Tawaran Bercinta

1069 Words
"Hai!" sapa manja seorang wanita cantik sesaat setelah memasuki sebuah ruang kerja. Kaki jenjangnya meliuk indah bak seorang model. Tubuh yang hanya berbalut piyama bertipe dress lingerie dengan bahan menerawang sukses memperlihatkan lekuk seksi dan prnampakan belahan dua gunung kembar sin*al sang pemilik. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya suara bariton seorang pria dengan posisi membelakangi. Wanita itu malah merespon dengan kekehan kecil seraya menyusupkan kedua tangan memeluk tubuh kekar sang pria dari belakang. "Aku bertanya, apa yang kau lakukan di sini, Yasmina?" Pria itu mengulang pertanyaan lebih tegas lagi kepada wanita bernama Yasmina. "Kau terlalu tegang akhir-akhir ini, Kai. Aku hanya ingin membantumu melepaskan stres seperti yang selalu kita lakukan sebelumnya." Kali ini Yasmina menjawab dengan nada setengah menggoda kepada pria dengan panggilan nama Kai. Bibir tipis Yasmina mulai lihai menari lembut di atas punggung si pria yang sedang tak mengenakan atasan sementara jemari lentiknya menjelajah liar setiap inci d**a bidang berbulu cukup lebat. Manuver Yasmina semakin menjadi-jadi kala sang wanita pindah haluan ke arah depan Kai dan mulai menanggalkan outer lingerie tipis yang membalut tubuhnya. Kini, hanya balutan two pieces serupa bikini bermotif bunga mawar yang ia kenakan. "Kau tau aku bukan tipe beromansa. Jadi, lupakanlah!" "Ayolah, Kai. Bukankah malam itu kau dan aku sangat—" "Jangan memanggil dengan sebutan seolah kau orang terdekatku. Aku masih Bosmu, Yasmina." Kai geram karena sebagai anak buah, Yasmina tidak mengindahkan perintah dan malah menggodanya. Sang pria lantas menepis kedua tangan Yasmina yang sedang bertengger di d**a bidang miliknya. "Pergi dan jangan menghadap jika tidak diminta. Mengerti?" tegas Kai seraya melayangkan tatapan bengis ke arah Yasmina. Gertakan Kai sontak membuat senyum sumringah Yasmina berganti dengan semburat ketakutan. "Me-ngerti, Bos." Tubuh Yasmina gemetar sampai tak dapat berkata lagi. Ia pun segera memungut outer miliknya di lantai lalu pamit dengan terburu-buru. Ergh, dasar bodoh! Kai mengambil gelas berisi whiskey yang tersaji di atas meja dan lalu meneguknya. Sudah menjadi hal lazim jika dalam dunia mafia circle wanita cantik dan seksi datang silih berganti menghadap pria berumur 29 tahun yang bernama lengkap Malakai Alexander Santini. Bagaimana tidak digilai, sosok tampan nan kekar itu merupakan pemimpin tertinggi kelompok mafia Black Skull yang sangat disegani dalam circle dunia gelap atau underworld. Kelompok mafia Kai bahkan dapat dengan mudah mengendalikan pemerintahan dari balik layar sehingga organisasinya bebas melakukan bisnis haram tak tersentuh hukum. Namun, bukan berarti segala aspek kehidupan selalu lancar. Dunia yang tak adil pun berlaku padanya. Seperti saat ini, hatinya sedang kacau imbas seorang anak buah yang nyatanya telah berkhianat. Belum lagi masalah birokrasi bisnis dalam orgnisasi mafia yang sangat rumit dan tak jarang berujung peperangan antar kelompok. Saat angannya jauh melambung, lampu di ruangan Kai mendadak mati. Alhasil, tempat tersebut menjadi gelap gulita dan hanya menyisakan secercah cahaya rembulan yang memancar masuk melalui kaca jendela. Sebagai seorang yang sudah terlatih dalam berbagai situasi, Kai dapat merasakan ada hal yang tak beres kali ini. Terlebih banyak musuh yang juga mengincar nyawanya. "Ch! Kuakui nyalimu cukup besar sampai bisa mendatangi ruanganku." Kai melemparkan cibiran kepada sosok tak terlihat. Nyatanya pria itu merasakan presensi seseorang di sana. "Ding Dong! Kau benar. Tapi sayang, aku tak takut pada apa pun termasuk pemimpin mafia sepertimu," jawab sang penyusup yang tak lain adalah Jade. Gadis itu telah berhasil menembus Mansion S dan sampai ke ruangan sang bos mafia. Ah, rupanya dia seorang wanita. "Hanya dua ... tipe orang berani mendatangiku dan tak takut mati. Mengajak berbisnis atau membunuhku." Suara bariton sang pria masih terdengar begitu tenang tanpa kekhawatiran sedikitpun. "Ckck. Kasihan sekali wanita bernama Yasmina yang tak kau anggap. Padahal dia berani mendatangi ruanganmu dengan hanya memakai lingerie." Jade mencemooh Kai. "Woah! Kau terdengar seperti kekasih yang sedang cemburu, Nona Penyusup." Kai lalu balik meledek Jade. "Hahaha. Berimajinasilah sepuasmu! Sayangnya, aku tidak punya banyak waktu meladeni mulut besarmu itu." Suara Jade mulai terdengar serius. "Kau telah mengambil sesuatu dariku. Lebih tepatnya seseorang. Bebaskan dia dan akan kuampuni nyawamu." "Ckck. Kau datang kemari hanya untuk mengancamku? Sayang sekali kau salah sasaran." Kai tetap merespon santai di tengah gertakan sosok Jade yang masih bersembunyi dibalik kegelapan. Pergerakan cukup masiv pun terjadi. Dengan melakukan manuver secepat kilat, Jade kini sudah berada di belakang Kai, menempatkan belati tepat di area tenggorokan sang pria. "See! Aku bisa membunuhmu kapanpun, Tuan Mafia." "Dan aku bisa membunuhmu sebelum kau membunuhnya," ancam presensi tak terprediksi yang tidak kalah cepat sudah menodongkan pistol tepat ke kepala Jade. "Lepaskan Bosku sekarang juga!" perintah sosok pria yang nyatanya salah satu anak buah Kai. Jade sontak tertegun diiringi wajah yang mendadak pucat. Sial! aku terdesak. Sang puan menyerah dan spontan menjatuhkan belati dari genggaman. "Kau lama sekali, Toni," protes Kai. Antonio atau biasa disapa Toni adalah salah satu anak buah kepercayaan sekaligus tangan kanan Kai. "Maaf, Bos. Sistem keamanan sempat kacau. Tapi kini sudah terkendali," kelit Toni. "Pantas saja penyusup bisa masuk. Sepertinya aku harus mendisiplinkan tim IT," ujar Kai agak kesal. "Gawat! Bos marah." Toni membatin pasrah. Selang beberapa detik, cahaya terang lampu kembali menerangi ruang kerja Kai. Sosok Jade pun kini terlihat sangat nyata dan jelas. Sang puan mengenakan outfit serba hitam dengan style rambut pendek hitam lurus sebahu lengkap menggunakan masker berwarna senada menutupi bagian hidung dan mulut. "Toni, biar aku yang buka maskernya." Kai menghentikan aksi Toni yang hendak menarik masker Jade. BUG! Namun, secara tak terduga Jade menendang kuat kaki Toni kemudian menangkap pistol sang pria yang otomatis terjatuh akibat aksi reflek tendangan Jade. "Turuti perkataanku atau kubunuh dia—" Untuk sesaat keadaan berbalik, Jade sukses menodongkan pistol ke arah Toni yang sedang tersungkur. Namun, netra Jade malah terbelalak tak percaya kala penglihatannya kehilangan sosok Kai. Pria itu seolah tiba-tiba menghilang dengan secepat kilat. "Kau mungkin cepat. Tapi aku lebih cepat dari siapapun!" Jade salah perhitungan, Kai tidak menghilang melainkan mengukur lawan dan memanfaatkan peluang. Sang pria kini sudah mendekap Jade dari belakang seraya menodongkan belati ke tenggorokan gadis itu. Situasi pun kembali berbalik menguntungkan Kai. Akhirnya, Jade benar-benar pasrah. Kai lantas memberikan perintah agar Toni mengikat kedua tangan sang wanita sebelum membuka identitasnya dibalik masker. "Woah! Dia ... cantik," sanjung Kai terkesima dalam hati sesaat setelah membuka tabir yang menutup setengah wajah Jade. Meskipun tatapan Jade bengis, harus Kai akui kecantikan paripurna milik sang puan bagai matra sihir pemikat. Sejenak, netra mereka saling mengunci pandang. Namun, tak lama, Kai melerai pertautan karena tidak ingin larut oleh keindahan manik coklat milik Jade yang menghanyutkan. Pria itu segera membenahi perasaannya dan memulai menginterogasi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD