“Mau ke mana, Naya?” Bulik Laila meneriakiku dari teras rumah. Sontak langkahku berhenti. “Ma-mau main ke rumah temen, Bulik.” Aku balik badan. “Memangnya bajumu sudah dicuci?” Perempuan tiga puluhan tahun itu mendelik. Aku berjalan perlahan menghampirinya. Sudah sebulan aku tinggal di rumah Bulik Laila, aku sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan yang dulunya bukan pekerjaanku. Mencuci baju, mencuci piring, menyapu lantai, mengepel lantai, dan lain-lain. Setiap hari, aku sudah terlatih mengerjakannya. Yang dulunya tak bisa, sekarang aku sudah cukup cekatan melakukannya. Tapi, tetap saja ada hari di mana aku enggan sekali melakukan semua pekerjaan itu. Meski begitu, aku akan tetap mengerjakannya supaya tidak kena omel Bulik Laila. Kadang kala aku menundanya sebentar, hanya untuk mengumpulk