BAB-6 PERNYATAAN PALSU

1052 Words
Beberapa saat setelah Eva pergi, Adrian mengurus Rayyan sendirian di ruang perawatannya. Bayi yang sedang demam itu melenguh merasakan tak nyaman dengan tubuhnya. Rayyan merengek, bahkan menangis hingga membuat Adrian, Papanya, merasa panik. Mengingat pepatah yang dikatakan oleh Eva barusan, Adrian pun mencobanya melakukan hal itu. Pria itu melepas pakaiannya, dan juga pakaian Rayyan. Ia menggendongnya, agar hawa panas di tubuh Rayyan berpindah kepadanya. Benar saja, tak butuh waktu lama Rayyan agak lebih tenang. Hal itu membuat Adrian berdecak heran, " Bisa-bisanya aku melakukan hal bodoh ini?! " Gumamnya, antara percaya dan tidak percaya. Saat Rayyan mulai tenang, Adrian perlahan merebahkan Rayyan diatas tempat tidurnya. Bersamaan dengan itu, Eva tiba-tiba saja masuk dan tak sengaja melihat tubuh atletis Majikannya. " Ma, maafkan saya Tuan! " Eva terbata dan mengalihkan wajahnya. Adrian dengan tatapan sinis segera mengenakan pakaiannya. " Kalau masuk itu ketuk pintu dulu! " Gerutu Adrian, terhadap Eva yang masih memalingkan wajahnya. " Maaf Tuan, saya nggak tau kalau anda sedang... " balas Eva, tak bisa melanjutkan ucapannya. " Sudahlah. Kamu jaga Rayyan dulu, aku mau keluar, mengurus administrasi. " Titah Pria itu, masih dengan nada bicara yang ketus. " Baik, " Eva tak bisa menatap wajahnya. Ia terlalu malu, apalagi baru saja dirinya melihat tubuh polos Majikannya. Membayangkannya lagi membuat Wajah Eva memerah seperti udang rebus. " Huft, lupakan! Aku harus jagain Rayyan! " Gumamnya, menuju ke tempat Rayyan tidur. Selama Majikannya keluar untuk mengurus administrasi, Eva diam-diam kembali memberikan @si pada Rayyan. Walau dirinya hanya seorang pengasuh, namun Eva berharap, jika Rayyan segera sehat kembali. *** Tak terasa, Eva terjaga di samping Rayyan semalaman. Begitu pagi datang, ia membuka matanya perlahan. Melihat Rayyan yang masih terlelap tidur, juga melihat Adrian tengah tertidur pulas di sofa. Melihat keduanya masih tertidur lelap, Eva memilih beranjak dan keluar untuk membeli sesuatu. Para pegawai di Rumah sudah mendapat kabar, bahwa Rayyan di larikan ke Rumah sakit semalam. Tak lama kemudian, Adrian pun mulai mengerjapkan matanya. Ia melihat Putranya yang masih tertidur, namun ia tak melihat keberadaan Eva. " Pergi kemana dia? " Gumam-nya, sambil berjalan menghampiri Rayyan. Sejenak Adrian mengecek suhu tubuh Rayyan, dengan meyentuh dahinya. Ia merasa lega, karena panas-nya sudah turun. Rayyan bahkan istirahat dengan baik saat ini. " Syukurlah, demamnya sudah turun. " Katanya, tersenyum simpul menatap Rayyan. " Tumbuhlah dengan baik, Ray. Buat Ibumu yang gila itu menyesal, karena meninggalkanmu! " Tutur Adrian, memuji sekaligus mengusap kepala Rayyan. Saat sedang fokus dengan Putranya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. " Siapa? " Ucap Adrian, menoleh ke arah pintu. Bersamaan dengan itu, pintu mulai terbuk, " Ini saya, Tuan. Saya keluar untuk membeli sarapan! " Sahut Eva, bersama jinjingannya di tangan. Eva terlihat membeli dua porsi bubur ayam, yang ada di dekat Rumah sakit. Selain itu, Eva juga membeli bakpao, barangkali Adrian tak menyukai bubur Ayam. " Saya juga membeli untuk anda juga, Tuan. Silahkan di makan kalau ada mau, " sambung Eva, menjelaskan. " Ya, taruh saja di atas meja! " Seperti biasa, Pria itu selalu bersikap dingin dan ketus terhadap Eva. " Kalau begitu saya makan dulu, Tuan. " Ujar Eva, mendahului majikannya. Ia sudah cukup lapar sejak semalam, karena tak makan apapun. Adrian hanya mengangguk dan menatap Eva dengan sinis. " Apa dia kelaparan? " batin Adrian, menerka. ** Hingga hari semakin siang, Zuri akhirnya datang membawa perlengkapan Adrian untuk ke Kantor. " Saya datang membawa perlengkapan anda , Tuan. " Katanya, baru saja tiba. " Bagus, Zur! " " Tuan Zuri, apa anda membawa perlengkapan saya juga? " Tanya Eva, berharap Zuri membawakan pakaian ganti untuknya. " Ka, kamu Suster Eva? " Sejenak Zuri tersentak, menatap penampilan Eva yang tidak seperti biasanya. " Ah, iya. Saya lupa, tidak membawa kacamata. " Sahut Eva, seketika menundukka kepalanya. Lain dari pada itu, Adrian melirik sinis Zuri, yang menunjukkan wajah merona-nya dihadapan Eva. " Aku nggak membawa perlengkapan mu, Suter Eva. Maaf. " Tiba-tiba, cara bicara Zuri menjadi lembut dan sopan, berbeda dari sebelumnya. Sangat ketus dan mengintimidasi. " Ya sudah kalau begitu. " Eva pasrah, dan terpaksa harus mengenakan pakaian yang sama untuk hari ini. " Suster, ternyata kamu jauh lebih cantik tanpa memakai kacamata! " Seolah tak tahan, bagi Zuri untuk memuji Eva. " Ya, terimakasih! " Eva sama sekali tak menatap wajah Zuri, karena ini bukan pertama kalinya seseorang berubah menjadi lembut setelah melihat penampilan lain dirinya. " Zuri, lebih baik kamu pulang saja karena sebentar lagi Rayyan juga akan pulang! " Perintah Adrian, menatap dingin Zuri. " Baik, Tuan. " Kini Zuri pin berlalu dari tempat itu. " Bukannya Tuan muda masih belum boleh pulang? " Tanya Eva, setelah mendengar pernyataan palsu tadi dari mulut Adrian. " Ya belum boleh, jadi kamu harus menjaganya disini. Aku akan pergi ke kantor hari ini! " Ujar Pria itu, tak lupa mengambil barang yang dibawakan oleh Zuri tadi. Adrian akan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Sementara Eva, di perintahkan untuk tetap berada di Rumah sakit. " Aneh! Kenapa harus bohong sama Pak Zuri? " gerutu Eva, kesal. Eva harus menunggu hingga sore nanti, jika kondisk Rayyan benar-benar sudah membaik, maka mereka di perbolehkan untuk pulang. Seharian ini, Eva dengan sigap menjaga Rayyan tanpa digantikan dengan siapapun. Kedekatan mereka pun semakin terjalin, satu sama lain. Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 2 siang. Eva yang menidurkan Rayyan pun, ikut tertidur di sampingnya. Wanita itu tak menyadari kedatangan majikannya, yang baru saja tiba. Adrian tentu tidak akan marah, setiap kali melihat Eva ketiduran. Pasalnya ia tahu betul, bahwa mengasuh bayi itu memang sangat melelahkan. Kini, Adrian hanya duduk menatap Suster Eva dan Putranya yang sedang terlelap tidur. Sambil menunggu Eva bangun, Adrian terlihat membuka laptopnya. Ia harus tetap memantau pekerjaannya, meski sedang tidak berada di kantor. Tak lama kemudian, Eva mulai membuka matanya. Samar-samar ia mendengar suara Adrian yang sedang berbicara dengan seseorang melalui panggilan telfon. Eva tersentak, menyadari keberadaan Majikannya. Masih dalam keadaan menelfon, Adrian sejenak melirik Eva yang terlihat panik. " Baiklah, kalau begitu sampai disini dulu obrolan kita. " Tutur Adrian, sebelum akhirnya menutup panggilannya. Netranya kini beralih menatap Eva yang merasa tidak enak karena ketiduran. " Suster Eva, kemarilah! " Ujar Adrian, memerintah. Eva segera bergegas mendekat ke arah majikannya. " I, iya Tuan. Ada yang bisa saya bantu? " seperti biasa, Eva menundukkan ketika berhadapan dengan Adrian__Majikannya. Lantas Pria itu menatap Eva lebih dulu... *** Next....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD