BAB 7 - Membaca Dongeng

1174 Words
Setelah memutuskan panggilan, kini sorot mata Adrian beralih menatap Eva yang merasa tidak enak karena ketiduran. " Suster Eva, kemarilah! " Ujar Adrian, memerintah. Eva segera bergegas mendekat ke arah majikannya. " I, iya Tuan. Ada yang bisa saya bantu? " seperti biasa, Eva menundukkan kepalanya. " Ambil ini. Aku membelinya karena Zuri tidak membawakan pakaian-mu saat kemari. Kamu belum mandi kan? " Pinta Adrian, diiringi dengan olokan karena Eva belum mendi sejak pagi. " I, iya Tuan. " sahut Eva, jujur. Bagaimana bisa dirinya mandi, kalau tidak ada orang lain yang menjaga Rayyan? " Tck, pantesan bau. Mandi sana, dan ganti bajumu! " Sergah Adrian, mengolok Eva. Tanpa menjawab, Eva hanya menundukkan pandangannya dan beralih menuju ke kamar mandi. Dalam hati yang paling dalam, Eva sangat kesal dengan ucapan Adrian. Bagaimana bisa ada orang menyebalkan seperti dia??? Gerutu Eva, di dalam kamar mandi. Namun meskipun begitu, Adrian cukup pengertian, membelikkan satu Set pakaian untuk Eva. Ketika Eva baru saja selesai mandi, ia membuka paperbag yang tadi diberikan oleh Adrian. Perlahan Eva membukanya, dan melihat celana jenis cutbray berwarna hitam, serta atasan polos berwarna Coksu. Di dalamnya ada sebuah kotak lagi, dan membuat Eva bertanya-tanya. Begitu di buka, Wajah Eva seketika memerah melihat isi kotak tersebut rupanya berisi pakaian dalam. " A, apa dia membeli ini juga? Memangnya Tuan Adrian tau ukuran ku? " Gumam Eva, terbata. Ia malu sendiri melihatnya. Setelah dipakai, rupanya pakaian dalam itu pas di kenakan. " Ternyata Pas, " Gumamnya, merasakan nyaman saat di pakai. Tentu saja wajah Eva sangat merona saat ini. Sementara itu, kaos oblong yang di beli oleh Adrian memiliki ukuran yang berbeda dari ukuran baju Eva biasanya. Pakaiannya sangat pas di kenakan, namun menampakkan lekuk tubuh Eva yang selama ini di tutupi. Saat Eva sudah selesai mengganti pakaiannya, ia keluar dengan wajah yang masih merona. Adrian yang awalnya hanya berjibaku dengan pekerjaannya pun, kini terpaku begitu melihat Eva. Tubuh sintal bak seorang model, terlihat pada Eva. Wanita itu menunduk malu, karena Majikannya tak berkedip saat menatapnya. " A, apa saya terlihat aneh, Tuan? " Tanya Eva, memecah keheningan. Lantas Adrian pun membuyarkan pandangannya. " Tidak! Kalau kamu merasa nggak nyaman, pakai baju yang sebelumnya aja! " Adrian segera memalingkan wajahnya, yang juga memerah seperti tomat. " Gila! Apa ini alasan dia, selama ini memakai pakaian Over size??? " Batin Adrian, menerka. Tubuhnya bak seorang model. Tinggi semampai, serta molek. Hingga Adrian berpikir, bahwa selama ini Eva sengaja memakai pakaian yang diluar ukurannya. Lain dari pada itu, Eva akhirnya mengambil jaket milik Adrian yang semalam diberikan padanya. " Apa saya boleh pinjam jaketnya lagi, Tuan? Saya tidak nyaman memakai baju ini, terlalu ketat! " Ucap Eva, menundukkan pandangannya. " Ya, pakai saja pakai, cepat!!! " akhirnya, Adrian membiarkan Eva untuk membungkus kembali tubuhnya. **** Sore ini akhirnya Rayyan sudah diperbolehkan untuk pulang. Eva turut senang, karena Tuan muda-nya kembali ceria seperti semula. Penampilan Eva kembali seperti semula, yaitu memakai baju oversize serta tak lipa dengan kacamata tebalnya. Namun begitu, sikap Zuri pada Eva kini berubah tidak ketus seperti dulu lagi. Hal itu tenti disadari oleh Eva sendiri. Berbeda dengan Adrian. Meski ia sudah melihat sisi lain Eva, namun Pria itu tetap dingin padanya. * Hari-hari telah berlalu dan terlewat begitu saja. Tak terasa, hari ini Rayyan menginjak usia satu tahun. Selain sudah bisa mengoceh, Rayyan juga sudah bisa berjalan kesana kemari. Badannya yang gembul membuat orang-orang gemas melihatanya. Karena Adrian sangat sibuk, Eva merasa kasihan pada Rayyan yang tetap sendirian di hari ulang tahunnya. " Nggak apa-apa ya, Ray. Papa lagi cibuk, jadi biar Suster yang rayain ulang tahun Rayyan, ya? " Tutur Eva, menirukan suara anak kecil. Sore ini Eva berada di taman halaman rumah, dengan menggelar kain untuk alas duduk. Wanita itu berencana untuk menciptakan suasana piknik di luar, meskipun mereka berada di area rumah. Eva membuka kue ulang tahun mini, lengkap dengan lilin berbentuk angka 1. Dengan lugas, Eva membiarkan Rayyan duduk di pangkuannya, sambil memegang kedua tangan Rayyan seolah untuk bertepuk tangan. Perlahan Eva mengajari Rayyan untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Rayyan tampak ceria saat ini, hingga setelah lagu selesai dinyanyikan, Eva dan Rayyan bersama-sama meniup lilin tersebut. " Yee... Selamat ulang tahun Rayyan, semoga yang baik-baik selalu menuju padamu ya, Nak. " tutur Eva, sambil mencium dahi Rayyan. Mereka berdua begitu menikmati moment tersebut tanpa memedulikan siapapun. Karena tugas Eva ialah menjaga dan membuat Rayyan senang. Lalu pada malam harinya, Eva pun menidurkan Rayyan seperti biasa. Rupanya Eva menghias kamar Rayyan, yang kini telah menginjak usia 1 tahun, dengan bebapa balon berwarna biru gelap, dan silver. Semua itu Eva lakukan, agar Rayyan tidak merasa sendirian. Setelah memberikan @si pada Rayyan, bayi kecil itu akhirnya terlelap dari tidurnya. Sementara itu, Eva pun sama. Ia cukup lelah seharian ini, sehingga saat Rayyan tidur, dirinya juga ikut terlelap. Pada pukul 1 dini hari, Adrian yang baru saja pulang, masuk ke kamar Rayyan untuk memeriksa keadaan Putranya. Ia melihat suasana kamar Rayyan yang cukup ramai, tidak seperti biasa. " Aku sampai lupa kalau Rayyan ulang tahun! Dasar, Papa macam apa aku?! " gumamnya merutuki diri sendiri. Netranya lalu beralih menatap pemandangan yang sudah biasa ia lihat. Yaitu wajah Suster Ana yang berbaring bersama Rayyan, Putranya. " Apa dia yang menyiapkan ini semua? " Batin Adrian, bertanya-tanya. Ia tak menyangka, jika pengasuh baru Putranya akan berbuat sampai seperti ini. Walau tindakannya tidak merugikan dirinya, namun Adrian juga heran, mengapa Eva mau melakukan ini untuk orang lain? Bahkan semenjak di rawat oleh-nya, tubuh Rayyan menjadi lebih berisi dan sehat. Suster Eva telah merawat Rayyan dengan sepenuh hati. Setelah cukup lama menatap mereka berdua, Adrian akhirnya kembali ke kamarnya. *** Kini hari telah berganti. Seperti biasa, di minggu pagi, Adrian menyempatkan waktu untuk berolahraga. Kali ini ia tidak berladi diatas Treadmil, melainkan berlari mengelilingi halaman rumahnya yang luas. Disana ia melihat Rayyan sedang duduk di taman bersama Eva. Saat ini, Eva tidak menyadari keberadaan Adrian di belakangnya. Hingga sebuah suara, membuat Eva menoleh ke arahnya. " Kenapa kamu sering membacakan dongeng untuknya? Dia kan masih kecil, memangnya dia tau, apa yang kamu ucapkan? " Suara Adrian yang tiba-tiba terdengar, membuat Eva seketika beralih menyapanya. " Ah, selamat pagi, Tuan " Ucap Eva, menudukkan kepalanya, " Walaupun Tuan muda belum mengerti, tapi dengan membaca dongeng, bisa membuat Rayyan lebih tenang, Tuan " Sambung Eva, menjawab pertanyaan Adrian sebelumnya. " Pa...Pa.. " Sejenak suasana menjadi hening, saat Rayyan tiba-tiba mengucapkan sebuah kata. " Coba katakan sekali lagi, Ray? " Adrian yang sempat mendengarnya pun, lebih mendekat ke arah-nya. " Pa... " Rayyan kembali mengulang kata, ia menyebut 'Papa' begitu melihat Adrian ada di hadapannya. Seketika Adrian merasa senang, ia mengangkat tubuh Rayyan, dan menggendongnya dengan bangga. Sementara itu, ada satu orang lagi yang tak kalah senang melihat perkembangan Rayyan. Meski belum terlalu jelas, namun Rayyan akhirnya bisa menyebut kata 'Papa' Pada Adrian. " Mamamam " sama seperti saat melihat Adrian, Rayyan tiba-tiba mengucapkan kata ambigu itu saat melihat Suster Eva di dekatnya. Adrian yang sedang mencium pipi Putranya pun, menghentikan gerakannya. " Kenapa Rayyan memanggilmu Mama? " * Next---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD