Saat Kevin dan Rissa tiba di Enmaru, suasana restoran yang elegan dan modern langsung menyambut pasangan sekretaris dan CEO itu. Lampu-lampu hangat dan dekorasi kayu menciptakan suasana yang nyaman dan mewah. Mereka dengan cepat menemukan keberadaan Julian yang menempati salah satu meja dan ternyata pria itu tidak seorang diri atau ditemani oleh sekretarisnya, melainkan bersama Maulia yang duduk di sampingnya. Melihat itu Kevin semakin bertambah semangat saat melangkah menghampiri keduanya.
Rissa merasa sedikit gugup, tetapi senyuman ramah Maulia saat menyambut kedatangannya segera membuatnya merasa nyaman.
"Hai, kamu pasti Rissa sekretarisnya Mas Julian ya?" sapa Maulia yang kini sudah bangkit dari duduknya dan langsung mengulurkan tangan di hadapan Rissa.
"Betul, Mbak. Salam kenal ya." Rissa dengan cepat menjabat tangan Maulia dan tersenyum.
"Aku Maulia Karlina."
"Sekretarisnya Pak Julian?" tanya Rissa dengan begitu polosnya menganggap Maulia adalah sekretaris Julian karena mereka berdua di sana, sama seperti dirinya dan Kevin yang juga datang berdua.
"Dulu pernah jadi sekretarisnya, bisa dibilang aku mantan sekretaris Pak Julian waktu di perusahaan pusat Surabaya," jawab Maulia seraya tersenyum dan kemudian melepaskan jabatannya dengan Rissa, memberi ruang untuk Rissa berjabat tangan dengan Julian di sebelahnya.
Rissa yang bingung dengan jawaban Maulia berusaha untuk nyambung, ia pun kemudian berkenalan dengan Julian, sosok presdir yang ia bicarakan bersama Kevin sewaktu di kereta.
"Halo, Pak Julian. Salam kenal, saya Rissa sekretarisnya Pak Kevin," sapa Rissa sembari membungkukkan setengah badan, untuk memberi salam hormat pada Julian.
"Hai, Rissa. Senang kali ini Kevin datang bersama sekretarisnya. Mari silakan duduk!" ucap Julian yang di pertemuan sebelumnya Kevin datang seorang diri.
"Terima kasih, Pak Julian. Maaf saya baru bisa menemani Pak Kevin hari ini karena kebetulan beberapa hari lalu saya ada keperluan keluarga waktu Pak Kevin bertemu dengan Pak Julian," jawab Rissa yang menjelaskan lebih dulu, sebelum duduk.
"It's okay, nggak masalah." Julian pun mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum. Lalu ia kembali duduk, diikuti oleh yang lainnya.
"Karena ini waktunya makan siang, jadi kita makan dulu ya sebelum ngobrolin soal kolaborasi. Kalian pilih dulu mau pesan apa? Kebetulan kita berdua sudah pesan duluan!" ucap Julian yang membagi pandangannya antara Kevin dan Rissa.
"Bapak mau pesan apa?" tanya Rissa pada Kevin yang tengah menatap menu.
"Kamu pesan apa?" Kevin balik bertanya.
"Apa ya, Pak? Samain aja deh kayak Pak Kevin," jawab Rissa setengah berbisik karena ia kebingungan saat melihat buku di hadapannya saat ini.
"Ya udah kalau gitu!" Kevin yang sudah menentukan pilihannya segera memanggil pelayan. Ia pun menyebutkan pesanannya, begitupun dengan pesanan Rissa.
Setelah pelayan pergi, barulah Kevin duduk santai, dan menikmati suasana yang terasa nyaman saat ini.
"Alden nggak diajak, Mbak?" tanya Kevin pada Maulia, membuka obrolan santai, sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Kebetulan Alden lagi ada ekskul di sekolah, Mas. Jadi nggak bisa ikut."
"Wah, pasti Al mulai sibuk banyak kegiatan di sekolah ya, Mbak?"
"Bukan lagi, sekarang dia pulangnya sore hampir setiap hari, Mas. Al juga banyak kegiatan di sekolah, ada ekskul, dan latihan renang karena mau ikut lomba dua bulan lagi."
"Wah keren banget ya Al, makin banyak kegiatannya. Tapi Al sehat kan, Mbak?"
"Alhamdulillah, Al sehat. Doain ya selalu sehat."
"Alhamdulillah. Pasti, Mbak. Saya selalu mendoakan semoga Al, Mas Julian, dan Mbak Maulia sehat terus."
"Aamiin. Doa yang sama ya untuk Mas Kevin," balas Maulia yang tutur katanya terdengar sangat lembut, membuat Rissa berpikir jika Kevin dan Maulia cukup dekat.
"Oh ya, kata Mas Julian tadi kalian ke sini naik kereta ya? Gimana, seru nggak naik kereta whoosh? Al itu pengen banget loh naik kereta whoosh, tapi Papanya belum punya waktu senggang nih buat ajak Al naik itu!" tanya Maulia, melanjutkan ucapannya, sesekali menatap Julian yang curi-curi pandang ke arah Rissa. Lalu wanita itu pun menyenggol lengan Julian agar menjaga pandangan.
Julian menoleh ke samping, menatap Maulia yang terlihat kesal seolah-olah bertanya lewat sorot matanya mengapa Julian menatap sekretaris Kevin?
Alis Rissa saling bertaut mendengar percakapan dan adegan yang terjadi. Ia merasa hubungan Maulia dan Julian lebih dari sekadar sekretaris dengan atasan. Terlebih saat keduanya saling tatap.
"Ah iya, Mbak. Tadi kita ke sini naik kereta whoosh. Seru sih, cepat banget jalannya, dari Bandung ke Jakarta cuma 45 menit. Saya sering sih, Mbak, naik kereta whoosh. Kalau Al libur sekolah, bisa dong ya, Mbak, saya ajak dia ke Bandung naik kereta whoosh?"
"Boleh sih, tapi sayangnya Al belum libur panjang. Nanti deh kalau Al libur pas kenaikan kelas, kayaknya bisa deh kamu ajak dia jalan-jalan ke Bandung."
"Boleh tuh, Mbak. Kapan Al libur sekolah?"
"Seingatku sih bulan Juli gitu deh," jawab Maulia yang coba mengingat.
"Mbak Maulia sudah punya anak ya?" tanya Rissa untuk menjawab rasa penasarannya.
"Ah iya, aku sudah punya anak, namanya Alden, dulu tuh Mas Kevin sering main dan jagain anakku." Maulia dengan ramah menjawab dan terlihat bersemangat saat bercerita.
"Usia berapa, Mbak?"
"Sekarang usianya sudah sembilan tahun, Rissa."
Rissa menganggukkan kepala untuk merespon jawaban Maulia. Ia masih coba berusaha mencerna hubungan wanita itu dengan Julian.
Kevin yang mengetahui kebingungan Rissa langsung berdehem, menatap sekretarisnya, yang langsung balas menatapnya.
"Rissa, kamu pasti bingung ya? Biar saya jelasin, jadi Mbak Maulia ini mantan istri, sekaligus mantan sekretaris Pak Julian. Dan sekarang Mbak Maulia adalah calon istri dari Pak Julian. Mereka sebentar lagi akan menikah."
"Hah! Gimana, Pak, maksudnya?" tanya Rissa dengan mata yang membulat sempurna.
Melihat itu Kevin tersenyum. Baginya ekspresi terkejut Rissa sungguh menggemaskan. Akhirnya pria itu tertarik untuk menceritakan kisah tentang Julian dan Maulia di masa lalu, agar Rissa mengerti tentang hubungan mereka yang memang rumit di awal, tapi akhirnya happy ending.
"Jadi gini simpelnya, 11 tahun yang lalu Pak Julian dan Mbak Maulia pernah menikah karena diminta sama kakeknya Pak Julian. Pernikahan mereka hanya bertahan selama satu tahun, terus akhirnya bercerai, tapi Mbak Maulia baru tau kalau dia hamil setelah pisah sama Pak Julian, akhirnya dia berjuang sendirian jadi orang tua tunggal untuk anaknya, dan memilih untuk merahasiakan tentang kehamilannya dari Pak Julian karena selama menikah hubungan mereka bukan layaknya suami istri pada umumnya, justru sebaliknya, Pak Julian benci banget sama Mbak Maulia. Terus, tujuh tahun setelah pisah mereka kembali bertemu di perusahaan pusat, waktu itu Mbak Maulia jadi staf marketing executive, dan Pak Julian yang datang ke perusahaan karena diminta sama ayahnya, dia nggak sengaja lihat mantan istrinya kerja di sana, jadi Pak Julian rayu ayahnya untuk pensiun, dan mengajukan diri untuk gantiin posisi ayahnya di kursi presiden direktur. Hari pertama menjabat sebagai presdir, Pak Julian langsung minta Mbak Maulia jadi sekretarisnya. Tapi sayang, Mbak Maulia cuma bertahan selama satu tahun jadi sekretaris Pak Julian karena anaknya sakit parah. Akhirnya apa yang Mbak Maulia rahasiakan selama tujuh tahun tentang anak Pak Julian yang pernah dia lahirkan terbongkar, Pak Julian yang tau soal itu pun langsung ngejar-ngejar Mbak Maulia. Ya sampai sekarang, mereka akhirnya mau nikah lagi. Tapi kali ini Pak Julian benar-benar mencintai Mbak Maulia. Mereka akan menikah karena cinta, bukan karena terpaksa lagi."
"Wah, ternyata kamu udah khatam soal kisahku ya, Vin!" timpal Julian seraya duduk bersandar di punggung sofa, lalu tersenyum setelah mendengar penjelasan mantan asistennya itu yang panjang lebar demi menjawab rasa penasaran Rissa.
"Ah, jadi seperti itu ceritanya. Jujur saya syok banget dengar cerita cinta tentang Pak Julian dan Mbak Maulia. Kisahnya mirip seperti di novel yang pernah saya baca. Aduh, maaf ya, Mbak Maulia, tadi saya sempat mikir yang nggak-nggak karena lihat kedekatan kalian."
Rissa langsung meminta maaf pada Maulia karena merasa tidak enak. Walau sempat terkejut, tapi pada akhirnya ia kagum mendengar kisah cinta Maulia dan Julian.
Mendengar permintaan maaf Rissa membuat Maulia tertawa gemas seraya menganggukkan kepala.
"Nggak apa-apa kok, Rissa, kan kita baru pertama ketemu, jadi wajar kalau kamu bingung dan salah sangka," jawab Maulia sembari menyentuh punggung tangan Rissa yang ada di atas meja. "Oh iya, aku bawa undangan untuk kamu, datang ya di hari pernikahanku dan Mas Julian." Wanita itu kemudian menyodorkan undangan pernikahan pada Rissa setelah mengeluarkannya dari tas.
"Ini juga ada undangan untuk Mas Kevin, wajib datang ya, Mas, please banget!" pinta Maulia seraya menyerahkan undangan pada Kevin.
"Siap, Mbak. Saya pasti datang. Makasih ya untuk undangannya. Saya doakan, semoga semuanya dilancarkan sampai hari H!" ucap Kevin yang tersenyum bahagia menerima undangan pernikahan Maulia dan Julian. Dalam hati ia berteriak, akhirnya.
"Aamiin, makasih ya Mas."
"Iya, Mbak. Saya usahakan pasti akan datang," ucap Rissa setelah Kevin selesai berkata.
"Kalian datang bareng, kan?" tanya Maulia, menatap Kevin dan Rissa secara bergantian.
Kevin pun menatap sekretarisnya, meminta persetujuan dari wanita itu.
"Gimana?"
"Kita berangkat bareng aja ya, Pak."
"Ok," jawab Kevin seraya mengangguk.
"Kalian datang H-1 ya, aku akan siapkan dua kamar untuk kalian!" pinta Maulia yang langsung diangguki oleh keduanya.
Mereka pun menghentikan percakapan sejenak, saat dua pelayan melangkah menghampiri meja seraya membawa berbagai macam menu yang dipesan.
Siang itu suasana di restoran Enmaru terasa sangat tenang. Pelayan dengan ramah dan penuh perhatian menyajikan hidangan dengan gerakan yang anggun, memastikan setiap detail tertata dengan sempurna. Aroma lezat dari makanan yang baru saja dimasak memenuhi udara, menambah kehangatan suasana.
Di atas meja kini bertabur makanan lezat. Ada salmon & ikura ohba tempura, kaisen chawanmushi, sashimi moriawase, wagyu roasted beef & foie gras truffle shoyu, truffle gohan wing, wagyu beef stew rice & kinoko soup, yoghurt ice cream, dan berbagai macam minuman dingin.
Maulia, Julian, Kevin, dan Rissa pun menikmati hidangan di atas meja yang dimasak oleh chef profesional. Mereka berbincang dan tertawa, menikmati setiap gigitan makanan yang lezat, ditemani pemandangan di luar jendela yang sangat menakjubkan dan memperlihatkan kota Jakarta yang luas dari lantai 46.
Namun, saat tengah menikmati makanannya, tiba-tiba saja Rissa merasa mual.
"Rissa, apa kamu baik-baik aja?" tanya Maulia saat Rissa menutupi mulut kuat-kuat dengan telapak tangan. Menahan rasa mual yang bergejolak.
Rissa tak mampu menjawab, ia hanya menggelengkan kepala dengan wajah yang terlihat pucat.
"Kamu kenapa, Rissa? Apa kamu nggak suka sama makanannya?" tanya Kevin yang segera mengusap-usap punggung sekretarisnya.
Saat wanita itu tak kuasa menahan rasa mual yang semakin kuat, ia pun buru-buru bangkit dari duduknya, dan bergegas pergi menuju toilet.