BAB 4 - Jangan Mimpi!!!

1801 Words
Pagi ini saat Eva sedang menjemur pakaian yang baru saja ia cuci, tiba-tiba Ratna datang menghampirinya. " Eva, kamu di panggil sama Tuan Adrian. Ada yang mau beliau bicarakan sama kamu. Penting! " Ketus Ratna menyampaikan ucapan majikannya pada Eva. " Eh , baik Mbak. Saya keluar sekarang! " Sahut Eva, terpaksa meninggalkan sisa jemurannya yang belum sempat di jemur. Sebelum keluar, Eva lebih dulu mengenakan kacamatanya. Ia tetap ingin berpenampilan seperti baisanya yang terlihat sangat culun. Begitu Eva keluar, Adrian langsung mengenali pegawai culun yang ada di kantornya, yang hampir menabraknya waktu itu. " Perempuan seperti dia, nggak mungkin kan melamar sebagai pengasuh hanya untuk mendekatiku? Dia bahkan nggak berani mengangkat wajahnya?! " Batinnya, melihat Eva yang terus menundukka kepalanya. Tanpa basa basi, Adrian langsung membicarkaan topik utamanya, " Baru dua minggu kamu mengasuh Rayyan, tapi berat badannya sudah naik. Apa kamu memberinya makan? " Adrian curiga, jika Eva memberiknya makan padahal belum waktunya Rayyan makan. Disisi lain, Eva panik dan cemas mendengar itu. Ia bingung haru berkata apa pada majikannya. " Ti-tidak Tuan, saya hanya memberikan s**u formula yang disediakan oleh anda. " Sahutnya, dengan gugup. " Benarkah? " Eva mengangguk dengan cepat, membenarkan. " Baiklah, tapi kalau kamu ketahuan memberi makan sama Rayyan, kamu harus tau resikonya! Karena bayi 5 bulan belum boleh makan, apa kamu tau itu? " Ujar Adrian menegaskan. " Saya tau, Tuan. " Eva cukup lega, setelah mendengar majikannya percaya begitu saja. " Maafkan saya, Tuan. Saya nggak bermaksud untuk bohong! " Batinnya, merasa bersalah. " Apa kamu punya kebiasaan bicara menunduk sama seseorang? " tanya Adrian, dan segera di sahuti dengan gelengan kepala oleh Eva. " Tidak, tuan. " meski begitu, Eva tetap menundukkan kepalanya tak berani menatap Adrian. " Tck, tidak apanya?! " Gumam Adrian, melihat Eva yang tetap menundukkan kepala. Setelah mendengar jawaban dari Eva, akhirnya Pria itu memilih pergi bekerja. Untuk saat ini, Adrian akan mempercayai pengasuh putranya itu. " Nak, Papa pergi kerja dulu ya? " Tutur Adrian, berpamitan dengan Putranya lebih dulu. Begitu pula dengan Eva, yang segera membawa kembali Stroller Rayyan. Setelah Adrian pergi, barulah Eva melihat punggung Adrian yang lebar. " Nah, anak pinter sebentar lagi waktunya kita jalan-jalan ya? " Tutur Eva, dan samar-samar terdengar oleh Adrian. Pria itu hanya meliriknya sekilas, lalu pergi dengan dingin. " Zuri, apa biasanya Suster Eva membawa Rayyan jalan-jalan? " Tanya Pria itu, sebelum tiba ke mobil-nya. " Benar, Tuan. Suster Eva akan membawa Tuan muda jalan-jalan ke taman, sambil membacakan buku untuknya " Sahut Zuri, menjelaskan. " Tck, konyol. Memangnya Rayyan tau apa yang di bacakan? " Decak Adrian, mendengar kekonyolan Suster Eva. " Saya juga kurang tau, Tuan. Tapi setelah mereka jalan-jalan, Tuan muda pasti akan tidur dan bangun saat siang. " Zuri kembali menjelaskan. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Adrian kini memasuki mobilnya. Disana sudah ada Bimo yang siap mengemudi untuknya. Dalam perjalanan, Adrian hanya diam dan fokus dengan tab-nya. Disana memperlihatkan dasboar saham-nya yang semakin hari semakin naik. " Bim, Apa kamu tau pegawai culun waktu itu? " Tanya Adrian, tiba-tiba ingin membahas Eva. " Ya, ada apa Tuan? " " Dia mengundurkan diri dari perusahaan. " Katanya, tanpa menatap Bimo dan hanya fokus dengan tab-nya. " Oh ya? Apa ada masalah dikantor? " Tanya Bimo, barangkali sebuah masalah membuat Eva keluar dari perusahaan. " Tidak ada! " balas Adrian, dingin. Setelah menyadari bahwa obrolannya tidak penting, Adrian memilih untuk tidak melanjutkannya. " Aneh! Dia sendiri yang mulai bicara, dia pula yang nggak mau menjawabnya! " Hal itu memuat Bimo menggerutu pada Atasannya. * Beberapa waktu terlewat tanpa terasa. Eva telah menerima gaji dari pekerjaannya sebagai pengasuh dengan angka yang lumayan. Pekerjaan yang terbilang capek, namun Eva sangat menikmatinya karena pekerjaan mengasuh sangat cocok dengannya. Selain tidak perlu bersosial dengan dunia luar, Eva juga bisa memberikan 4s¡-nya pada Rayyan secara langsung. Malam ini, Eva baru saja memberikan s**u pada Rayyan. Bocah mungil itu terlelap dalam dekapan Eva. Merasa sangat nyaman, membuat Eva ikut terlelap disampingnya. Lagi-lagi, Adrian diam-diam masuk ke kamar dan melihat keadaan Putranya. Dilihatnya, tubuh Rayyan semakin berisi membuat Adrian senang melihatnya. Setelah berganti-ganti mencari pengasuh untuk Rayyan, akhirnyaa muncul Eva yang sangat cocok dengan Rayyan. Sekilas, Adrian melirik ke arah Eva yang juga terlelap dari tidurnya. Tanpa mengenakan kacamata, Eva terlihat berbeda dari biasanya. Wanita dengan kecantikan natural, dimiliki oleh Eva. " Ah, jadi kacamata menyebalkan itu menutupi wajahnya yang lumayan! " Gumamnya, tanpa sadar menatap Eva lebih lekat lagi. Tanpa sadar, Pria itu memerhatikan tubuh Eva, dari atas sampai bawah. Dilihatnya sebuah lekukan tubuh yang mirip dengan gitar spanyol, membuat Adrian menelan salivanya. " Gila! Sedang apa aku ini? Tck! " Begitu sadar dengan tindakannya, Adrian mendengus kesal dan keluar dari kamar tersebut. *** Minggu pagi yang cerah ini, Eva membawa Rayyan jalan-jalan di sekitar taman yang terletak di halaman Rumah. Ditemani semilir udara pagi yang sejuk, serta bau harum bunga yang bermekaran, Eva tampak menikmatinya. " Nah sekarang kita duduk disini, ya? Apa kamu mau dibacakan dongeng lagi? " Tanya Eva, dengan sepenuh hati. Dihadapannya terlihat baby Rayyan yang berkedip manis menatap Eva. " Baiklah, suster Eva akan membacakan dongeng untukmu. Ini adalah dongeng tentang seekor kumbang yang hidup sebatang kara. Namanya adalah Hatci. Dia kehilangan Ibunya sejak kecil.... " Begitulah Eva memulai membacakan buku dongeng yang berbeda-beda setiap harinya. Entah dapat ide dari mana, Eva menganggap dengan membaca dongeng untuk Rayyan adalah sebagai bentuk komunikasi pada bayi itu. Tanpa Eva sadari, terdapat sepasang mata yang memerhatikan mereka dari gedung lantai atas. Tepatnya disana adalah sebuah kamar yang di gunakan oleh Tuan Adrian. Pria itu memerhatikan Eva yang membacakan buku dongeng untuk Putranya dengan ceria. " Jadi benar apa yang di katakan Zuri, dia membacakan dongeng untuk Rayyan? Buat apa dia melakukan hal yang nggak berguna seperti itu?! " Gumamnya, masih memerhatikan Eva dari kejauhan. Baru saja Pria itu bangun dari tidurnya, saat akan membuka jendela kamar, tak sengaja melihat Eva yang sedang duduk di taman. " Tck, seberapa parah minusnya ya, sampai harus memakai kacamata setebal itu? " Ketus Adrian, bergumam. Tak lama kemudian, Adrian memilih keluar dari kamarnya untuk berolahraga, berlari di atas treadmill. Pria bertubuh atletis itu, kini mulai berjalan di atas treadmil. Secara perlahan ia menambah kecepatannya untuk berlari. Berbalut kaos polos berwarna putih, serta celana pendek berwarna hitam, Adrian sangat tampan. Keringat yang mulai membasahi pelipisnya itu, menambah kesan maskulin padanya. Setelah hampir 20 menit berada diatas Treadmill, Pria itu kini mulai memperlambat kecepatannya. Begitu turun dari mesin treadmill, Adrian segera menyambar sebotol air mineral untuk melegakan dahaganya. Sejenak ia menyeka keringatnya, sebelum memulai kembali melakukan aktifitas olahraga lain. Hingga tak terasa, Adrian menghabiskan waktunya selama satu jam lebih untuk berolahraga. Pria itu kini berdiri didepan jendela, sambil meneguk air mineral-nya. Rupanya, Eva dan Rayyan sudah tidak ada di taman. Adrian lantas memutuskan untuk mencari keberadaan Rayyan. Karena pada dasarnya, ia selalu menyapa Rayyan setiap pagi. " Zur, Rayyan dimana? " Tanya Adrian, pada Zuri. " Dia ada di kamarnya, Tuan. Tadi saya lihat, Tuan muda tidur jadi Eva membawanya ke kamar. " Balas Zuri, sesuai yang ia ketahui. " Baiklah, aku akan kesana. " Dengan keringat yang belum sepenuhnya mengering, Adrian mencoba menghampiri Putranya di kamar. Melihat pintu yang sedikit terbuka, Adrian masuk begitu saja. Disana terlihat Rayyan sedang terlelap dari tidurnya, di atas box bayi. Namun Adrian tak melihat keberadaan Eva. " Kemana dia? Kenapa meninggalkan Rayyan sendirian? " Gumamnya, menatap Putranya yang begitu lelap. " Ah, biasanya jam segini dia sibuk. Apa dia menggunakan waktunya untuk mencuci, saat Rayyan masih tidur? " Pikir Adrian, sambil matanya sesekali memerhatikan kamar Rayyan. Terlihat rapih, dan lebih luas. Adrian menebak, bahwa Eva yang mengubah posisi perlatan kamar Rayyan. Namun begitu, Adrian tak keberatan. Karena di matanya, kamar Rayyan lebih rapi dari sebelum-nya. Ketika Adrian akan keluar dari kamar itu, tak sengaja ia berpapasan dengan Eva yang baru selesai mandi. Sejenak mereka saling mematung, menyadari keberadaan satu sama lain. " Tu, tuan! Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau masuk?! " Sergah Eva, sambil menutupi tubuhnya yang hanya berbalut handuk. Terutama bagian d4d4-nya. " Ka, kamu sendiri? Kenapa kamu mandi di kamar mandi, kamar Rayyan? " Adrian pun sama, ia berusaha untuk tak melihat yang tidak seharusnya ia lihat. " Sebaiknya anda keluar dulu! Saya akan jelaskan nanti! " Pinta Eva, mendorong tubuh Majikannya agar keluar dari kamar tersebut. " Hey, beraninya kamu mendorongku?! " Perkataan itu terucap bersamaan dengan saat Eva menutup pintu. " Maaf, Tuan. Saya akan menjelaskannya nanti! " Katanya, dari balik pintu. " Tck, ini kan rumahku! Terserah aku dong, mau ke kamar Putraku atau tidak? Kenapa dia yang heboh?! Dasar culun!!! " Adrian emosi, ia meninggalkan tempat itu dan memilih pergi ke kamarnya. Setelah berolahraga, Adrian memilih membersihkan tubuhnya dari peluh dan keringat. Pria itu kini berdiri dibawah guyuran air shower. Kepalanya mendunduk, lalu tangan kanannya menyangga tubuh dengan dinding. " Sialan! Kenapa aku teringat dengan itu terus?! " Batinnya, kesal. Dalam bayangannya, Adrian teringat dengan lekuk tubuh Eva, yang terbilang seksi. Ia mengalihkannya dengan cara apapun, namun upayanya tidak berhasil. " Apa d@d@-nya memang sebesar itu, ya? " Gumam Adrian, kembali teringat dengan lekuk tubuh Eva. * Di sudut lain, Eva pun merasa gelisah karena telah mengusir keluar Majikannya dari kamar Rayyan. Meski itu diluar keinginannya, namun ia tak bisa membiarkan Adrian lama-lama melihat dirinya yang hanya berbalut handuk. " Huft, gimana kalau aku dipecat? Aku takut!!! " Batin Eva, menggigiti kukunya sendiri karena cemas. * Setelah ketidaksengajaan antara Eva dan Adrian terjadi, mereka tak bertatap muka selama seharian ini. Eva terlalu sibuk mengurusi Rayyan, sementara Adrian pun sama. Meski hari libur, ia tetap bekerja dirumah selama seharian ini. Saat Adrian tengah duduk di meja kebesarannya, tiba-tiba ia melihat Eva datang menghampirinya. Hal itu membuat Adrian membelalakkan kedua matanya. " Apa-apaan ini? " Ujar Adrian, menatap sinis Eva yang tiba-tiba datang menghampirinya dengan wajah genit. Tak hanya itu saja, Eva bahkan datang hanya dengan mengenakan handuk berwarna putih yang mengikat tubuhnya. " Saya datang untuk memenuhi kebutuhan anda, Tuan. " Sahut Eva, tersenyum genit. Kini tangannya mulai menyentuh kedua pundak Adrian, dengan lembut. " Hei, apa ini tujuanmu resign dari kantor, lalu menjadi pengasuh anakku? Apa kamu berencana untuk menggodaku? " tanya Adrian, menggertakan giginya. " Jangan mengatakan hal seperti itu, Tuan. Bukannya anda memang tergoda sama saya? Selain menjaga Rayyan, saya juga bisa menjaga anda, Loh. " Kekeh Eva, masih dengan senyum genitnya. " Jangan mimpi! Aku nggak akan tergoda sama perempuan culun sepertimu! " Ketus Adrian, membalas. " Benarkah? Tapi reaksi tubuh anda mengatakan sebaliknya, loh? Apa benar anda nggak tergoda sama saya? " kini Eva semakin mendekat kearah Adrian. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci saja. Hal yang membuat Adrian lebih kaget lagi ialah, ketika Eva melangkah menaiki tubuhnya. Semakin lama, Adrian tak tahan dengan godaan Suster Eva. Akhirnya, Pria itu mulai menci*m bib*r Eva. Mereka lalu... *next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD