“Kakak!” Adrian terpaku ketika wanita itu berlari, mendekat dengan wajah cemas.
Kali ini tak salah, Noi kembali. Ada syukur penuh kelegaan, suatu kejutan di tengah kemelut yang semakin rumit. Adrian bersyukur, bukan hanya karena kerinduan yang terbayar. Namun, melihatnya muncul sudah menjadi satu keajaiban paling menakjubkan.
Adrian menyambutnya, memberikan dekapan hangat penuh kerinduan. Semua berpadu, rindu dan lega menjadi kesatuan tak terpisahkan. Akhirnya sosok ini kembali, tidak lagi bersembunyi dalam ketakutan. Setidaknya Noi berani keluar, dia datang saat semua mengatakan ketidakmungkinan.
Dia tersenyum, memberikan anggukan pada wajah yang sudah berlinang air mata. Menghadiahkan ciuman lembut di kedua pipi, memaksa beberapa pasang mata sedikit kaget. Bagaimana keduanya bisa bersikap begitu romantis?
Semua orang serentak menoleh pada Dirga, laki-laki itu hanya melebarkan senyum. Baik orang tua Adrian maupun Noi tak menunjukkan gelagat mencurigakan, ada mata di sekitar mereka. Beberapa perwira tinggi sedang menunggu kedatangan Adrian, tetapi adegan romantis cukup membuat semuanya memberi ruang.
Berbeda dengan seringai di wajah Radi Joansyah, melirik dengan suara berdeham. Jaya Angsama tampak salah tingkah, paham pada kode keras tersebut. Bagaimana bisa kesepakatan salah?
Mereka menginginkan Noi bersama Dirga, bukan Adrian. Keduanya hanya pasangan alternatif, tetapi kenapa justru menjadi begitu dekat? Ada yang tak beres, harus dihentikan sebelum masalah melebar pada hal serius.
Seharusnya Dirga tak bertingkah bodoh, merasa senang ketika istrinya berada dalam pelukan sang kakak. Apa otaknya mengalami kerusakan parah? Dua lelaki tua tersebut hanya menggeleng kesal. Semua di luar kendali, tak mungkin mereka menyeret pasangan tersebut saat ini.
Semua orang berkumpul di kediaman Adrian, mencoba menemukan pelaku penyerangan sang komisaris jenderal. Berbeda dengan luka pada Alvin dan Akbar, kali ini lebih parah. Kondisi Anggriawan kritis, kemungkinan selamat sangat tipis.
Kenapa mereka malah berkumpul di rumahnya, tidak di markas? Pertanyaan paling berlipat ganda saat disadari ada dua orang tua serta mertuanya. Apa yang sedang orang-orang itu lakukan di kediamannya?
Adrian menggandeng sang istri, mendekat pada Olin dan ayahnya. Mereka sedang menunggu sejak lama, pasti ada hal serius untuk dibahas. Semoga bukan tentang hal buruk, akan semakin menyulitkan jika lahir perkara baru.
“Hentikan semua ini, kalian bisa terkena SP!” perintah ini berasal dari sang komisaris, membuat ketegangan semakin memuncak. “Kalian bergerak tanpa surat perintah, tak ada laporan, dan toga orang sudah terluka parah. Apa yang bisa kamu pertanggungjawabkan atas semua kejadian ini?”
Adrian terdiam, dipermalukan di depan keluarga. Trik licik apa lagi ini? Jika melawan, tentu hanya menempatkan diri pada posisi kurang aman. Dia hanya perlu meminta maaf, menahan Noi untuk tetap diam. Tidak terlibat pada hal pelik tersebut.
Semua ini sesuai prediksi sang komisaris jenderal, Anggriawan sudah memberikan gambaran. Jika hal buruk menimpa, Adrian harus menyerah. Jangan melanjutkan gerakan rahasia, bersikap patuh. Sebab, dirinya tinggal berdua dengan Dirly. Kemungkinan Alvin dan Akbar pun di bawah kendali.
Dugaan itu benar, sang IPTU hanya meminta maaf. Tidak banyak bicara, membiarkan makian serta penghakiman diberikan. Menerima setiap konsekuensi dari tindakan. Hanya dengan begitu, ia bisa terus memburu Demon.
Sampai di sini semakin jelas, siapa lawan dan kawan di dalam jajaran kepolisian. Tidak banyak peran serupa, semua memilih menyelamatkan jabatan. Adrian memaklumi, siapa juga yang rela berkorban jika harus kehilangan pekerjaan?
“Noi, aku mohon, “ ujar Adrian lirih ketika sang istri masih berusaha melakukan perlawanan, menggeleng lemah.
Adrian tak mau ada keributan apa pun, cukup. Mereka harus segera pergi dari rumahnya, menerima surat skorsing saja sudah membuatnya kesal. Jangan sampai menambah dengan hal yang lebih buruk dari ini lagi.
Adrian pun hanya menarik napas, menahan diri. Menekan emosi untuk tidak timbul ke permukaan. Mengisyaratkan pada dua anak buahnya untuk patuh, kondisi mereka masih belum sepenuhnya pulih. Namun, tetap memaksakan diri datang.
Ayahnya menggeleng-geleng dengan wajah kesal, pasti murka. Merasa dirinya tidak kompeten, gagal dalam tugas. Hanya mencoreng nama baik keluarga. Hal tersebut bukan sesuatu yang baru, sudah sering disepelekan. Tidak berpengaruh.
“Apa yang akan Kakak lakukan setelah ini?” Noi masih belum mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini, ia tersadar dalam kondisi rumah penuh dengan orang.
Sudah ada kedua orang tuanya, beserta mertua tercinta. Rupanya Dirga menghubungi mereka. Namun, tak terduga justru keributan lain muncul di saat yang salah.
Dia pingsan, tanpa terduga. Ketika Olin dan ayahnya datang, tampaknya Bell shock melihat wajah ayah dari sang mantan kekasih Adrian. Rasa sesak di balik d**a membuat wanita itu tersungkur, hilang kesadaran. Barulah Noi kembali, merasa ada yang tak beres dengan keramaian di dalam rumah.
Benar saja, mereka mengatakan tentang apa pun yang tak dimengerti. Gerakan rahasia yang didalangi Adrian, penyerangan terhadap komisaris jenderal, dan peringatan pertama untuk sang suami cadangan. Benar saja, sang polisi tampan diskorsing.
Noi hanya mampu menahan diri, tidak bertanya. Ia percaya pada Adrian, tak mungkin laki-laki itu melakukan tindakan tanpa perhitungan. Selama dirinya tak ada, tentu banyak perkembangan yang terjadi. Dia salah, kerumitan justru semakin membingungkan.
“Kalian jangan bertingkah memalukan, ingat status masing-masing!” bentak Mia Zumiola, merasa perlu memberi peringatan tetas.
Sang ibu menarik lengan Noi yang terlihat salah tingkah, kenapa harus dipermasalahkan ketika mereka menghendaki dirinya bersama Adrian? Tentu saja situasi tersebut kian memusingkan kepala, ada apa dengan Mia? Dia hanya menambah kerumitan yang sedang berlangsung saat ini.
“Mami mengirim Dirga ke sisi kalian untuk bisa segera pulih, tapi apa yang terjadi?” Rineta Maharani bersikap jijik, mengerutkan kening Noi.
Dia sudah tak bisa mendiamkan dua wanita itu, ada yang salah dengan otak mereka. Perlu diberi balasan serupa, menyadarkan tentang sesuatu. Noi akan melakukannya sekarang!
“Kalian yang menjadikan kami sepasang suami-istri, jangan lupa itu!” balas Noi kesal, tak suka disalahkan atas perasaan yang mulai serius terarah pada Adrian.
Jika memang mereka semua tidak setuju, cukup menyelesaikan permainan. Bercerai dengan Dirga dan hidup bahagia bersama sang kakak ipar. Itu yang akan Noi lakukan jika semua orang tua masih bertingkah sangat mengesalkan.
Namun, tak akan semudah itu. Sebelum kasus benar-benar selesai, mereka tentu belum bisa menuntaskan masalah pribadi. Tidak sebagai pasangan palsu atau mengesahkan secara nyata. Noi masih gelisah, tentang peran dirinya dalam pembunuhan berantai.
Siapa yang menjadi psikopat? Apa Adrian sudah menemukannya? Sosok kejam dalam diri. Jika belum, ia takut ... bagaimana jika laki-laki itu pergi? Ketakutan karena ada monster yang tersembunyi. Noi masih belum sepenuhnya ingin datang, tetapi rindu pada sang polisi cukup kuat. Itulah alasan dirinya kembali.
“Jangan macam-macan, kamu harus menjadi istri Dirga.” Ibunya masih bersikeras menekankan kalimat, mengatakan tentang pasangan yang telah ditetapkan.
Bukan Adrian, tetapi sang adik. Sesuai kesepakatan bersama, tidak perlu berubah hanya karena Noi enggan menerima. Semua keputusan ada di tangan para orang tua!
“Tampaknya kalian ketakutan jika aku bersama kak Adrian, apa yang sedang disembunyikan?” Noi mengucapkannya dengan nada mencibir, tanpa rasa sungkan.
Dia ulai bersikap layaknya Bell, memaksa kening sang ibu berkerut. Menggeleng tak percaya, bagaimana Noi bisa menunjukkan sisi lain? Dia seharusnya hanya anak penurut yang manis dan bisa dikendalikan dengan sempurna.
“Kamu ... siapa?”
Noi tersenyum, menunjukkan seringai dingin. Mencoba bersikap seperti karakter lain, sosok paling dibenci ibunya. Dengan demikian, semua perdebatan tak penting pasti akan segera berakhir, lelah jika harus terlibat hal tak penting.
Sengaja menampakkan tatap tajam, diarahkan bergantian pada dua wanita yang saling merapat. Adrian mengernyit, merasa menemukan hal baru. Ibunya terlihat bersikap awas, tampak mengetahui jika wanita di depannya bukan Noi. Ada apa ini?
Jadi, semua orang tua tahu terkait kepribadian ganda pada wanita itu? Kenapa selama ini bersikap seolah tak tahu apa-apa? Menarik, dia dikelilingi kebohongan terstruktur!
***