19. Wajar

1285 Words
Dengan langkah ragu Syena kini memasuki kantor Bara menuju ruangan pria itu. Walau entah kenapa ia merasa sangat gugup, tapi Syena benar-benar ingin kembali bicara pada Bara. "Bisa bertemu dengan Bara?" tanya Syena sebelum masuk ke ruangan Bara ia bertemu seorang wanita yang sepertinya adalah sekretaris Bara. "Apa mbak udah ada janji dengan Pak Bara sebelumnya?" "Eum.., udah kok. Dia sendiri yang suruh datang menjelang ia pulang. Dia belum pulang kan?" "Tadi sepertinya siap-siap mau pulang, kalau mbak memang udah ada janji pribadi silahkan masuk mbak." wanita itu mempersilahkan dengan ramah. "Terima kasih," Syena ikut tersenyum dan kini sudah menyentuh gagang pintu ruangan Bara. Wanita yang memakai cardigan putih itu menarik napas dalam sebelum membuka pintu, dan saat itu ia mendapati Bara yang sedang duduk melihat ke luar jendela sehingga kini membelakangi pintu masuk. "Bara?" Syena menutup pintu lagi dan memanggil Bara. "Bara!?" Syena memanggil lagi karena Bara sepertinya tengah larut dalam lamunannya menatap suasana di luar. Pria itu akhirnya memutar kursi yang ia duduki dan melihat Syena yang kini sudah berdiri di hadapannya, "kamu datang juga?" "Tentu saja!" Syena menjawab dengan sangat yakin. Bara bangkit dari kursinya dan berjalan menuju sofa ruangannya, "mau membicarakan apa?" Syena dengan cepat juga ikut mengambil posisi duduk di sofa berhadapan dengan Bara walau tidak ditawari oleh si pemilik ruangan, "tentang malam itu, aku sangat menyesal dan minta maaf karena membuatmu marah atau tersinggung." "Aku sudah bilang kalau aku sudah memaafkannya. Kamu tidak perlu susah susah kesini kalau hanya untuk minta maaf." "Tentang perjodohan ini, aku minta supaya tetap kita lanjutkan." Bara menghela napas panjang, "aku tidak punya alasan untuk melanjutkannya. Kamu sudah minta maaf tapi nyatanya tindakan dan rencanamu masih sama datang kesini." Syena dengan cepat menggeleng, "enggak kok! Ini berbeda." "Apanya yang berbeda?" "Kalau sebelumnya aku memintamu berbohong, maka kali ini tidak ada kebohongan. Aku mau kita coba jalani dulu, aku akan usaha jadi apapun yang kamu suka dan berubah sesuai apa yang kamu mau. Kalau aku tak bisa bikin kamu pada akhirnya tertarik, maka aku akan dengan senang hati menyudahi ini. Tapi kamu tentu harus jalani ini dengan sepenuh hati." "Jika dari awal aku tidak suka, aku tidak ingin menghabiskan waktu untuk coba merubahnya." "Tapi Bar..." "Tidak akan ada yang berubah." "Kamu tidak menyukaiku??" "Tidak." "Sebutkan apa yang tidak kamu suka" Bara memutar bola matanya malas, "ketimbang menanyakan apa yang tidak aku suka, akan lebih efisien menanyakan apa yang aku suka darimu." "Baiklah, apa saja yang kamu suka?" "Tidak ada." Syena membelalak, "artinya kamu sepenuhnya tidak menyukaiku? Tidak ada satupun dariku yang menarik untukmu?" Bara membuang pandangannya, "syukurlah kamu bisa paham." Syena menarik napas dalam dan memejamkan matanya sejenak agar tak terpancing emosi, "oke aku akan ubah semuanya untukmu." "Tidak perlu, terima kasih." "Hey!! Kamu tidak akan pernah menemukan seorang wanita yang mau melakukan segalanya demi kamu!" "Aku juga tidak mau wanita yang seperti itu." "Baraaaaaaaaaa!" "Oke jika kamu hanya akan membahas ini, aku rasa tidak akan ada habisnya dan tidak akan ada perubahan. Aku pulang sekarang." Bara memutuskan pergi untuk membereskan barang-barangnya karena merasa pembicaraannya dengan Syena sudah selesai. "Bara ayolaaah, kenapa kamu seperti ini padaku?" "Udahlah Sye, lagian perjodohan ini sudah resmi berakhir." "Bagaimana bisa?? Tidak ada yang berakhir!" Bara tersenyum, "aku sudah katakan ini sudah berakhir pada orang tuaku dan aku akan bertemu calon yang lainnya." "Apa!?" Syena tak percaya mendengar pernyataan Bara. Bara tak peduli dengan respon Syena dan kini sudah akan melewati gadis itu untuk keluar. "Bohong! Kamu nggak bisa gitu dong padaku! Mana boleh kamu putuskan ini secara sepihak? Aku nggak mau!" "Aku tidak peduli karena hubungan kita sama sekali tidak ada, kamu paham? Tidak ada keharusan aku minta persetujuanmu." "Aku nggak akan biarin kamu pergi gitu aja!" Syena kini menahan Bara dengan mencengkram tangan Bara sekuat tenaga. "Berhentilah bermain, aku harus segera pulang. Nanti malam aku akan bertemu seorang wanita, jadi aku harus bersiap-siap." "Aku tahu kamu bohong!! Kamu hanya ingin membuatku mundur kan? Tidak semudah itu." "Terserah kalau kamu tidak mau percaya, tapi intinya lepaskan aku sekarang." suruh Bara tampak sudah bosan menghadapi Syena. "Tidak akan sebelum kamu bilang sesuatu yang ingin kamu ubah dariku." Bara mendecak malas, "kamu tidak perlu merubah apapun karena tidak ada gunanya." "Kalau begitu aku akan menahanmu sampai kapanpun, bahkan bila perlu aku akan menempel kemana kamu akan pergi." "Aku sudah bilang tidak ada satupun yang aku suka darimu, sampai-sampai aku tidak bisa mengatakan bagian mana yang ingin sekali aku ubah." Syena semakin mengencangkan pegangan tangannya dan menyempurnakan diri berdiri di hadapan Bara sambil menatap tajam mata sipit Bara, "sekarang buka matamu lalu lihat aku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Apa yang paling tidak kamu suka dariku?" Walau awalnya Bara terus coba menghindar, tapi kini Bara tak bisa lagi mengelak untuk berhadapan langsung memperhatikan Syena yang menatapnya serius penuh harapan menunggu jawaban. "Kamu yakin tidak akan tersinggung dengan ucapanku??" Bara memperingatkan. "Tentu!" sangat yakin Syena menjawab. "Walau ini tidak akan ada gunanya untukmu, baiklah aku akan sampaikan apa yang paling tidak aku suka secara fisik." "Cinta itu dari mata turun ke hati, jadi akan aku pastikan kamu menyukai penampilanku terlebih dahulu." "Aku akan peringatkan dari sekarang kalau aku bukan pria yang mengutamakan fisik." "Terserah, cepat saja katakan!" Syena mendesak sudah tak sabar. Bara menarik napas terlebih dahulu sebelum mulai bicara, "terlalu modis dan glamour, make up mu, aku tidak merasa tertarik dengan gaya make up mu, terutama lipstik berwarna seperti itu. Kamu juga memakai lensa kontak berwarna? Ah, terlihat sangat tidak nantural dan poin utama yang membuatmu sama sekali tidak menarik untukku adalah rambutmu." "Apa yang salah dengan rambutku?" Syena penasaran. "Kamu terus mewarnai rambutmu?" "Kamu tidak menyukainya??" Bara menghela napas panjang, "aku rasa sudah cukup. Kamu bisa lepaskan aku sekarang??" Bukannya melepaskan Syena malah semakin menahan Bara, "jadi kamu suka yang seperti apa?" "Saat kamu tahu aku sangat menyukai Alina, harusnya kamu paham tipe wanita seperti apa yang bisa menarik perhatianku." Syena mendecak malas, "kamu tidak menyukai wanita yang bergaya seperti Alina, tapi kamu hanya tergila-gila pada sosok Alina itu sendiri. Bahkan jika tiba-tiba Alina bergaya sepertiku, kamu pasti tidak akan protes dan tetap menyukainya." Bara tertawa, "kamu memahamiku dengan baik. Lagipula aku juga sudah katakan kalau aku tidak tertarik karena fisik. Bahkan jika kamu berubah menjadi seperti Alina seutuhnya, belum tentu aku akan menyukaimu juga." "Huh! Lihat saja!" Syena akhirnya melepaskan Bara dengan kesal. "Terima kasih," Bara akhirnya lega dan memutuskan melanjutkan niatnya untuk pergi. "Bara!!" Syena yang tertinggal coba mengejar Bara untuk bisa berjalan seiringan dengan pria yang memiliki langkah besar itu, "kamu nggak beneran akan ketemu cewek lain untuk perjodohan kan?" "Untuk apa aku bicara berulang kali kalau kamu tetap tak akan percaya?" "Jadi itu beneran? Kamu setega itu?" Syena masih belum bisa terima. "Tega? Aku perlu untuk menjalankan hidupku dengan normal. Aku rasa ini wajar." "Ya nggak wajar karena kamu masih ada aku, Tuan Bara!" "Malah nggak wajar kalau aku masih coba nerusin perjodohan ini dengan kamu, Nona Syena." "Ih kok jahat banget sih kamu ke aku??" Syena kesal sambil memukul lengan Bara. "Menurutmu malam ini apa pertemuanku dengan wanita itu akan berjalan lancar?" "Nggak! Nggak akan lancar karena ujung-ujungnya kamu juga bakal sama aku!" jawab Syena ketus sekaligus ingin menyumpahi. "Kalau kamu bicara seperti itu, aku merasa malam ini akan berjalan dengan sangat baik. Ah, aku tidak sabar." Bara tampak begitu bersemangat bahkan hanya dengan memikirkan rencana pertemuannya malam ini. "Jangan pergi temui wanita lain!" "Kamu tidak bisa mengaturku. Kalau kamu mau temui juga lah pria lain, jangan terus menggangguku." "Kamu sangat menyebalkan Adibara! Sepanjang malam aku akan berdoa kalau tidak akan ada perjodohanmu yang berjalan lancar selain denganku. Kalaupun ada, aku sendiri yang akan menghancurkannya!" "Kamu benar-benar terdengar seperti wanita jahat Sye!" "Emang iya! Terus kenapa!?" "Memang tidak mungkin aku akan bersama seorang wanita gila."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD