Sultan & Ratu 2

1368 Words
Ratu tidak tau ini nasib atau pilihan? Bagaimana bisa dia mendapatkan kelas yang menurutnya kurang? Kalian tau maksud dari kata kurang? Kelasnya memang besar, teman-teman barunya juga langsung akrab tapi plis ini yang paling Ratu tidak suka. Kelasnya begitu berisik, teman-teman barunya asik namun tingkahnya membuat Ratu mual seketika. Ratu ingin komplen saja pada guru, bagaimana bisa dia di tempatkan pada kelas yang anak-anak nya kurang waras? Bayangkan, di sudut ada sebuah lemari, Ratu pikir itu tempat penyimpanan buku tapi hal itu jauh dari kata pemikiran waras. Kalian ingin tau isinya apa saja? Baiklah. Mungkin ini memang terdengar gila namun kenyataan memang lah harus di terima. Panci, Wajan, Mie instan, telur, serbet, susuk, penanak nasi, kompor, makanan kaleng, ahh ... semua yang berada di dapur begitu komplit di dalam kelas ini. Ratu heran mereka ini ke sekolah apa mau berkemah sih? Bagaimana bisa mereka juga membawa baju ganti? Bahkan konyolnya hanya dia dan Alina saja wanita di dalam kelas. Alina juga sempat bercerita sedikit kalau dia anak yang tidak naik kelas beberapa tahun. Sungguh Ratu merasa ini bukanlah habitat aslinya. Ratu pikir sekolah yang terbilang elit tak akan menerima anak kurang kerjaan seperti mereka, nyatanya jauh dari pikiran. Ratu mendesah, matanya merasa jijik melihat cat di ruang kelas yang begitu alay, mana tulisannya menggelikan sekali lagi. Ratu tidak tau, bagaimana guru-guru nanti masuk? Walaupun di dalam hati dia berdoa supaya tak perlu belajar saja. Ratu menatap jam di dinding, bisakah jam itu di ganti saja? Bagaimana bisa semua anak di dalam kelas hampir setengahnya pria namun jam saja kepala hello kitty, mana berwarna pink cerah lagi. Gua aja yang cewek nggak sampe kaya gitu Ratu bergumam dengan pelan. Ini susah jam 8 lebih tapi tak ada guru yang masuk sama sekali, akhirnya karena bosan dia bangkit berdiri, berjalan keluar dari ruangan barunya. "Lo anak baru kan di kelas ini?" Ratu menghentikan langkahnya saat ada seseorang yang berdiri di depannya, dia mendongak lalu mendengus tak suka. "Udah tau nanya lagi. Awas gua mau keluar?!" "Oh ... nggak bisa secepat itu cantik. Setiap anak baru harus mendapat penghormatan dari kami." "Penghormatan? Yah kali, gua ini orang penting. Nggak usah! Gua nggak suka! Jadi tolong lo minggir, badan lo yang besar ini ngalangin jalan gua." Sultan yang berada di depan pintu menyiyir rambutnya, dia menatap gadis di depannya dengan pandangan jahil. Tangannya terangkat lalu menyentuh dagu gadis itu. Ratu tak nyaman di perlakukan seperti ini, sungguh dia tak mau terperangkap jebakan seorang playboy. Masih untung jika jebakan batman, ini apaan? Haaaa ... Ratu nyesel tadi sudah senyum kalau dia di ganggu begini akhirnya. "Guyss ... minta perhatian nya dong?" Kelas yang awalnya ribut langsung hening seketika. Bangku yang tadi berantakan langsung berbenah menjadi bundar. Ratu mengedipkan mata tak percaya. Mereka ini? Astaga! Seperti sedang di perintah ketua saja. Mukanya itu loh benar-benar serius seperti sedang akan mengadakan rapat penting antar geng. Maklum mereka masih anak remaja jadi tak cocok untuk memakai kata rapat penting. "Oke. Kalian kan tau kalau di kelas kita ada murid baru, itu artinya kita harus buat pesta. Masa sih cewe cantik kaya gini di anggurin, nggak banget kan? Mending gua bawa aja keranjang gua itung-itung menghangatkan hehe." Ratu melotot kan mata, berbeda dengan teman-teman sekelasnya yang bersorak sorai. "Wahh ... awas Tan kayanya nih cewe galak deh. Susah buat jinakin nih." Sultan tertawa. Di jinaki? Di kira gua ular apa? Gua patuk juga pake bisa gua gerutu Ratu. "Yahh namanya juga usaha. Siapa tau nanti dia mau mendesah kan bagi ranjang sama gua." Anjir demi siapa pun Ratu memang mengerti maksud itu semua tapi tidak dengan sefrontal itu. Tubuh Ratu jadi merinding sendiri, Pria ini bukan hanya Playboy tapi mesumnya sudah tingkat atas. "Jadi apa yang bakal kita pestain, Tan?" "Kita buat pesta malem ini disini. Seperti biasa semua perlengkapan harus udah siap. Jadi jangan lupa kasur-kasur yang di belakang angkut kemari. Lo semua bebas mau bawa cewe siapa aja, karena malem ini gua milik dia." Sinting! Ngapain harus bawa kasur segala? Mana maksudnya apaan dengan bebas membawa wanita. Ratu menatap wajah teman-teman barunya yang tersenyum sumringah. Nah kan Alina saja sudah menempel dengan pria yang entah siapa itu. Astaga! Kelas ini benar-benar menjijikan baginya. Sultan terkekeh dengan pelan. Lihat saja tak lama lagi dia bisa membawa gadis ini ke atas ranjangnya. Uuu ... sepertinya di lihat dari postur tubuhnya dia masih perawan. Lumayan kapan lagi dia mendapatkan yang masih segelan. Ratu yang melihat tatapan Sultan merasa risih. "Tatapan lo bener-bener kurang ajar." Ratu meniju bahu pria itu dengan keras, tapi tangan Sultan dengan kurang ajar malah meremas pantatnya. Mata Ratu melotot, pria ini kurang ajar benar-benar minta di gorok. "Owwww." Ratu menuli kan telinganya saat mendengar bisikan setan. Kakinya terangkat tanpa banyak kata melayang ke arah selangkangan milik Sultan. "Awwwww ... apa yang lo lakukan, hah?" Bentak Sultan. "Ngasih pelajaran kalau lo bersikap kurang ajar." "Ohhh ... jadi gua bersikap kurang ajar? Oke!" Ratu menyipitkan mata saat pria itu mengeluarkan loli nya dari dalam mulut. Sebuah senyuman setan tersungging di bibirnya, alarm tanda bahaya sudah berbunyi. Ratu ingin berbalik namun matanya hampir keluar saat teman-temannya sudah ikut mengelilinginya. Demi Tuhan Ratu memang bisa bela diri tapi jika banyak orang begini dia pun tak akan sanggup. Sebuah tarikan di pinggangnya membuat Ratu memekik. "Sebentar lagi lo akan jadi milik gua manis. Gua jamin lo akan mendesah nikmat saat gua ada di atas lo. Gua nggak sabar menanti malam kenikmatan itu." Ini bencana! Ini tidak bisa di biarkan! Sebuah benda kenyal menempel di lehernya membuat Ratu menegang. Tangannya terkepal dengan kuat, lebih baik Ratu melawan preman sampai dia babak belur di banding mendapatkan pelecehan seperti ini. Ratu baru pertama kali di perlakukan kurang ajar. Ratu memejamkan mata lalu membukanya setelah mengumpulkan keberanian dia menyentak tangan itu dengan kasar. "Jangan berharap gua akan luluh dengan gaya lo yang begini. Cowok cabul, cowok mesum, cowok kurang ajar. Sialan lo." Ratu langsung mendorong dada bidang itu dengan kasar. Berlari meninggalkan kelasnya dengan jantung berdebar kencang merasa ketakutan. Sedangkan di dalam kelas Sultan sudah tertawa terbahak. "Gila lo, Tan. Kalau cewe lain pasti udah nangis tuh. Kasian dia, lo udah buat dia ketakutan." Alina mendengus heran melihat sahabatnya menjahili teman wanitanya sampai senekad itu. "Habis gua gemes sih liatnya. Rasanya gua mau kurung dia di kamar gua, supaya gua bisa leluasa cipok bibirnya. Uuuu ... kayanya nikmat deh." Gemas Sultan. "Bocah edan." Sultan hanya mengangkat bahu. Yeah ini memang kejutan untuk gadis itu. Sultan penasaran saja, kenapa bisa gadis itu di keluarkan dari beberapa sekolah karena aksi gilanya? Sultan tau karena dia sudah mendapatkan berkas tersimpan rapih di atas meja Pamannya. Sebenarnya Sultan sudah tau akan ada murid baru. Niatnya dia hanya ingin menakut-nakutinya saja, siapa tau gadis itu akan berbuat ulah? Tapi nyatanya dia hanya mengatakan sebuah kata-kata dan Sultan mendapatkan hantaman pada selangkangannya. Duhh ... padahal ini masa depan mereka yang cerah tega sekali gadis itu. Tapi saat melihat matanya yang indah itu memang terlihat lugu. Namun beuhhh ... nyatanya bar-barnya keluar juga. Sultan penasaran sampai, kapan gadis itu akan hidup di dalam cangkangnya? Mengingat saat di sekolah dulu dia sering berbuat ulah. Entah ikut tauran, bolos sekolah dan lainnya. Sultan hanya mengangkat bahu masuk kedalam kelas mendudukkan diri di kursi guru. "Stop deh, Tan. sifat tengil lo itu bisa bikin lo kelabakan sendiri. Gua liat cewe itu menarik juga, yah siapa tau dia bisa mengganti kekosongan hati lo yang flat." Ujar Fariz. "Sialan lo! Tapi ada benarnya juga sih dia menarik." "Gua jamin cepat atau lambat lo bakal terkurung dengan permainan lo sendiri." Sekarang Rizki yang berbicara. "Maksud lo apa?" Rizki hanya mengangkat bahu acuh lalu berlalu pergi meninggalkan Sultan yang berfikir keras. Yang di ucapkan Rizki terkadang memang slalu benar. Rizki tidak pernah bermain-main jika menyangkut Sultan. Rizki adalah sepupu yang paling pengertian di banding sepupu lainnya. Rizki slalu menjadi penasehat di kala Sultan sudah keluar dari jalur. Jika Sultan dalam kondisi tidak baik Rizki juga yang slalu menjadi tempat curhatnya. Mungkin Rizki terlihat dingin dan datar tapi jika sudah berkumpul dengan mereka tingkahnya pun tidak beda jauh gila dengan mereka. "Hais udahlah ngapain gua mikirin ucapan si Rizki. Mending gua cari sarapan aja, laper." Sultan keluar dari kelas, meninggalkan teman-temannya yang sudah kembali sibuk dengan aktifitas mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD