“Hah! Sesak sekali rasanya.” Dara mendesah berat di kamar membanting tubuhnya duduk di lantai marmer yang terasa dingin ini. Karena Elang tak kunjung membuka pintunya setelah dia menunggu di depan pintu selama tiga puluh menit. Pria itu juga tak menjawab perkataannya. Jadi untuk apa dia tetap berada di sana? Semua rencananya hancur berantakan karena sebuah kesalahpahaman. Elang benar-benar tidak paham dengan maksudnya meski sudah dia jelaskan. “Apa dia tipe seperti itu yang nggak mau mendengarkan orang lain bicara? Hh! Menyebalkan sekali dia!” gumamnya setengah berdesis dengan kedua tangan terkepal di sisi tubuh. Dara kemudian menegakkan tubuhnya berdiri , masih merasa kesal dan kecewa dengan Elang. Tapi, semakin dia memikirkan tentang kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dan E