Sultan & Ratu 5

1890 Words
Ratu melangkahkan kakinya dengan ogah-ogahan. Ini hari kedua dia sekolah di tempat barunya. Ratu sudah pura-pura mati tadi saat di bangunkan oleh bi Inem namun karena saking keseringan Pamannya lah yang bertindak. Sialnya! Ratu lupa jika selama Ayahnya pergi berbisnis keluar negeri dia harus ada dalam pengawasan Pamannya. Semalam saat dia akan pergi dugem bersama teman-temannya ternyata Pamannya sudah tau dari awal jika Ratu akan pergi sampai akhirnya di kurung di kamar. Ratu menguap saat dirasa matanya sudah tak bisa di ajak kompromi. Ini tuh bener-bener bukan hari menyenangkan. Pagi-pagi tadi Mamanya datang memberi tahu jika beliau akan pergi bulan madu bersama suaminya yang baru, lalu kenapa harus bilang padanya? Bukankah jika ingin bulan madu yah tinggal pergi tak usah pamitan. Ratu juga tak masalah Mamanya mau bagaimana pun juga, toh Mamanya sudah memiliki keluarga baru itu artinya bukan hanya dia lagi prioritas utamanya. Ratu sempat berfikir apa Papanya tak ingin menikah lagi? Namun jawaban yang di lontarkan Papanya membuat Ratu terharu. I Love You Papa berterima kasih pun rasanya tidak akan mungkin bisa membalas jasanya. Bukan, bukan Ratu benci pada Mamanya hanya saja dari dulu dia memang dekat dengan Papanya di banding dengan Mamanya sendiri. Ratu menghembuskan napas untuk menghadapi orang-orang yang ada di dalam kelas barunya. Ratu membuka pintunya dengan lebar dan apa yang dia lihat? Bolehkan sekarang Ratu pingsan dan tak bangun lagi? Bolehkan Ratu berteriak pada mereka untuk hidup normal? Bolehkah Ratu mengatakan mereka manusia tidak waras? Demi apapun Ratu tak mampu lagi berkata-kata. Ini memang membuatnya shock namun sepertinya ini memang sudah biasa bagi mereka. Ratu melangkah masuk kedalam, sepertinya hanya ruangan ini yang semalam terkena gempa. Ratu menundukkan kepalanya saat sepatunya menginjak sesuatu. Dia membungkuk lalu mengambilnya. "Ohh my." Ratu melemparkan benda itu kemana saja yang dia mau. Barusan apa yang dia pegang? Kalian ingin tau apa yang dia pegang tadi? Oh my itu benar-benar menjijikkan, bagaimana bisa pakaian dalam pria berserakan di lantai? Mata Ratu terpejam saat melihat Alena sedang berpelukkan dengan seorang pria. Sungguh ini bukan kamar hotel, tapi kenapa kelakuan mereka tidak mencontohkan Mahasiswa yang baik. Setidaknya walaupun Ratu b******k tapi jika keterlaluan seperti ini, ini tak bisa lagi di toleransi. "Ssssstttt." Ratu terdiam saat sepasang tangan memeluk tubuhnya dari belakang. Jantungnya berdetak dengan kencang, Ratu mencoba berbalik tapi pelukan itu semakin kencang. Ratu sudah berbicara pada Pamannya tadi pagi untuk memintanya di pindahkan pada kelas lain. Pamannya mengangguk, katanya akan berusaha berbicara pada kepala sekolah dan Ratu berdoa di dalam hatinya semoga niat Pamannya berhasil. Ratu sudah tak sanggup, walaupun baru dua hari ini dia melihat hal yang begitu asing baginya. Ruangan kelas ini menandakan bahwa semalam terjadi sebuah pesta, kasur yang entah datang dari mana sudah tergeletak bersama dengan penghuni masing-masing. Yang membuat Ratu jijik, kenapa harus hello Kitty? Itu kan untuk perempuan. Dan maksudnya Alena apa? Kenapa gadis itu mau-maunya tidur bersama pria yang bahkan bukan suaminya? Ratu saja yang kebanyakkan bergabung dengan pria tak sampai seperti itu. "Semalem lo kemana? Kenapa nggak datang ke acara Party kita? Lo tau ini adalah penyambutan anggota baru bagi kelas kita." Tubuh Ratu di paksa menurut sampai dia terduduk di entah paha milik siapa. Tapi mendengar suaranya Ratu tau siapa pemiliknya. Hanya saja dia tak mau memberontak, bahaya, mana disini ada beberapa kasur kosong bisa-bisa ... No! Kepala Ratu menggeleng dengan tegas. Jauhkan pikiran negatif lo, mana berani dia berlaku sampai sejauh itu bisik hatinya. "Semalem gua nggak bisa tidur. Coba liat, mata gua ada lingkaran hitamnya gini." Tubuh Ratu di paksa untuk menatap laki-laki itu. Bahkan dengan kurang ajarnya tubuhnya sudah di dudukkan di atas meja dan kepala pria itu sudah tertidur di pahanya. Tangan laki-laki itu melingkar di pinggangnya membuat Ratu risih. Kenapa sih dengan laki-laki ini? Baru kenal sudah begini. Kenapa juga gua harus diem aja pikirnya. Ratu memandang ke sudut ruangan yang terdapat berpuluh-puluh kaleng minuman soda. Hanya penuh dengan bungkusan makanan ringan yang sudah kosong, bahkan Ratu tak menemukan adanya kondom disini selain Pakaian dalam entah milik siapa itu. "Kalian begini apa nggak bakalan ada Guru masuk?" Kepala laki-laki itu menggeleng menenggelamkan kepalanya di perutnya. Ratu memundurkan duduknya supaya tak terlalu sedekat ini. Kenapa hidupnya begini banget yah? Niat awal pindah sekolah itu yah untuk melanjutkan kehidupannya. Kenapa malah jadi berantakan begini sih. Ratu mendorong kepala laki-laki di depannya untuk menjauh dari perutnya. Please! Hatinya terus berdoa supaya dia cepat di panggil oleh kepala sekolah untuk pergi ke ruangannya dan mengatakan bahwa Ratu di pindahkan dari kelas ini. "Kenapa Lo mau pindah kelas? Bukannya disini kelas Lo?" Eh, bagaimana bisa dia tau kalau Ratu ingin pindah? "Lo nggak nyaman yah di kelas ini? Apa Lo nggak suka kalau kita lakuin hal kaya gini?" Kalau boleh jujur sih iya tapi gimana yah Ratu juga bingung kalau sudah begini. Rasanya serba salah. "Lo tau darimana gua mau pindah kelas?" "Tau darimana ya itu rahasia gua. Jadi, kenapa Lo mau pindah?" "Nggak apa-apa sih cuman gimana yah? Gua nggak suka kelas yang kotor, nggak masalah sih kalau kalian aneh tapi setidaknya kebersihan itu kan nomor satu. Jangan sampai kita disini kena penyakit." Ratu meringis padahal bukan itu jawaban yang harusnya keluar dari mulutnya. Tapi mau bagaimana lagi Ratu tak bisa mengatakan ucapannya secara langsung bisa saja mereka sakit hati. "Jadi Lo nggak suka kelas kotor? Makanya mau pindah?" Ratu mengangguk kaku. Sumpah ini adalah kebohongan yang terlihat nyata. "Bohong. Pasti bukan itu jawaban yang seharusnya Lo ucapin." Emm ... oke mungkin Ratu tak pintar berbohong mengingat dia slalu ketahuan terus jika mengatakan sesuatu. Terlihat dari gerak gerik tubuhnya yang gelisah. "Awas ah gua mau keluar." Ratu memaksa Sultan untuk melepaskan tangannya dan beruntungnya laki-laki itu kembali terbang ke alam mimpinya. Ratu mendengus, ada yah manusia macam mereka? Ratu saja yang bandelnya tidak pernah terpikirkan akan mendapatkan teman yang sablengnya kurang se-ons itu. Ratu bergidik, kalau begini caranya dia tak akan pernah ikutan bolos bersama yang lain. Kalau pun ikut bolos pasti satu kelas tak ada muridnya itu sama aja bohong. Ratu keluar dari dalam kelas. Gila! sepertinya memang kelas ini yang paling kurang. Mana kebagian kelas paling ujung dan pohon gede tumbuh di sampingnya. Hawanya pun kurang bagus menurut Ratu karena memang dia paling takut dengan hal mistis seperti itu. Ratu berjalan menyusuri setiap bangunan SMA barunya. Matanya memandang ke sana kemari. Namun langkahnya berhenti saat 3 orang wanita berdiri di depannya dengan angkuh. Ratu menaiki salah satu alisnya, Kenapa nih orang? Nggak ada kerjaan emangnya buat halangi orang jalan. Ck! Ratu tau apa yang biasa mereka lakukan. Senyum Ratu tersungging, bukan senyuman yang di perlihatkannya namun dia mengangkat sudut bibirnya menyeringai. "Ada apa?" "Jauhin Sultan." "Kenapa?" "Nanya lagi kenapa. Pokoknya Lo nggak boleh deket-deket sama Sultan. Kalau Lo berani lagi deketin dia awas aja, gua bakal kasih perhitungan sama Lo." Ratu berdecak, baru 2 hari dia berada di sekolah ini ternyata sudah ada yang cari ribut dengannya. Ratu sudah geregetan rasanya ingin membawa ketiga orang itu masuk kedalam gudang. Jangan pernah macam-macam dengannya kalau tak ingin sesuatu terjadi. Sebuah pelukan di bahunya membuat Ratu langsung menoleh ke samping. Matanya membulat melihat siapa orang yang berani kurang ajar seperti ini. Ratu mencoba untuk melepaskan tangan itu, namun bahunya di cengkraman membuatnya tak bisa bergerak sama sekali. Ratu menatap dari atas kebawah, mulutnya terbuka lebar. Astaga! apakah laki-laki ini tak merasa malu berkeliaran dengan hanya memakai singlet dan boxer? Oh Good, sepertinya laki-laki ini memang tak memiliki malu. Mending anak kecil tanpa celana pun tak akan masalah tapi ini? Hah, Ratu tidak mengerti. "Ada apa Lo ganggu dia?" Suaranya terdengar serak. Ratu bergidik saat hembusan napas laki-laki itu mengenai kulit wajahnya. "Gua cuman mau ingetin, supaya dia jauh-jauh dari Lo." "Emangnya siapa Lo?" "Gua kan udah bilang sama Lo, kalau gua suka sama Lo." "Sayangnya gua nggak suka sama Lo." Tak lama suara gerak gerusuk membuat siswa siswi yang awalnya berlalu lalang langsung hening seketika. Ratu mendadak ingin mati saja saat di arah berlawanan sekelompok siswa bergerak ke arah mereka. Lalu tak lama lagu kematian terdengar mengalun merdu. Sekolah yang awalnya horor semakin horor dengan background itu. Bener-bener sekolahan edan. Ratu lebih baik tinggal di sekolahnya yang dulu di banding dia mendapatkan teman-teman baru yang kurang waras. Pagi-pagi seperti ini bukanya sarapan, ini malah terlihat seperti akan tawuran. Ratu benar-benar tak nyaman dengan keadaan sekolah barunya. Apakah mereka memang sudah terbiasa seperti ini? Kemarin saja dia di pakaian sesuatu yang membuatnya risih. Bagaimana dengan sekarang? Baru sampai kelas saja sudah berantakan seperti kadang kambing. Ratu memijit keningnya pusing, mending bolos sekalian saja jika seperti ini. "Hei anak IPS ngapain kalian dateng ke kelas IPA?" Ratu melihat salah satu cowo yang terlihat rapih dengan gayanya. Mungkin bosnya pikir Ratu konyol. "Mau ngambil Ratu gua lah, mau ngapain lagi." "Sono ambil. Dan pergi lo dari hadapan gua." "Tanpa lo suruh pun gua bakalan pergi." Sultan menarik tangan Ratu membuat gadis itu memberengut tidak terima. Sumpah demi apapun. Ratu tidak menyukai Sultan. Baginya Sultan tuh manusia kurang waras. Mana ada sekolahan seperti ini. Ratu sudah beberapa kali pindah sekolah dan semuanya normal-normal saja. Tempat sekolah ini walaupun elit tapi kalau anak-anaknya kurang begini rasanya dia tidak menyukainya. Ratu ingin pindah. Ratu akan protes kepada gurunya bahwa dia ingin di pindahkan. Tak peduli suka ataupun tidak dia ingin pergi dari kelas itu. "Lepasin gua." Ratu menggerakkan bahunya untuk melepaskan rangkulan Sultan dari bahunya. "Kenapa sih lo? Nggak suka gua rangkul? Padahal di luaran sana banyak loh cewek yang pengen gua rangkul gini. Dan lo harus tau cuman lo yang punya hak istimewa ini." Ratu melotot kesal, "Nggak peduli gua punya hak istimewa atau pun nggak. Yang pasti sekarang gua mau pindah." Sultan memiringkan kepalanya sambil tetap berjalan. "Pindah? Pindah kemana?" "Yeah kemana kek terserah gua." "Lo nggak akan bisa pindah sekali pun nangis darah." "Mana bisa begitu. Gua bisa aduin semua kelakuan kalian ke wali kelas dan gua yakin, gua bakal di pindahin dari kelas ini." "Lo yakin?" "Yakin 100%." Sultan menyeringai. Dia melepaskan rangkulan tangannya di bahu Ratu. Dia berdiri di depan gadis itu menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tubuh Ratu lebih pendek darinya maka Sultan harus membungkukkan tubuhnya. Matanya menatap mata Ratu dengan tajam, bibirnya tersenyum dengan lebar. "Deal. Kalau lo bisa pindah dari kelas gua, gua akuin lo hebat tapi kalau lo nggak bisa pindah, gua punya 5 persyaratan yang mesti lo turuti. Gimana?" Ratu mundur satu langkah. Dia mendengus sebal menatap Sultan dengan kesal. Bukan Ratu namanya jika tidak bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Ratu memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan akan terkabulkan dengan mudah. Hanya mengatakan dia menginginkan ini dalam 1 jam benda atau apapun itu sudah ada di hadapannya. Ratu memang anak Broken Home, dia memang kekurangan kasih sayang tapi untuk urusan materi dan lainnya tidak akan pernah habis tujuh turunan. Dan lagi dia anak tunggal, Papanya akan melakukan apapun walaupun harus mengandalkan Pamannya. Tanpa berpikir dua kali Ratu menyeringai. Dia yakin karena baginya semua itu akan mudah di dapat. "Deal. Dan gua harap setelah tau gua bisa pindah jangan ganggu gua lagi." "Nggak masalah." Ratu langsung memutar tubuhnya pergi dari hadapan Sultan. Dia bertekad akan menemui wali kelasnya karena jika mengadu pada Pamannya tidak akan bisa. Kemarin sudah di coba ingin pindah tapi di larang keras karena Pamannya sedang sibuk. Sultan tersenyum dengan lebar menatap punggung mungil itu yang pergi menjauh. Sultan bersiul, kita lihat siapa yang menang, dia atau gadis mungil cantik itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD