Bara kini menenggak air minum dan memposisikan tubuhnya untuk siap mendengarkan apa yang akan Syena katakan.
Sedangkan Syena kini sudah menarik napas dalam menatap Bara, "ayo jalani saja perjodohan ini."
"Kenapa harus?"
"Aku tahu kalau kamu tidak akan mau menikah dalam waktu dekat, sedangkan keluargamu terus mendesak bukan? Aku juga tahu tak semudah itu untukmu melupakan Alina." Syena mulai menjelaskan sedangkan Bara hanya diam saja.
"Setidaknya dengan ada aku, kamu tak akan di desak. Kamu bisa fokus pada pekerjaanmu atau apapun itu tanpa harus memikirkan pasangan. Keluargamu tidak akan mendesak segera menikah jika sudah ada aku, kalau perlu biar aku yang urus jika keluargamu terus meminta segera menikah, kamu bisa percaya padaku. Bukankah keputusan ini tidak merugikanmu? Kamu sepenuhnya diuntungkan," lanjut Syena menjelaskan sekaligus meyakinkan.
Bara masih diam coba memikirkan ucapan Syena, "lalu apa untungnya untukmu?"
"Lebih kurang posisi kita sama. Aku juga butuh calon suami. Aku harus punya calon agar aku tetap bisa melakukan apa yang ingin aku lakukan. Terlebih untuk tetap ada di apartemen ini."
"Apa maksudnya?"
Syena menarik napas dalam, "keluargaku menyuruhku kembali ke rumah kalau aku masih belum memiliki pasangan."
"Hanya itu masalahmu? Kamu hanya perlu pulang ke rumah, kenapa susah susah untuk mengelak?" Bara merasa kalau alasan Syena tidak masuk akal.
"Kamu tidak perlu memikirkan keuntunganku. Cukup pikirkan saja dirimu, bukankah ini sangat menguntungkan?? Kamu setuju?" Syena tersenyum lebar dan sangat ingin melihat anggukan setuju Bara.
Namun yang ada Bara malah menggeleng, "tidak, aku tidak bisa lakukan itu."
"Lah kok nggak mau sih!?"
"Aku tidak bisa berbohong pada keluargaku, dan otomotis nantinya kita akan membohongi semua orang. Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu." Bara menolak dengan sangat yakin seolah ia tak akan terpengaruh dengan apapun yang terjadi.
"Tapi Bara, ini juga untuk kebaikan kamu sendiri. Dimana lagi kamu akan temukan kesempatan seperti ini? Bahkan aku tak minta apapun dari kamu."
"Aku sudah katakan untuk tidak mau melakukan hal ini. Lagipula cepat atau lambat aku akan melupakan Alina dan memulai hidupku lagi dengan baik. Kebohongan tidak akan pernah berakhir baik Syena."
Syena terdiam menatap Bara dengan kepalanya yang kini sudah memikirkan banyak hal.
"Aku pikir kita sudah selesai membahas ini dan semuanya sudah jelas. Kita tidak perlu bertemu lagi karena aku tidak bisa menjalankan rencanamu itu." Bara berdiri dari kursinya dan bersiap untuk meninggalkan Syena.
Melihat itu tentu dengan cepat Syena ikut berdiri dan berlari menghalangi Bara dengan cara berdiri di depan pria itu, "Bara tunggu dulu, kamu harus pikirkan ini dulu dengan baik!"
"Aku sudah katakan tidak, dan aku tidak perlu untuk memikirkannya lagi. Izinkan aku untuk pergi sekarang."
"Kalau begitu setidaknya lakukan ini untukku! Aku mau lakukan apapun asal kamu mau bantu aku Bara. Bahkan aku mau sujud di kakimu sekarang juga." Syena benar-benar hendak mengambil posisi untuk sujud di kaki Bara.
Dengan cepat Bara menarik tangan Syena agar tidak sudud kepadanya, "aku tidak akan melakukannya."
"Bara aku mohon.....,"
"Jika kamu benar-benar butuh seseorang yang ingin berpura-pura menjadi pasanganmu, kamu bisa cari orang lain. Bukankah kamu kaya, karier bagus dan juga cantik? Kamu bisa dapatkan pria manapun dengan apa yang kamu miliki."
Wanita itu menggeleng bahkan kini matanya mulai berkaca-kaca, "aku nggak bisa. Aku cuma bisa percaya sama kamu, Bara."
Bara lagi-lagi menggeleng, "aku tidak akan pernah lakukan kebohongan seperti itu, apalagi pada keluargaku sendiri. Tidak ada gunanya kamu berusaha membujukku dengan cara apapun, aku tidak akan melakukannya." Bara bergeser untuk bisa melewati Syena yang menghadangnya untuk bisa pergi.
"Baiklah kalau kamu tidak mau berbohong, kita lakukan ini dengan sebenar-benarnya." Syena kini menahan salah satu tangan Bara.
Bara kaget sambil melihat tangan Syena yang memegangi tangannya dengan sangat kuat, "apa??"
"Kamu sendiri yang bilang aku cantik, karierku bagus dan juga berada. Apa kamu tidak bisa benar-benar menyukaiku dan menjalankan perjodohan ini secara nyata? Aku juga bisa berubah menjadi apapun demi kamu."
Bara menatap Syena dengan tatapan heran, "apa menurutmu sesederhana itu? Semudah itu? Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu."
"Aku hanya ingin mendapatkan bantuan dari kamu. Aku tahu kamu baik dan semua orang tahu itu, aku sangat butuh pertolongan kamu." Syena menunjukkan kalau kini ia memang sangat membutuhkan Bara.
Bara geleng kepala melihat Syena, "sejak awal aku nggak pernah bisa ngerti sama apa yang kamu pikirkan."
"Katakan! Katakan kenapa kamu nggak bisa suka padaku!"
"Karena nggak ada alasan kenapa aku harus suka padamu. Terlebih saat tahu semua ini, aku makin sadar kalau keputusanku sejak awal tidak mau berurusan apapun denganmu adalah keputusan yang sangat benar."
Syena membeku, dengan tangannya yang masih memegang tangan Bara dengan lebih kuat, "Bara.., aku akan lakukan apapun."
"Tidak, aku akan atur hidupku secara normal dan lebih baik. Kamu harusnya bisa lebih berpikir dengan setiap tindakanmu dan memikirkannya secara lebih matang. Aku rasa urusan kita sudah selesai." Bara melepaskan tangan Syena dan berlalu meninggalkan Syena begitu saja.
"Baraaaaa!! Baraaaaaaa!!!" Syena terus berusaha memanggil dan mengejar lelaki itu, namun nyatanya ia memang tak bisa lagi untuk menahan Bara.
Syena melangkah gontai untuk kembali masuk ke dalam apartemennya setelah gagal mengejar apalagi menahan Bara. Setelah menutup pintu, kontan saja kaki Syena melemah dan terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Bahkan perlahan kini sebulir air mata mengalir di pipinya. Suasana yang tadinya begitu hening perlahan kini diisi oleh suara tangis, Syena kini hanya bisa menangis sendirian.
*
Bara terus berjalan dengan langkah besar keluar dari gedung apartemen Syena menuju mobilnya yang terparkir. Di setiap langkahnya ia terus teringat akan setiap ucapan Syena yang sampai sekarang masih membuatnya terkejut dan geleng kepala. Bara tahu kalau Syena adalah wanita yang aneh, tapi ia tak pernah berpikir kalau Syena akan sampai berpikir dan hendak bertindak demikian, terlebih mengajaknya untuk ikut.
Bagi Bara berbohong adalah suatu hal yang sangat ia hindari dalam kehidupannya karena ia sadar bagaimanapun dan untuk apapun sebuah kebohongan, akhirnya pasti tidak akan baik. Terlebih kebohongan yang sangat besar, Bara sungguh tidak akan melakukan itu, terlebih yang akan menjadi korban adalah keluarganya.
Bara kini sudah sampai di mobilnya, ia membuka pintu mobil untuk masuk dan menutupnya kembali dengan keras, ia tidak bisa menahan rasa kesal dan emosinya karena ucapan Syena tadi.
"Bagaimana bisa dia hidup dengan baik jika memiliki pola pikir seperti itu? Lebih memilih tinggal sendirian padahal dia seorang wanita? Apa sebenarnya yang ia inginkan?"
"Bahkan jika dia mengajak melanjutkan perjodohan ini dengan alasan dia tertarik padaku, aku pasti akan mempertimbangkannya! Benar-benar menyebalkan!" Bara memutuskan untuk melajukan mobil dengan cepat meninggalkan area apartemen.