Sultan & Ratu 1

1664 Words
Ratu menghela nafas kesal saat kakinya sudah mendarat di depan gerbang sekolah, dia mendongak menatap gedung berlantai itu dengan datar. Kenapa sih Pamannya malah memasukkan dia ke sekolah yang bahkan tak ada sama sekali dalam daftar hidupnya? Padahal Ratu sama sekali tidak menyukainya, bahkan bener-bener mencoreng nama sekolah ini untuk dia masuk ke sekolah baru. Tapi jika dia protes Pamannya akan langsung bertindak untuk memasukkan dia ke asrama. Pliss! Jika seorang Ratu masuk ke asrama, bagaimana keadaanya? Mungkin dalam satu malam Asrama itu akan berantakan atau besar kemungkinan terbakar habis oleh tangan usilnya. Ini adalah sekolah kesekian, Pamannya sudah mengomel habis-habisan padanya supaya tidak berbuat ulah. Tapi Ratu tak bisa berjanji, siapa dia? Hanya seorang remaja yang sedang mencari jati diri itu saja. Pamannya memang lebay apapun yang bersangkutan dengannya pasti akan di buat besar. Hello! Ratu memang termasuk kedalam anak pemberontak, badgirl, bahkan dia sering ikut tauran antar sekolah. Hey! Ratu tak bisa memilih bagaimana hidupnya dia hanya menjalankan apa yang seharusnya di lakukan. Ratu seorang anak Broken Home orang tuanya bercerai setelah sang Ibu ketahuan berselingkuh bersama sahabat Papanya. Papanya memang tak mengabaikannya namun yah pekerjaannya itu lah yang slalu membentengi kebahagian mereka. Kadang Ratu sering berfikir, Mamanya ini kenapa? Sudah mendapat suami yang hampir mendekati sempurna malah nyeleweng pada orang biasa saja. Ratu hanya bisa mengangkat bahu, tidak peduli. Ratu waktu itu di perebutkan untuk ikut pada siapa tapi dia hanya menyerahkan semuanya pada kekuasaan hukum harus ikut kemana. Akhirnya hak asuh anak terjatuh pada Papanya. Ratu berkelakuan brengsek seperti ini bukan karena perceraian orang tuanya namun memang keinginannya sendiri. Ratu hidup memang pembuat masalah tapi dia akan menyayangi orang yang memang pantas mendapatkan kasih sayangnya. Ratu hidup tak pernah neko-neko hanya meminta kebebasan pada Papanya tapi dalam batas yang masih wajar. Untungnya sang Papa tak membatasi semua kegiatannya, Papanya percaya bahwa Ratu bisa menjaga diri sendiri. Ratu memang sering bertemu dengan Mamanya hanya saja dia bersikap biasa tak pernah menampakan raut bahagia. Dia hanya menerima uang bulanan untuk jajannya setelahnya, terserah. Ratu kembali menghela nafas, sepertinya dia harus mengakrabkan diri pada teman baru. Setidaknya satu orang toh nanti juga dia akan di perkenalkan dengan teman yang lainnya. Penampilan Ratu memang terlihat berbeda, Rok kotak-kotaknya di atas lutut, kaos kaki yang tak terlihat, sepatu berwarna, benar-benar penampilan yang begitu berantakan. Ratu menampilkan senyumnya, semoga saja ada seseorang yang ingin menyapa. Mereka tidak akan mungkin mengabaikannya, walaupun penampilannya terlihat liar namun jika melihat wajahnya mereka akan berdecak kagum. Kecantikan yang diturunkan Mamanya memang tak gagal, contohnya dia bisa mendapatkan banyak teman laki-laki di banding perempuan. Ratu memiliki wajah turunan bule, terlihat dewasa di balik tubuhnya yang mungil. "Wow ... siapa nih?" langkah Ratu tertahan saat melihat seorang pria tinggi yang tingginya melebihi badannya. Ratu terpaksa mendongak. Nih orang kayanya tiap hari nyemilin tiang listrik tinggi banget, gua aja cuman sebatas ketek nya dia bergumam di dalam hati. Pria itu sedang menatapnya, mulutnya tersumpal sebuah Lollipop. Ratu tersenyum menampilkan lesung pipinya, "Hai? Gua, Ratu." Ratu memang tak pernah memandang siapapun orang yang ingin berteman dengannya. Dia memang berandalan tapi tak pernah ada pikiran negatif sama sekali pada orang lain. Sultan menundukkan pandangannya, matanya mengerjap saat melihat sebuah senyuman tersungging di bibir tipis itu. Sultan mengeluarkan Lollipop nya, dia menyipitkan mata saat gadis itu mengenalkan diri bernama Ratu. "Hy... nama lo siapa?" Kibasan di depan wajah membuat Sultan mengerjap. Bodoh! Jangan pasang muka tolol Sultan, malu-maluin aja gerutu dalam hatinya. Sultan berdehem untuk mengembalikkan sifat coolnya, "Gua, Sultan Rajendra." Ratu menganggukkan kepala, "Oke. Btw gua mau tanya kelas 12 IPS 10 dimana yah?" Mata Sultan yang biasa berkedip genit setiap melihat perempuan cantik sekarang sinar itu hilang, matanya hanya menampilkan kekaguman pada sosok di depannya. Sultan jadi membayangkan, bagaimana tubuh mungil itu mengeliat di bawah tubuhnya? Ohhh shit! Stop Sultan bahkan lo baru kenal dia beberapa detik pikiran lo udah kemana-mana umpat hatinya. Ratu bingung, sebenarnya ini cowo bego atau bagaimana sih? Penampilannya terkesan liar tapi kok responnya lama sekali. Namun Ratu tak ingin menyingung takut pria ini sakit hati. Jaga sikap jangan sampai ada hati yang terluka itu prinsip hidupnya. "Itu kelas gua." "Ahhh ... bisa tunjukin dimana tempatnya?" Wow ... Sultan dengan senang hati mengangguk mantap. Mata yang tadinya menatap kagum sekarang sudah kembali berbinar. Tanpa rasa bersalah dia langsung merangkul pundak mungil itu bahkan sangat pas di rangkulannya. Ratu tersekiap, apa-apaan pria ini? Tangannya terkepal, ingin rasanya dia mendaratkan satu bogeman pada perut pria itu karena tidak mungkin tangannya mendarat di wajah itu. Tubuhnya yang mungil pasti tak akan mendarat sempurna. "Ahhh ... nih gua punya Loli buat lo. Yah itung-itung perkenalan." Ratu menatap loli yang ada di tangan pria itu, kepalanya mendongak. Amazing! Untuk pertama kalinya seorang Sultan yang tergila-gila pada Lollipop itu membagi satu pada gadis yang baru di kenal. Tak ada yang pernah dia beri bahkan teman dekat pun tak ada yang pernah merasakannya. Entah, kenapa Sultan ingin saja membagi Lollipo nya begitu saja, di rumah bahkan bertoples-toples Lollipop yang berbeda rasa dia miliki. Ratu sebenarnya ragu dia takut jika di dalam permen itu ada sesuatu obat terlarang. Zaman sekarang kan memang banyak cara untuk membuat seseorang rusak. Sultan mengetahui jika gadis di dalam rangkulannya ini ragu, dia membuka bungkusnya lalu mengambil Loli di dalam mulutnya, memasukkan Loli yang baru. "Liat, nggak apa-apa kan? Jadi lo nggak usah ragu." Ratu kikuk sendiri, memang kentara banget yah dia ragu? Maklum saja, namanya baru kenal pasti waspada. "Sorry. Gua ...." "Nggak apa-apa, gua paham." Ratu mengedipkan mata shock saat Loli bekas pria itu sudah masuk ke dalam mulutnya. Tangannya yang tadi sudah normal kembali terkepal. Pria ini benar-benar kurang ajar! Bagaimana bisa dengan entengnya loli bekas dia masuk kedalam mulutnya? Rasanya memang menjijikkan tapi Ratu hanya bisa tersenyum kecut, matanya menampakkan amarah yang menyela. Sultan sih tidak masalah kalau loli bekas mulutnya masuk kedalam mulut gadis itu. Malahan dia merasa senang setidaknya lolinya tak terbuang sia-sia. Sultan cengegesan tak jelas, jika saja dia melihat mata gadis di rangkulannya entah akan mengatakan apa. "SULTANNNNN?" Teriakan melengking itu membuat langkah Sultan dan Ratu mendadak berhenti. Buset itu suara apa kelang rombeng? Cempreng banget ucap hati Ratu. Sultan tau siapa yang memanggilnya, dia terpaksa membalikkan badan hanya seorang. Ratu yang ingin ikut berbalik di tahan jadi sekarang tangan Sultan melingkar di lehernya. Ratu risih namun mau bagaimana lagi bisikan hatinya jangan sampai melukai hati seseorang membuat dia mengurungkan niatnya. Ratu bisa saja memaki, tapi ini wilayah sekolah baru karena ada saat dia kembali pada dirinya sendiri. "Pembohong lo, Tan! Mana janji lo yang katanya mau jemput gua di rumah? Lo tau, hampir 1 jam gua nunggu lo dateng, tapi liat? Apa yang gua dapet sekarang, lo jalan seenaknya seakan nggak ada salah. Brengsek lo!" Wow! Ratu baru tau ternyata sekolah yang katanya elit, anak berpendidikkan dan uang mengalir ada juga yang begini. Ratu pikir sekolah yang sekarang dia tepati ini memiliki tatakrama yang baik namun nyatanya sama saja dengan sekolah-sekolah yang dulu. Tau gini mending jadi diri sendiri saja, tapi kan masalahnya jika dia berbuat ulah lagi fix Pamannya akan langsung memasuki dia ke asrama Putri. Dan itu BIG NO! "Hah? Kapan gua buat janji sama lo, Vik? Perasaan gua nggak ada janjian buat jemput lo deh. Kalau emang ada yang gua janjiinbuat di jemput, pasti gua tepat waktu. Kemarin gua jemput Amanda fine aja, jemput Vani oke, dan kemarin gua jemput Indri biasa aja. kalau nggak percaya tanya aja sama cewe-cewe yang pernah gua jemput, nggak ada yang namanya ingkar janji." Playboy! Ratu ingin menenggelamkan hidupnya sekarang juga. Hari pertama, yang seharusnya hari menyenangkan, kenapa malah mendadak seperti ini? Ya ampun Tuhan seumur-umur Ratu slalu menjauhi pria Playboy. Bukan masalah apa-apa karena jujur dia slalu terbawa perasaan dengan yang namanya Playboy. Anehnya ntah kenapa dengan pria baik-baik dia merasakan biasa saja. Ini nih yang slalu membuat Ratu mengutuk hatinya, dimana-mana tuh cewe nyarinya pria baik-baik. Lah ini dia malah kebalikan. Entahlah hanya hatinya yang tau dan mengerti. "Sultan gua nggak mau tau lo harus tanggung jawab! Lo cowok kan? Jadi pulang sekolah nanti lo harus gantiin yang tadi pagi, anterin gua pulang." Sultan mendesah. Beginilah jika memiliki wajah tampan, pasti gadis-gadis itu berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Sultan tak masalah namun akhir-akhir ini, entah mengapa rasanya begitu berbeda. Sultan yang dulu mengumbar perhatian, sekarang berbalik dia yang ingin di perhatikan. "Sorry, Vik gua nggak bisa! Nanti oke, kapan-kapan kalau ada waktu luang gua chat lo." "Nggak bisa! Untuk ke berapa kalinya lo slalu nolak gua, Tan. Gua ini bukan cewe sabar yang mau nunggu, gua mau lo seutuhnya. Gua nggak peduli berapa banyak cewe yang goda lo, berapa banyak cewe pergi bareng lo tapi yang pasti hati lo buat gua." Kok maksa sih? Ratu ingin membalikkan badan untuk melihat siapa gadis itu, namun tubuhnya di tahan dengan erat. Ratu jadi hanya bisa menikmati Loli yang ada di dalam mulutnya saja karena dia tidak tau harus bagaimana. "Sayangnya hati gua nggak akan ada yang memilikinya." Krik krik Suara begitu hening Ratu bingung sendiri. Biasanya jika dulu di sekolah kalau keadaanya hening begini karena sedang di berikan hukuman atau mengendap-ngendap masuk kedalam kelas akibat terlambat masuk, bolos juga bisa termasuk. Tapi ini? Sultan bisa melihat jika Vika menatap dengan kobaran kemarahan. Jika di dalam kartun mungkin rambut itu akan berubah warna tapi siapa peduli. Yeah, dia memang seorang Playboy yang mengencani beberapa teman-teman wanitanya, bahkan hampir 3 tahun dia berada di sekolah ini mungkin sudah semuanya pernah berkencan. Sultan memiliki radar tingkah Playboy memang begitu kuat. Maka jangan ada yang menyepelekan Sultan Rajendra. Siapa saja yang masuk kedalam perangkap pasti akan bertekuk lutut padanya. Bahkan dulu ada beberapa gadis yang merelakan tubuhnya di jamah, Sultan sih tak ada masalah bersyukur saja asalkan jangan pernah menuntut apapun padanya. "Sultan bisakah kita pergi?" Sultan melirik gadis di sampingnya, dia sampai lupa jika dia sedang bersama teman baru. "Oke. Mari kita pergi." Sultan membalikkan tubuh lalu mendorong punggung Ratu untuk melangkah. Ratu hanya menurut saja tapi ingatkan dia supaya dia menjaga jarak dari pria ini untuk masa mendatang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD