CHAPTER 7

1022 Words
Setelah Yogi mengurus ijin Farica, Yogi langsung masuk ke dalam mobil dimana Edric dan Farica di dalamnya. "Semuanya sudah beres Yang mulia." ucap Yogi lalu Edric berkata "Kita menuju butik terlebih dahulu, dia tidak mungkin memakai setelan pegawai hotel." ujar Edric yang membuat Yogi ikut memandang Farica dari atas sampai bawah. "Sudah aku katakan, lebih baik aku bekerja daripada aku menemani.." perkataan Farica terhenti saat jari telunjuk Edric menempel di bibirnya, "Sshh.. Apa kamu lupa dengan apa yang aku katakan tadi? Protes lagi maka aku akan men..." perkataan Edric juga terhenti saat Farica menutup mulutnya dengan tangannya, "Aku tahu! Jangan membahasnya lagi." imbuh Farica melepas tangannya dari mulut Edric dengan wajah yang sudah memerah, menatap sekilas Yogi lalu memalingkan wajahnya ke luar jendela. Edric tertawa kecil melihat wajah malu Farica, membuatnya gemas. Sedangkan Yogi terkejut sekaligus bingung melihat kelakuan dan perbuatan kedua orang yang ada di hadapannya. "Ada apa dengan mereka? Dan apa tadi? Baru di tinggal sebentar, lihatlah mereka sudah begitu intim dan main rahasia segala." ujar Yogi yang begitu penasaran dengan apa yang mereka bicarakan tadi. "Baiklah, kita ke butik dahulu." perintah Yogi kepada supir di depan. Kini mereka telah tiba di butik tempat dimana pakaian anggota kerajaan di rancang dan di buat. "Yang mulia, suatu kehormatan anda berkunjung kemari. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Mrs. Ronson pemilik butik ini sekaligus stylish kerajaan. "Aku ingin kamu memiliihkan gaun untuk wanita ini, kita akan mengunjungi Miracle Cancer Hospital." Jelas Edric kepada Mrs. Ronson. "Baiklah, silahkan ikut saya. Kalau boleh tahu siapa nama anda Nona?" "Panggil aku Farica, Mrs" "Tentu sweetie, kamu begitu cantik. Aku sudah tahu, gaun apa yang cocok untukmu." ucap Mrs. Ronson sambil mempersilahkan Farica memasuki ruangan ganti. Tak butuh waktu lama, Farica keluar dengan gaun biru dongker melekat begitu cantik di tubuhnya dan rambutnya yang tadi di ikat kini tergerai cantik. Edric menatapnya dengan wajah yang terpesona, tidak percaya bahwa sosok di depannya adalah wanita bodoh itu. "Bagaimana Yang mulia? Nona Farica sangat cantik bukan?" tanya Mrs. Ronson mendapati Edric yang terpikat pada wanita ini. "Keluar!" perintah Edric membuat semua orang langsung keluar dan kini hanya tersisa Edric dan Farica. "Kenapa kamu menyuruh mereka keluar.." mulut Farica langsung di bungkam oleh ciuman Edric. Farica yang terkejut memukul d**a Edric untuk di lepaskan tetapi yang di dapatkan ciuman yang semakin dalam. Pukulan Farica semakin kecil dan terakhir berhenti di gantikan dengan kedua tangannya melingkar ke leher Edric membalas ciuman itu. Setelah Edric merasa puas baru di lepaskan, Farica mengatur nafasnya yang memburu akibat ciuman mereka, Edric menyeka sisa air liur yang ada bibir Farica lalu menyatukan kening mereka dan berkata "Rasanya masih sama seperti di mobil, manis." ujar Edric sambil tersenyum, wajah Farica langsung memerah seketika. Farica menyembunyikan wajahnya di d**a Edric alhasil membuat Edric tertawa keras. Farica memukul d**a bidang Edric sebagai tanda bahwa dia marah dan kesal kepada Edric. Flasback Saat mereka sudah berada di dalam mobil, Farica mencoba lagi untuk membujuk pria yang ada di sampingnya untuk tidak membawan dirinya pergi bersamanya. Menurut Farica jika terus bersama maka kejahatannya bisa bertambah banyak sehingga dirinya bisa langsung diseret ke penjara. "Yang mulia, lebih baik kamu mencari wanita lain untuk menemanimu di sana." ujar Farica. Edric menutup tabletnya memiringkan tubuhnya ke kiri menghadap Farica yang juga memiringkan tubuhnya menghadap kepadanya. "Tidak." "Yang mulia! Kita tidak saling kenal dan harusnya kamu membawa wanita sederajat bersamamu bukan aku si rakyat jelata." "Nama?" "Eh! Farica Gresyn" "Umur?" "24 tahun" "Kamu sudah tahu siapa aku dan aku sudah tahu siapa namamu jadi kita sudah berkenalan dan kamu akan menemaniku disana" "Tapi.. Apa yang akan di katakan orang jika seorang pegawai hotel menemani..." perkataan Farica terhenti saat bibirnya di bungkam oleh Edric, "Inilah hukumanmu jika terus membantah perkataanku." ucap Edric setelah melepas ciumannya, Edric menatap wajah Farica yang sudah memerah lalu menatap balik bibir ranum merah itu, membuat Edric kembali mencium bibir itu dengan sangat dalam. Flasback end Kini mereka sudah sampai di Miracle Cancer Hospital, "Selamat datang Yang mulia." sambut Mr. Toder pemilik dari Miracle Cancer Hospital menundukkan kepalanya kepada Edric.  "Apa kabar Mr. Toder?" tanya Edric. "Baik Yang mulia, Lady Anastasia sudah berada di dalam dan sedang bermain dengan anak-anak." ujar Mr. Toder membuat dahi Edric berkerut menatap wajah Yogi.  "Kenapa tidak katakan bahwa Lady Anastasia juga datang?" tanya Edric kepada Yogi melalui tatapannya. "Maafkan aku Yang mulia, aku tadi mau mengatakan kepada Yang mulia tetapi anda memotongnya sebelum aku menyelesaikan semua perkataanku." balas Yogi memandang balek, menjawab pertanyaan Edric seakan mengetahui arti dari tatapan itu.  Sedangkan Farica yang berada di belakang Edric bertanya dalam hatinya, "Siapa Lady Anastasia?"  "Mari Yang mulia, silahkan" ucap Mr. Toder mempersilahkan Edric, Farica, Yogi dan pengawal lainnya untuk masuk ke dalam. Mr. Toder mengajak Edric, Farica dan Yogi berkeliling melihat keadaan Rumah sakit dan anak-anak yang menderita kanker, Farica begitu sedih melihat anak-anak yang masih kecil sudah menderita penyakit yang mematikan. Farica menitikkan air matanya melihat seorang gadis kecil yang rambutnya sudah tidak ada, tubuhnya yang kurus dan harus bernafas menggunakan selang pernafasan, Farica berjalan mendekati gadis itu untuk mengajaknya berbincang dan bermain. "Siapa wanita itu Yang mulia?" Edric tidak menjawab pertanyaan Mr. Toder malah ia mengajukan balik pertanyaan kepada pria tua itu. "Siapa nama gadis kecil itu?" "Namanya Jessica, dia gadis kecil pendiam dan susah di dekatin. Tapi lihatlah sekarang, dia tertawa dan mau berbicara. Ini sungguh keajaiban dan semuanya berkat wanita yang datang bersamamu." ujar Mr. Toder tersenyum bahagia melihat Jessica bercanda tawa dengan Farica.  Sudut bibir Edric tertarik sedikit kemudian mengambil langkah menghampiri Farica untuk bergabung bermain bersama dengan gadis kecil yang bernama Jessica itu. Yogi yang melihat kebersamaan mereka, hatinya begitu bahagia. Dalam diam tanpa sepegetahuan Edric, ia mengambil ponselnya mengabdikan moment langkah tersebut. Edric pasti akan senang melihat foto ini dan tentunya akan ada imbalan besar yang aku dapatkan dari semua ini. Membayangkannya saja membuat Yogi begitu senang dan ketawa sendiri. Hal tersebut tak luput dari pandangan Mr. Toder, pria tua itu merasa merinding serta mengerikan melihat tingkah sang asisten yang tertawa sendiri. "Sepertinya benar rumor itu, bahwa ada roh jahat disini. Sehabis ini, aku akan segera menelpon pendeta untuk pengusiran para roh agar tidak ada kasus keserupan lagi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD