk bertahan.

Rangga, seorang polisi detektif muda sekaligus cinta pertama Adelia yang tidak mengetahui bahwa Adelia memiliki seorang putri darinya.

Hingga suatu hari dirinya mengalami kecelakaan yang membuat rohnya keluar dari tubuhnya. Hal itulah yang membuatnya bertemu kembali dengan Adelia juga putrinya yang tidak pernah ia ketahui selama ini.

chap-preview
Free preview
BAB SATU : KAMI, SEKARANG (part 1)
“Sepertinya dia tidak ada di rumah.” , ujar salah seorang pria yang duduk di kursi belakang mobil hathback berwarna hitam. Terdapat tiga orang di dalam mobil tersebut, dua di depan dan satu orang di belakang mencuri celah di tengah. Mereka semua sedang memperhatikan satu hal yang sama— rumah kecil yang tidak terawat tersembunyi dalam gang di tengah pemukiman yang padat penduduk. Sudah hampir dua jam tiga orang polisi detektif tersebut diam menunggu di dalam mobil. Mata mereka tidak terlepas dari rumah yang sedang jadi sasaran mereka kali ini. Pria yang duduk di samping kursi kemudi mulai menggerakan lehernya mematahnya ke kanan dan ke kiri untuk menghilangkan rasa pegal yang mulai menjalar ke lehernya. Sedangkan pria yang di kursi kemudi tidak bergeming sedikitpun. “Kau yakin ini tempatnya, Dim? Apa kau yakin dia tidak punya tempat lain lagi?” , tanya pria yang duduk di samping kursi kemudi sambil mengubah posisi duduknya. Yang ditanya langsung mengambil buku catatan kecil yang biasa dia bawa kemanapun dan membuka mencari catatan informasi yang ditanyakan, “Dia tidak pernah pulang ke kampung halamannya sejak lima tahun yang lalu. ayahnya meninggal karena kecelakaan sejak ia kecil dan ibunya pergi menikah lagi tanpa membawanya. Dia tinggal bersama kakeknya namun kakeknya sudah meninggal lima tahun lalu dan ia pergi meninggalkan kampungnya setelah itu, dan tidak pernah kembali lagi kesana.” , jelas pria bernama Dimas tersebut. Dua pria yang duduk di kursi depan mendengarkan dengan seksama penjelasan ini untuk yang kedua kalinya. “Bagaimana dengan orang-orang kenalannya?” , pria di kursi kemudi membuka suaranya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Dimas kembali melihat buku catatannya, “Dia tidak banyak bicara di tempatnya bekerja jadi tidak ada yang benar-benar dekat dengannya.” “Itu dia!” , sahut pria berambut hitam yang duduk di samping kursi kemudi sambil menunjuk apa yang ia lihat di depannya— sasaran yang mereka tunggu selama ini. Semua orang yang ada di dalam mobil segera bersiap dan waspada. Mereka harus berhati-hati agar penyergapan ini tidak menimbulkan keributan warga sekitar yang justru akan menyusahkan mereka. Pria dengan hoodie hijau polos yang sudah memudar itu berjalan dengan santai menuju pintu gerbang rumah tersebut. Saat hendak membuka kunci gerbang, perasaannya menangkap suasana yang tidak biasa. Ia pun melihat sekeliling dan matanya menangkap mobil hathback berwarna hitam dengan kaca hitam tebal yang tidak biasanya berada disitu. Jantung tiga polisi detektif yang berada di dalam mobil berpacu lebih cepat saat mata mereka bertemu dengan sasaran mereka. Namun mustahil untuk sasaran melihat mereka karena kaca mobil yang dilapis tebal agar orang di luar tidak bisa melihat ke dalam namun orang yang di dalam bisa melihat orang yang di luar. Pria yang menjadi sasaran mereka segera mengerti situasi yang sedang ia hadapi. Ia terdiam sejenak berpikir apa yang harus ia lakukan sambil berpura-pura membuka kunci gerbang. Suasana berubah menjadi tegang seketika. Keheningan yang ada terasa begitu lama, setiap detiknya terasa seperti satu menit telah berlalu. Di tengah ketegangan dan keheningan itu, pria dengan hoodie hijau terang yang sudah lusuh tersebut langsung melempar tentengan plastik hitam yang ia bawa ke arah kaca depan mobil hathback hitam tersebut. Membuat isi dari kantong plastik hitam itu terburai keluar menutupi pandangan ketiga polisi detektif yang ada di dalam mobil dengan bubur ayam yang mengotori kaca depan mobil, dan ia pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melarikan diri. “Sialan!” , umpat pria yang duduk disamping kursi kemudi. Dengan cepat ia langsung membuka pintu dan melihat kemana arah ia pergi. “Kalian lacak aku melalui ponselku, ya.” , ucapnya terburu-buru dan langsung pergi mengejar sasaran mereka. “Rangga! Tunggu dulu!” , panggil pria yang duduk di kursi kemudi sambil memunculkan kepalanya lewat jendela samping mobil yang ia buka. “Ah dia ini seenaknya sendiri.” , gerutunya sambil mengambil pistol jenis FN dari dashboard mobil dan meletakkannya di saku belakang celananya yang tertutup oleh blazzer hitamnya. “Rangga terlihat berlari ke arah selatan, pak.” , ujar Dimas sambil melihat peta di tablet pintarnya yang menampilkan tanda titik besar berwarna biru yang bergerak. Titik itu merupakan posisi Rangga saat ini. “Coba kemarikan” , Dimas langsung memberikan tablet tersebut saat diminta. Pria muda yang dipanggil pak oleh Dimas, terlihat serius melihat dan mencermati peta dan gerakan Rangga. Tangan kanannya aktif menggerakkan layarnya ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, memperbesar dan memperkecil. “Ini. Kau bawa mobil dan tunggu disini. Aku akan mengepungnya dari arah belakang dan menggiringnya padamu. Jangan lupa beritahu jika ada perubahan gerakan dari mereka.” , jelas pria tersebut sambil memberikan kembali tablet pintar tersebut pada Dimas, memakai earphonenya untuk memudahkannya berkomunikasi dan berlari pergi menyusul Rangga. Dimas langsung melompat ke kursi kemudi dan menyalakan wiper serta semprotan air untuk membersihkan bubur yang menghalangi pandangannya. Menghidupkan mesin dan segera melaju pergi sambil sesekali memperhatikan gerakan Rangga dari layar tablet pintarnya. *** Rangga terus berlari menelusuri gang-gang, mengikuti kemana sasaran mereka pergi. Namun karena lingkungan yang masih asing bagi Rangga, dan juga beberapa gang yang ramai oleh anak-anak dan ibu-ibu, membuat Rangga tidak bisa bergerak dengan bebas. Berbeda dengan sasaran yang sedang dikejar olehnya. Tinggal di lingkungan ini kurang lebih sudah empat tahun lamanya. Tentu jalan-jalan juga gang-gang kecil, bahkan jalan tikus yang ada di lingkungan ini pun sudah tidak asing lagi baginya. Ia begitu lihai mencari celah dan berlari dengan mantap seperti sudah mengetahui kemana ia harus berlari. Pengejarannya terhenti saat ia berbelok ke dalam gang sempit yang berada di sela-sela dua ruko tingkat tiga. Langkahnya melambat dan tatapannya lebih waspada. Lorong di depannya begitu gelap. Lebar gangnya hanya dua meter, cahaya matahari pun tidak bisa menerobos masuk ke dalam. Dengan perlahan Rangga masuk ke dalam. Ia berusaha agar suara langkah kakinya tidak terdengar. Tangannya merogoh saku belakangnya berusaha menggapai sesuatu namun yang ia cari tidak ada. Ia baru teringat jika ia meninggalkan pistolnya pada dashboard mobil tadi saat menunggu. Raut wajahnya terlihat mengutuk dirinya sendiri. Namun ia tak habis akal. Dilihatnya sepotong bambu sepanjang kurang lebih satu meter di dekat kakinya, ia pun mengambilnya dan memposisikan badannya seperti seorang pemukul baseball berjalan semakin ke dalam. “Dimana posisi Rangga?” , terdengar suara keluar dari earphone Dimas. Ia pun segera menepikan mobilnya begitu ia sampai di tempat yang diperintahkan tadi. Mematikan mesin, dan ia pun langsung mengambil tabletnya. “Dia berada di sebelah kirimu, pak. Arah jam sepuluh.” , jawab Dimas sambil memperhatikan gerak-gerik dua titik yang terlihat di layar tabletnya. Mendengar jawaban dari Dimas, laki-laki dengan blazzer hitam tersebut langsung berlari ke arah yang diberitahukan. “Ada yang aneh, pak!” , sahut Dimas tiba-tiba dari earphonenya membuat langkahnya terhenti. “Aneh?” “Iya, pak! Titik Rangga tidak bergerak sejak tadi.” Mendengar hal itu, dari matanya tersirat kebingungan sekaligus kekhawatiran yang tiba-tiba muncul. “Arahkan aku padanya.” , perintahnya dengan tegas. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MOVE ON

read
95.2K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
475.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook