Adzan maghrib berkumandang. Membuyarkan tatapan orang-orang terhadapku. Pakde Rama memberi perintah untuk segera mengumandangkan adzan. Orang-orang bubar. Aku? Aku tak tahu apa yang kurasakan. Yang pasti sekarang jantungku berdegup kencang. Tidak, bukan karena aku memang mencuri uang di kotak amal itu. Aku tidak mencurinya, kepikiran pun tidak. Lagipula mana mungkin aku mampu membuka gembok itu besi itu dengan paksa sekalipun. Itu pasti pekerjaan orang dewasa. Namun, tatapan orang-orang itu seolah menyetujui bahwa aku pelakunya. Bisikan-bisikan tentang keluargaku makin santer kudengar. Terlebih soal tabiat ibuku. Bahkan saat adzan selesai dikumandangkan, saat di mana seharusnya orang-orang berdoa sembari menunggu iqomah. Mereka justru saling berbisik, menatapku diam-diam. Aku merasa risi